Bibir cemberut itu kini sedang menggerutu sembari berdiri di depan gedung perusahaan milik Aksa. Beberapa menit yang lalu ia mengumpat dan merutuki pria tersebut, tapi tetap saja dia menurut dan mengikuti apa yang diminta oleh Aksa. "Nona Arumi?" Seorang pria dengan dasi dan kacamata menghampiri Arumi. Perempuan itu terpaksa mengubah bibirnya yang mengerucut menjadi tersenyum simpul. "Iya, saya," jawabnya dengan ramah. "Mari masuk bersama saya," ajak pria yang tidak lain adalah Ray, si sekretaris dari Aksa. "Saya mau ke tempat Pak Aksa," jawab Arumi mengonfirmasi. Ray pun mengangguk. "Iya, Pak Aksa yang meminta saya untuk menjemput Nona." Arumi membulatkan mulutnya. "Ooh ...." Akhirnya perempuan itu pun mencoba mengikuti Ray, meski sebenarnya dia masih tak percaya jika Aksa meng