Tidak sukar menemukan seseorang jika orang itu aktif bermain sosial media. Wang Kaili mem-posting perdana foto dan video pendek dirinya pasca keluar dari agensi. Ia mengenakan baju dan celemek Lilac Cafe, berpose menghadap jendela, memberi tanda peace dan bibir dimajukan gaya mencium serta sebelah mata dikedipkan. Dia terlihat imut dan ceria, meskipun merindukan kegiatan harian sebagai trainee, yaitu latihan menari dan menyanyi. Sekarang, ia belajar mencuci piring yang efektif dan efisien.
Saat asyik selfie, tiba-tiba telepon Kaili berdering. Kening Kaili mengernyit karena nomor tersebut tidak ada dalam kontaknya, tetapi beberapa angka di awal menandakan itu nomor agensi TM Entertainment. Kaili pun menyahut panggilan telepon itu. "Ya?"
"Nona Wang Kaili? Ini Manajer He. Aku ingin bicara denganmu. Apa kau punya waktu?"
Manajer He? Apa ini suruhan Han Junjie? Buat apa? Ingin melanjutkan balas dendamnya? Ah, berengsek! Han Junjie bakal membawa masalah saja!
"Katakan sekarang saja, Pak He. Apa yang ingin Bapak bicarakan?"
"Apa kau ingin kembali ke TM Entertainment? Han Junjie akan membantumu."
Kaili tercenung. "Kenapa ... Kenapa Han Junjie ingin membantu saya? Apa yang dia inginkan?"
"Ia ingin kau bekerja padanya."
"Bekerja padanya?" Mungkin lebih tepat menjual jiwanya pada setan. "Maaf, Pak He. Kembali ke agensi saja saya sudah tidak tertarik, apalagi bekerja untuk Han Junjie. Memangnya saya sudah gila?"
Di sisinya, Han Junjie melotot. Manajer He mendesah gelisah. "Tolonglah, Nona Wang. Mengertilah! Kami di sini mencoba membantumu. Kau kehilangan uang deposit ayahmu karena diberhentikan. Apa kau ingin orang tuamu kecewa karena uang mereka, kerja keras, dan harapan mereka sirna dan sia-sia?"
Kaili diam kelu. Jika ia kembali ke agensi, ia akan mengecewakanmu Kakak Zhuo yang sudah berbaik hati memberinya pekerjaan dan tempat tinggal. Kaili memantapkan hatinya. Ia berujar tegas, "Maaf, Pak He. Saya tidak tertarik bekerja pada Han Junjie. Terima kasih sudah menghubungi saya." Lalu ia memutuskan panggilan.
Han Junjie kehilangan total suaranya karena malam tadi. Ia mengomeli Manajer He menggunakan pembaca teks ponselnya. "Berani-beraninya dia menolak aku?! Kurang ajar! Manajer He, lakukan sesuatu!"
Manajer He merengut dan meringis, "Apa lagi yang harus kulakukan? Kau ingin aku memohon berlutut di hadapannya?"
Han Junjie mengernyitkan keningnya. Jika sampai harus mengejar-ngejar perempuan itu bakalan merasa di atas angin dan semakin bertingkah. Ia harus memikirkan cara lain. Junjie bicara lagi melalui ponselnya. "Ambil mesinnya. Kita coba log in dengan pemain lain!"
Hal itu membuat gaduh anak-anak trainee di asrama gadis. Ada orang TM Entertainment datang membongkar mesin game peninggalan Wang Kaili. Ada Manajer He mengawasi, jadi mereka menduga kuat ini asa hubungannya dengan Han Junjie. Xujia sebagai yang tertua di antara mereka memberanikan diri bertanya pada Manajer He. "Pak He, apa yang terjadi? Kenapa mengutak-atik mesin game Kaili?"
"Begini, dia 'kan sudah berhenti, jadi agensi ingin me-reboot mesin ini untuk dipakai trainee lain."
"Ooo."
Selanjutnya, mesin itu dibawa ke apartemen Han Junjie. Sebenarnya, jika di-reboot, maka persona XLili akan musnah. Maka gagallah rencana Han Junjie. Karena itu mereka mencoba menerobos akun XLili untuk diambil alih Yuan Mo. Namun, tidak berhasil. Bahkan mesin memperingatkan percobaan penerobosan itu akan meru.sak seluruh sistem dan menghapus akun.
"Sepertinya kau benar-benar harus memanggil gadis itu dan memintanya online. Kalau tidak, maka masa tenggang 3 hari akan habis dan akunnya akan terhapus otomatis," ujar Yuan Mo.
Rahang Han Junjie merapat dan mata terpicing karena berpikir keras. Sekarang tinggal 1 hari lagi waktu yang tersedia. Ia harus memaksa gadis itu, kalau perlu menculiknya dan memaksanya online. Seperti biasa, Han Junjie bicara melalui ponselnya. "Manajer He, kita lakukan dengan caraku!"
