Bab 5

1019 Words
Arsen berpikir keras, apakah dia akan mengalahkan egonya atau tetap pada pendiriannya. Arsen tau pasti ada alasan bagaimana Lily memilih menyembunyikan jati dirinya, dia tau ada trauma di masa lalu tapi keluarganya mengatakan bahwa tidak ada masalah tentang hal itu, tapi Arsen merasa sebaliknya. Dia merasa bahwa ada yang tidak beres dengan Lily, apakah selama ini Lily masih di hantui rasa takut itu? apakah selama ini Arsen tidak tau apa-apa mengenai rasa sakit yang Lily rasakan? Astaga rasanya kepala Arsen semakin berat memikirkan masalah ini. "Kamu kenapa?" tanya Lily pada Arsen yang kini bersandar pada kepala ranjang, televisi yang di hidupkan pun tidak di lihatnya sama sekali. "Sayang sini, aku mau nanya." Arsen meminta Lily lebih dekat dengannya. Lily melakukan apa yang Arsen katakan tanpa ada bantahan sedikitpun, tapi dalam hatinya dia bertanya-tanya apa kesalahan yang dia perbuat hingga membuat Arsen sedikit tidak tenang seperti ini. "Aku ada salah?" tanya Lily ketika sudah berada di samping Arsen. "Enggak salah sayang, aku cuma mau nanya apakah kamu masih terganggu dengan trauma masa lalu?" tanya Arsen yang kini menatap mata Lily. Lily hanya terdiam, dia memainkan tangannya sendiri. Banyak hal yang mungkin belum bisa dia katakan kepada kekasihnya terkait dengan peristiwa masa lalunya. Lily tau hal ini pasti akan sangat menyakiti Arsen tapi dia juga belum berani mengatakan yang sejujurnya, dia tidak ingin semuanya merasa terbebani atas apa yang Lily rasakan. "Sayang, aku kekasihmu dan sebentar lagi kamu akan jadi istriku, tidak masalah kamu menceritakan hal itu, aku tidak akan merasa terbebani atas segala hal yang menjadi beban dalam hidupmu." Arsen mencium kening Lily, dia hanya ingin Lily membagi beban yang dia rasakan kepada dirinya karena dia tau bahwa segala hal yang Lily rasakan akan semakin menekannya, Arsen takut Lily akan lupa diri dan meninggalkan dia untuk selamanya. "Mas, trauma itu kadang muncul tiba-tiba. Aku takut, banyak orang jahat yang mencoba menculik ku hanya karena aku anak dari keluarga ini." Lily mencoba mengatakan apa yang membuatnya resah. "Kamu jangan takut, Mas selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk menjagamu, tapi Mas tidak tega melihat kamu di bully oleh anak kantor. Mas nggak tega sayang, karena itulah Mas ingin mengumumkan hubungan kita," jelas Arsen. "Tapi Mas, rasanya aku belum berani, banyak orang jahat di luar sana yang ingin mengincar keluarga ku." Lily berkaca-kaca mengatakan hal ini. "Aku tau sayang, pasti berat bagimu tapi setidaknya kamu harus jujur dengan orang tua kamu atas apa yang kamu rasakan, kita bisa Konsultasikan ke psikolog setidaknya kamu bisa melupakan sedikit demi sedikit rasa trauma yang kamu rasakan sekarang." Arsen mencoba memberikan saran pada Lily, dia tau wanita ini juga sama keras kepala seperti dirinya tapi Arsen harus tegas, dia tidak mau jika kondisi Lily lebih parah jika hanya berdiam diri menunggu sampai trauma itu hilang dengan sendirinya. "Jangan katakan pada mereka, Mas tau kan perjuangan mereka untuk membuatku lupa akan trauma itu? aku nggak mau mereka merasa bersalah lagi Mas." Lily menangis di pelukan Arsen. Arsen tau semua tentang Lily, tapi wanita ini berhasil menyembunyikan rahasia besar mengenai kondisinya yang sebenarnya, wanita itu terus bertahan dengan segala luka yang dia miliki di masa