Setelah acara lari pagi yang bukannya membuat Naomi sehat malah membuat darah tinggi, sekarang gadis itu sedang duduk di depan tv dengan sebungkus besar kentang goreng ditangan. Di sebelahnya ada Kevin yang juga ikut menikmati sinetron ftv di salah satu stasiun tv swasta.
"Kak Nom-nom gue mau kencan nih. Pinjem mobil lo dong!" Naomi melirik sebentar ke arah Dirga kemudian menggeleng.
"Naik angkot aja lo. Gue mau ada perlu nih sama si Kevin." Dirga mengernyit. Naomi memang salah satu jenis manusia yang jarang berpikir kalau bicara.
"Kevin siapa?" Naomi menepuk jidatnya. Lupa kalau si berondong tengik itu tidak tahu si arwah gentayangan. Tapi kemudian seringai jahil muncul di bibir Naomi.
"Hantu komplek yang kemarin gue ajak bicara." Reflek Kevin langsung menoleh pada Naomi. Sementara Dirga langsung tersedak kentang goreng yang sedang di kunyahnya. Naomi terkekeh.
"Kak lo jangan bikin gue takut!" Naomi semakin menyeringai lebar.
"Dia ada di sebelah gue nih, lagi nonton FTV." Dirga langsung beringsut ke dekat kaki Naomi dan melirik-lirik ke sofa samping gadis itu duduk. Kevin tersenyum. Naomi memang jahil sekali.
"Ah kak, lo bikin gue merinding aja." Naomi tertawa.
"Oh Kevin yang agung, disini ada si tengik Dirga yang tidak percaya keberadaanmu. Ayo tunjukan padanya bahwa kamu ada." Naomi mengucapkannya seperti dukun yang sedang berinteraksi dengan hantu penunggu goa. Membuat Kevin tertawa berguling-guling.
Prangg!! Semua orang terdiam. Termasuk Kevin. Dirga langsung memeluk kaki Naomi dengan erat. Naomi dan Kevin saling tatap.
"Gue bohongan doang kenapa lo pecahin vas bunga beneran?" Ujar Naomi heran. Dirga semakin takut. Pasalnya vas bunga itu ada di tengah meja, mustahil jika jatuh sendiri dan pecah. Matanya sudah keluar air mata dan ingin menangis.
"Kak Nom-nom gue mohon jangan berinteraksi dengan makhluk astral beneran. Kalau lo jadi dukun gimana? Gue gak mau punya istri dukun." Diantara suasana tegang yang terjadi, berondong tengik itu justru mengeluarkan kalimat anehnya. Kevin yang sedang bingungpun mau tidak mau kembali tertawa.
"Gue gak tahu kak, gue lagi ketawa tiba-tiba vas bunganya jatuh kena kaki gue." Naomi mengernyit bingung. Pasalnya si Arwah sebelumnya tidak bisa menyentuh barang apapun. Apakah tertawa membuatnya memiliki kekuatan? Sepertinya Naomi harus melakukan penelitian. Siapa tahu Kevin bisa dijadikan alat untuk memperoleh pundi-pundi rupiah. Daripada Naomi dikejar-kejar editor setiap hari seperti di tagih hutang, mendig jadi dukun saja. Lebih cepat dapat uang itu bagus. Pikiran busuk benar-benar selalu menguasai kepala Naomi ketika mendapatkan peluang seperti sekarang. Ditambah lagi memikirkan tulisannya yang tak kunjung ada perkembangan.
"Dari pada lo kencan sama si kunti, mending lo ikut gue selidiki si Kevin." Ujar Naomi pada Dirga. Walaupun menyebalkan tapi Dirga tetap laki-laki yang bisa diandalkan jika Naomi dalam bahaya. Berondong tengik itu jago beladiri dan orang nomor satu yang akan membela Naomi ketika ada yang jahat.
"Jadi si Kevin itu beneran ada kak?" Dirga masih sedikit ragu.
"Lo mau gue suruh dia gerayangin lo biar percaya." Mata Dirga membulat dengan takut.
"Jangan kak, gue ikut lo aja deh." Naomi tersenyum. Akhirnya dia bisa mngerjai si tengik juga. Ingin sekali dia tertawa terbahak-bahak sekarang. Tapi ditahan.
"Ya udah bilang sama si kunti lo gak jadi kencan, ntar si kunti nungguin lo lagi. Kan kasihan." Dirga mengangguk. Dan Kevin tersenyum. Naomi memang baik di balik sikap ketus dan galaknya. Buktinya dia masih memperhatikan perasaan kekasih Dirga walaupun tidak akrab.
