“Pijat bahuku!” titah Aksa yang tiba-tiba memanfaatkan momen ini. Dia cukup menikmati mimik muka Arumi yang merasa bersalah terhadapnya. Dengan ragu, tangan Arumi mengarah untuk memegang bahu milik pria yang sudah sah menjadi suaminya tersebut. Dia bergerak perlahan dan mulai memijit. “Aw!” Aksa meringis ketika tangan Arumi memulai pijatannya. “Pelan-pelan, dong!” “Oh, maaf!” ujar Arumi yang mengurangi intensitas pijatannya. Perempuan itu menggerakkan lagi tangannya dan mendekat ke arah belikat Aksa. Dia mengusap pelan area tersebut karena takut Aksa berteriak merasa sakit lagi. “Nah, iya. Begitu! Pelan-pelan!” Aksa tersenyum kecil melihat Arumi yang jadi lebih hati-hati memijat bahunya. “Pak Aksa, kenapa tidak pulang saja jika merasa bahunya sakit,” saran Arumi sambil tetap me