Manajer He meneguk ludah. Entah apa cara yang dipilih Han Junjie, ia harap tidak jadi masalah besar nantinya.
***
Dua hari bekerja di kafe, Wang Kaili membiasakan diri mengikuti flow-nya. Pagi hari setelah membuka kafe, sebelum ada pengunjung, Kaili selfie dulu untuk membuat harinya bersemangat. Kali ini ia berswafoto sambil memegang menu spesial hari itu yaitu egg tart dengan hiasan stroberi dan daun mint, terasa kelembutan dan manis lezat maksimal.
Kafe baru buka sehingga belum ada pengunjung. Zhuo sedang memanggang bubuk kopi. Aroma wanginya menyebar ke penjuru ruangan. Kaili menarik napas dalam-dalam meresapi bau menenangkan tersebut. Ia berlari kecil ke sisi Zhuo. "Kakak Zhuo, ajari aku membuat bubuk kopi sewangi ini," pintanya, tetapi ditolak Zhuo dengan mencebik, "Sempurnakan dulu kemampuanmu sebagai pencuci piring, baru kau bisa pegang bagian helper."
"Ooh," selorohnya kecewa.
"Lakukan segala hal perlahan-lahan. Jika terlalu cepat, kau akan cepat bosan dan hasilnya tidak maksimal," nasihat Zhuo.
Kaili merengut dengan bertopang dagu di pantri mengamati biji-biji kopi yang tengah digerus. "Ah, Kakak Zhuo, aku hanya ingin mengisi waktu sebelum ada tugas."
Tring!!
Baru saja ia berucap demikian, lonceng tanda tamu masuk berbunyi. Zhuo berseru padanya. "Nah, itu ada pelang.gan! Kau layani orang itu. Aku akan menyelesaikan ini dulu."
Kaili kembali tegap dan ceria. "Baik, Kakak Zhuo!" Ia bergegas ke pantri depan untuk menyapa pelang.gan, akan tetapi malah terpaku ketika melihat siapa orang itu.
"Manajer He?" gumam Kaili keheranan. Pria itu mengenakan topi, jaket, dan celana serba hitam. Celingak celinguk ke arah luar kafe. Kaili mendelik penuh kecurigaaan. Apa yang membawa Manajer He ke sini? Apa Han Junjie menyuruhnya?
Kaili berlagak tidak mengenal pria itu. Ia menunduk dalam di balik meja penerima pesanan. "Selamat datang! Ada yang bisa kami bantu? Apa Anda mau pesan minuman untuk di sini atau dibawa pulang?"
Manajer He doyong ke pantri dan berbicara dengan suara direndahkan. "Nona Wang, ini mengenai yang kita bicarakan kemarin." Tiba-tiba Manajer He berlutut dan memohon, "Tolonglah... jika aku gagal membawamu kembali, Han Junjie akan memecatku. Bagaimana aku akan memberi makan anak dan istriku? Tolonglah, Nona Wang, tunjukkan kemurahan hatimu. Kasihanilah pria tua ini."
Ha Junjie melihat adegan berlutut itu dari dalam mobilnya, langsung naik pitam. Manajer He seharusnya mengancam, menyeret, atau memaksa gadis itu, bukannya menyembah-nyembah. Mau ditaruh di mana mukanya sebagai atasan? Han Junjie keluar dari mobil begitu saja tanpa aba-aba membuat sopir dan satu bodyguard-nya terperanjat. "Han Junjie!"
Mereka bergegas meninggalkan mobil menyusul Han Junjie. Sontak kejadian itu menarik perhatian beberapa orang yang lewat. Karena penampilan idol sangat mencolok meskipun mereka menyembunyikan wajah di balik masker dan topi, rupanya ada yang mengenali Han Junjie dan serta merta mengeluarkan ponsel sambil terpekik menyebut namanya. "Han Junjie ...!"
Dalam hitungan detik puluhan orang berlarian ke arah kafe. Han Junjie terbelalak. Segera masuk ke dalam kafe, disusul bodyguard dan sopirnya, mereka menahan pintu bersama-sama. Kaca pintu dan etalase dipenuhi gadis-gadis yang berteriak histeris ingin menjamah idola mereka. "Han Junjie! Han Junjie! Wo ai ni!"
Kaili dan Manajer He tergamam. Mendengar keributan itu, Zhuo muncul di belakang Kaili. Melihat siapa yang datang, Zhuo bereaksi setenang mungkin. Ia menyapa Manajer He. "Pak He, apa kabar?"
"Oh? Zhuo?" Manajer He tercenung mengenali pemuda itu. "Kau .. bekerja di sini? Kau dan Nona Wang...."
"Ini kafe milik saya, Pak He. Wang Kaili bekerja di sini dan jadi penunggu kafe ini. Saya tinggal di apartemen di seberang."
"Ooo." Manajer He mangut-mangut.
Mereka lalu sama-sama melihat kegaduhan yang ditimbulkan Han Junjie. Kafe tidak pernah dikerubungi orang sebanyak itu. Zhuo jadi khawatir akan ada yang cedera atau kafe rusak.