"Kita pergi sekarang kak?" Kevin berdiri ingin membantu Naomi membereskan vas bunga yang dipecahkannya tapi tidak bisa.
"Iya Vin habis ini kita langsung cusss..." Dirga yang sedang mengetik pesan untuk kekasihnya melirik sedikit ke arah Naomi dan bulu kuduknya kembali berdiri. Kak Nom-nomnya menjadi horor sekarang.
***
Perjalanan dengan dua laki-laki dewasa tapi tetap saja Naomi yang harus mengemudi. Gadis itu melirik dua laki-laki beda alam itu dengan kesal. Dirga sedang terkikik sementara Kevin tersenyum lebar. Membuat naomi membenarkan letak kaca mata hitamnya. Bisa katarak keseringan melihat senyum paling manis se alam semesta itu.
"Gue berasa tante-tante lagi mau jual berondong." Celetuk gadis itu membuat kedua laki-laki itu tertawa.
"Lo cocok sih kak jadi tante-tante." Naomi menurunkan sedikit kaca mata hitamnya dan melirik Dirga dengan sangat tidak ramah.
"Ngomong apa lo barusan?" Dirga nyengir sambil menjauhkan tubunya dari jangkauan Naomi. Merapatkan tubuhnya ke pintu. Tapi tetap saja Naomi dengan sangat sukses memukul kepalanya. Membuat laki-laki itu mengaduh tapi sambil tertawa. Menggoda Naomi memang hal yang sangat mengasyikan di dunia. Cuma ya harus terima resikonya.
"Lo hobby banget pukul-pukul gue! Gue gemesin banget yah?" Naomi menampilkan ekspresi ingin muntah.
"Amit-amit." Ucap gadi itu. Kevin tertawa terbahak-bahak.
Mobil yang dikendarai Naomi berbelok di pintu parkir sebuah Mall. Dekorasi Mall terlihat begitu meriah dengan poster buku dimana-mana. Gadis itu tersenyum melihat salah satu poster bukunya terpajang begitu besar dan menarik.
"Turun lo bedua! Ya kali gue harus bukain pintu emang gue supir apa?" Dirga membuka pintu sambil tertawa. Sementara Kevin tiba-tiba saja sudah ada di luar.
"Kita ngapain ke sini kak? Memangnya penyelidikannya disini?" Ucap Dirga penasaran. Naomi masih memandangi poster novelnya sambil berbinar. Nama penanya tertulis dengan besar dan indah disana. Benar-benar menyegarkan matanya. "Gue nanya woy!" Ucap Dirga keras-keras karena tak kunjung mendapat jawaban.
"Bawel banget sih lu, gak tahu apa gue lagi liat pemandangan paling indah di dunia." Dirga mendengus sambil mengikuti arah pandang Naomi kemudian memutar matanya.
"Pacar aku suka banget sama Novelnya Papper Melody kak. Itu yang posternya ada di sana." Perkataan Kevin membuat kepala Naomi semakin besar saja. Senyumnya bahkan sudah sangat lebar.
"Benarkah? Dia pasti cantik dan baik hati orangnya. Tidak sombong dan rajin menabung." Dirga dan Kevin sama-sama mengernyit tapi dengan alasan yang berbeda. Kevin tidak mengerti kenapa Naomi terlihat begitu kegirangan dan memuji pacarnya padahal tidak kenal. Sedangkan Dirga tidak mengerti kenapa gadis itu berbicara ngawur. Hingga laki-laki itu ingat tentang Kevin dan bulu kuduknya kembali berdiri.
"Udah ah masuk yuk kata Kevin pacarnya sering ke toko buku di mall ini." Naomi berjalan cepat meninggalkan Dirga dan Kevin. Kekuatan pujian yang dilayangkan Kevin memang sangat dasyat mempengaruhi moodnya. Dirga sedikit berlari mensejajarkan langkahnya dengan Naomi.
"Serius? Temen-temen gue juga pada sering ke toko buku sini. Lengkap sih. Jangan-jangan ketemu mereka lagi ntar." Naomi melirik sebentar ke arah Dirga.
"Kenapa takut ketemu? Punya utang yah lo?" Dirga terkekeh. Pemikiran Naomi memang luar biasa unik dan perlu di lestarikan. Kevin terkikik di belakang.
