“Apa sebaiknya aku menempati kamarku yang dulu saja?” timpal Arumi ketika ia membuka mata. Saat itu, Aksa sudah di kamar lagi dan sedang memperhatikan dirinya sambil melotot. “Apa katamu?” “Semua orang di rumah ini juga sudah tahu, jika pernikahanku dan kamu ini tak semestinya terjadi. Jadi ... bila kita tidur terpisah, itu tidak akan menjadi hal yang aneh bagi mereka.” Arumi memberi alasannya. Aksa mengerutkan dahi sambil menggelengkan kepala. “Aku akan tidur di sofa,” jawab Aksa tanpa menghiraukan ucapan Arumi. Perempuan itu memicingkan mata. Orang semacam Aksa mau tidur di sofa? Batin Arumi ingin tertawa. “Jangan berpikir terlalu jauh, aku membiarkanmu tidur di ranjang sementara aku di sofa itu hanya karena kau sedang hamil. Aku benar-benar memperhatikan bayi yang ada dalam kan