Manajer He segera mengambil tindakan. Ia menyuruh Han Junjie duduk selayaknya pelang.gan kafe biasa. Kemudian, ia, bodyguard, dan sopir keluar menghadapi para fans. Manajer He memohon pengertian mereka.
"Seperti kalian semua sudah ketahui, Han Junjie kehilangan suara akibat kelelahan. Jadi, hari ini ia ingin mencari suasana baru dengan bersantai di kafe ini. Ia ingin menikmati secangkir kopi sambil membaca buku. Tolonglah... Jika kalian ingin melihat Junjie pulih secepatnya, bisa menyanyi di pentas lagi untuk menghibur kalian, beri Junjie waktu untuk bersantai. Oke?"
Pemimpin kelompok penggemar itu buka suara. "Baiklah, kami setuju, asalkan kafe tidak ditutup jadi kami bisa mengambil gambar Junjie dari luar."
Manajer He mangut-mangut. Ia tidak bisa menolak karena Junjie sudah kadung ketahuan berada di tempat itu.
Jadi, petugas polisi setempat datang untuk menjaga ketertiban. Banyak orang mengamera dan membuat vlog kehadiran Han Junjie di kafe itu, yang secara otomatis membuat kerumunan semakin bertambah. Ibarat liputan live kondisi Han Junjie setelah berita kehilangan suara, fans senang melihatnya baik-baik saja dan muncul di publik.
Karena tidak ingin menimbulkan polemik, Zhuo yang melayani Han Junjie. Kaili mengintip dari dapur.
Penampilan Han Junjie sangat khas tokoh pria dalam manga. Rambutnya disisir rapi dan licin, terlihat maskulin dan arogan. Mengenakan setelan jas serba hitam, kaki bersilang dan wajah dingin bermata tajam, memberi kesan misterius, tak tersentuh. Ia memangku buku bacaan komik Attack On Titan.
"Apa ada sesuatu yang ingin kau pesan?" tanya Zhuo.
Han Junjie menyahut melalui ponselnya. "Ya. Wang Kaili. Mau aku bungkus dan aku bawa pulang!"
Rahang Zhuo mengeras. Ia tidak suka cara Junjie membuat lelucon. "Ia pegawaiku, Junjie, bukan barang ataupun menu jualan. Kau tidak belajar juga ya tentang menghargai orang lain?"
"Apa kau bilang? Menghargai? Hei, aku sudah baik-baik menawarkan bantuan agar ia bisa kembali ke agensi, tetapi ia menolak dengan kasar. Kau seharusnya mempelajari dulu situasinya sebelum kau menuduhku. Gadis itu membuatku terjebak dalam game. Ia harus online dan menyelesaikan misteri di sana agar aku bisa keluar. Ia malah bertingkah. Jadi, siapa yang tidak menghargai? Lagi pula, seharusnya kau berterima kasih padaku. Aku mempromosikan kafemu tanpa bayaran sepeser pun. Kau harus tahu, apa pun statement yang kuucapkan setelah keluar dari kafe ini, akan berdampak besar pada kafemu."
Zhuo terdiam mengulum asam dalam mulutnya. Ia ingin membantah, tetapi ia juga butuh promosi seperti ini untuk bisnisnya. Ditambah ia juga tidak tahu duduk masalah sebenarnya antara Junjie dan Kaili.
Han Junjie mengetik lagi, dan keluar suara. "Beri aku Chamomile tea. Aku butuh sesuatu yang menenangkan sarafku."
Zhuo beranjak tanpa berkata sepatah kata pun. Ia ke dapur dan segera menginterogasi Kaili sambil membuat teh bunga Chamomile. "Apakah yang dikatakan Han Junjie itu benar? Kalian bermasalah dalam game?"
"Jadi, ini soal game itu?" Kaili terperangah. Ia jadi sungkan menjelaskan. "Ya, begitulah... tapi itu tidak sepenuhnya salahku. Agensi yang memberhentikanku, jadi, aku tidak punya kewajiban online lagi."
"Tapi Han Junjie tidak rela ini berakhir begitu saja. Aku kenal Han Junjie. Ia akan terus merongrong sampai keinginannya terpenuhi."
Kaili bergumam kepayahan. "Jadi, apa yang harus kulakukan, Kakak Zhuo?"
"Setelah selesai shift ini, kau ikuti Han Junjie dan selesaikan masalahmu dengannya."
"Baiklah, Kak."
Kaili menulis pesannya di tisu. Zhuo menyerahkan pesanan Han Junjie bersama tisu tersebut.
Han Junjie mendapat pesannya dan tersenyum tipis. Dalam hati bersenandung, Wang Kaili, ... malam ini akan menjadi malam pertama kita. Persiapkan dirimu, Lili kecil, karena Grizz beruang yang suka minum madu langsung dari sarangnya. Huahahahaha....
***
Bersambung.…