"Nah dah sampai nih, rame banget gila." Ucap Naomi takjub. Dirga juga bersiul girang.
"Banyak target buat gue goda nih. Cantik-cantik banget lagi. Nyesel gue gak pernah mau kalau diajak ke toko buku." Naomi melirik Dirga dengan jijik. Kemudian Kevin melihat seseorang yang menjadi target mereka ada di salah satu ujung lorong bersama seorang laki-laki. Laki-laki yang Kevin pikir telah menggantikannya.
"Kak, itu orangnya yang pakai baju biru di pojok lorong." Mata naomi langsung mengarah pada apa yang Kevin katakan. Dan menemukan wanita cantik dengan rambut panjang sedang tersenyum malu-malu dengan seorang laki-laki.
"Ga itutuh ceweknya." Dirga menghentikan aksi senyum sana-sininya. Dan mengikuti arah yang ditunjukan Naomi. "Yang baju biru." Tambah Naomi lagi. Mata Dirga membulat.
"Itu mah gue kenal kak. Adek kelas di kampus." Kevin sedikit kaget sekaligus senang karena merasa memiliki harapan.
"Serius?" Dirga mengangguk mantap. "Namanya Melody, dia sekolah di SMA kita juga kak." Naomi mengernyit kemudian memandang Kevin. Laki-laki itu tampak berkaca-kaca membuat Naomi tidak tega melihatnya.
"Ayok samperin aja. Kalau lo kenal tanyain ke dia tentang Kevin yah?" Dirga mengangguk. Ada gunanya juga mengajak si tengik dalam misi ini. Tapi ketika wajah laki-laki yang bersama Melody terlihat, Naomi rasanya ingin menenggelamkan diri ke rawa-rawa. Mau kabur tapi sudah terlanjur dilihat. Dirga juga sudah menyapa mereka berdua dengan sopan.
"Naomi apa kabar?" Ucap laki-laki itu sambil tersenyum. Mau tidak mau Naomi ikut tersenyum. Dan melirik sedikit ke arah wanita bernama Melody itu sedikit. Dia juga sedang memandang Naomi dengan penasaran.
"Baik."Ucap Naomi singkat, padat dan jelas. Tidak ingin bertanya balik seperti orang pada umumnya.
"Kalian saling kenal?" Naomi dapat merasakan ada nada cemburu dari suara Melody.
"Iya dulu kami pernah.."
"Pernah menjadi rekan kerja di kantor." Potong Naomi cepat. Laki-laki itu tampak kecewa. Melody tersenyum dan menyodorkan tangannya.
"Gue Melody kak Naomi. Salam kenal." Naomi menyalami gadis itu sambil tersenyum.
"Oh iya Mel lu masih inget Kevin gak?" Ucap Dirga tiba-tiba. Dari raut wajah yang di ekspresikan Melody, Naomi dapat melihat keterkejutan dan sedikit gugup.
"Kevin siapa? Gue gak kenal orang yang namanya Kevin." Ucap wanita itu. Naomi mengernyit terlebih melihat raut wajah gugup dan takut dar Melody ketika mengucapkannya. Sementara Kevin sendiri terlihat sangat marah dan menatap Naomi seperti memohon. Seolah mengatakan bahwa dia tidak bohong.
"Ohh lo gak kenal yah, gue pikir lo kenal sama Kevin anak pemasaran . Yang dulu jadi panitia seminar itu. Dia lagi nyari orang yang bisa nyanyi katanya." Ucap Dirga mengalihkan pembahasan utama. Naomi dapat melihat ada kelegaan dalam senyum Melody ketika yang dibahas ternyata Kevin lain. Ada apa sebenarnya?
"Oh Kevin yang itu, iya katanya udah dapet orang." Dirga tersenyum mengangguk. Untung di kampus Dirga memang ada orang yang bernama Kevin, jadi dia bisa mencari alasan.
"Yaudah deh, kita duluan yah? Mau cari es krim." Ucap Naomi sambil menarik Dirga pergi.
"Nom, nomor lo ganti yah?" Tanya laki-laki yang bersama Melody ketika Naomi hendak pergi.
"Gue gak pegang hp kak. Udah di gadein buat bayar utang." Setelah mengucapkan itu Naomi langsung berjalan cepat meninggalkan mereka. Dirga cekikikan mendengar kalimat terakhir kak Nom-nom-nya.
"Siapa cowok itu kak? gebetan lo yah?" Tanya Dirga jahil ketika mereka sudah jauh.
"Berisik lo."
***