lalu. Luka anak kecil yang dihadapkan dengan situasi sulit yang tidak pernah dia lihat sebelumnya. Lily, tidak pernah menceritakan apa yang sebenarnya dia lihat, dia hanya terus berteriak ketakutan semenjak peristiwa itu. Orang tuanya melakukan yang terbaik untuk berusaha menyembuhkan Lily dan setelah Lily paham dia mulai menahan traumanya di depan orang tuanya, dia hanya tidak ingin terus menjadi beban bagi mereka. "Sayang, sekarang kamu tidak perlu menyembunyikan semua ini. Kamu ceritakan semua kepadaku jika ada suatu hal yang membuatmu sulit, Mas tidak ingin kamu terluka sendiri sayang, bagi lukamu kepadaku," mohon Arsen pada Lily. Arsen mengeratkan pelukannya, dia tau Lily rapuh dan kini dia tidak akan lagi membiarkan wanitanya merasakan sedih sendiri lagi, dia akan menjaga wanitanya dan tidak perduli jika sampai orang kantor mengetahui hubungan mereka berdua. "Biarkan aku melakukan apa yang menjadi tugasku, kamu hanya boleh mengikuti alurnya sayang," bisik Arsen pada Lily. Pada akhirnya Lily pasrah, dia akan membiarkan Arsen melakukan apapun, dia percaya bahwa segala hal yang Arsen lakukan pada dasarnya adalah yang terbaik bagi Lily. Untuk saat ini ketakutan dan segala hal yang menyesakkan hatinya akan dia bagi dengan kekasihnya, dia tidak akan sanggup terus menerima ingatan menyakitkan yang terus mengusiknya. "Aku sayang kamu, jangan tinggalkan aku," pinta Lily dengan suara parau nya. Arsen mengangguk, dia mencium kening Lily, memberikan kekuatan kepada wanitanya agar terus kuat dalam menghadapi segala hal yang terjadi dalam hidup ini, mungkin orang lain melihat kehidupan orang seperti mereka sangat indah tapi tidak segalanya yang mereka lihat indah pada kenyataannya seperti itu. Mereka harus diliputi rasa was was karena banyak saingan bisnis dan terkadang ada hal yang terus menjadi perhatian karena hidup mereka banyak menjadi perbincangan. "Aku akan membela kamu, apapun yang terjadi aku akan membuat semuanya bungkam, mereka sudah keterlaluan memperlakukan kamu seperti itu, apalagi Sabrina! aku sudah sangat jengah dengan segala yang dia lakukan sayang. Jika tidak mengingat permintaan kamu aku sudah mengatakan sejak lama bahwa kamu kekasihku." Arsen mengungkapkan apa yang dia rasakan. Bahkan kini kekesalan Arsen tentang masalah kantor pun sirna karena fokusnya tentang apa yang di hadapi oleh kekasihnya. Semenjak pulang dari Mall, Arsen sudah bertekad untuk mengatakan hal ini dan kini Lily baru jujur tentang segala hal yang dia rasakan, tidak hanya masalah trauma masa lalu tapi hal baiknya Arsen bebas melakukan hal apapun untuk melindungi Lily dari para karyawan jahat yang mengganggu wanitanya. "Aku nanti pulang ya Mas, kata Bang Evans aku harus pulang, aku nggak tau ada masalah apa di rumah tapi ya kata Abang ada hal yang harus segera dia bahas di rumah nanti," jelas Lily. "Ya sayang nanti aku antar, aku tidak mau kamu sendirian. Selama aku bisa maka aku akan melakukannya untukmu sayang," Ujar Arsen yang menggoda Lily. Tidak semua orang bisa jujur dengan apa yang dia rasakan, ada trauma ada kesedihan yang hanya ingin di pendam sendiri dan kadang orang seperti itulah yang memiliki rasa trauma mendalam yang tidak pernah di ketahui oleh orang lain di sekitarnya. "Apa yang harus kita lakukan, Pa?" Evans menggenggam kertas dengan penuh rasa amarah di hatinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD