Nara masih memejamkan mata, tubuhnya terbaring di atas tempat tidur ruang kesehatan. Ada Firza yang menungguinya sembari memandangi wajah pucat itu. Naranya yang tampak tak berdaya. “Nara...” gumam Firza. Diambilnya salah satu tangan gadis itu dan ia bawa dalam genggamannya. “Kamu kenapa? Hmm?” Hening, hanya terdengar deruan napas Nara yang berhembus teratur. Tidak tahu kenapa tapi, Firza merasa separuh di bagian dadanya sakit melihat gadis yang ia cintai sakit. Berbagai macam kemungkinan singgah di pikirannya. Apa mungkin ini ada sangkut pautnya dengan dirinya yang telah mengungkapkan perasaannya? “Bangun, Ra. Buka mata kamu. Jangan buat aku semakin khawatir.” Firza menoleh, ada Lucy yang menyembulkan sebagian kepalanya di depan pintu ruang kesehatan. Gadis berkepang dua dengan kac