Bab 10. Mau Jadi Model

1001 Words
Balbara yang melihat lelaki tua itu akan membuka celananya, melotot tajam dan tangannya secara spontan— PLAK! Balbara menampar wajah Felix kasar membuat Felix memegang wajahnya dan matanya menatap pada Balbara yang tidak ada takutnya sama sekali dengan mata tajam Felix yang bisa menikam dirinya dengan hanya melihat mata tajam dari lelaki tersebut. “Apa? Kau mau marah padaku Uncle? Jangan beraninya kau mau marah padaku! Aku tidak mau melihat milikmu itu Uncle! Demi Tuhan! Aku tidak pernah melihat milik lelaki secara nyata dan langsung. Jangan kau nodai pemikiran anak kecil sepertiku.” Balbara memegang kepalanya dan menggeleng pelan. “Aku mau pulang. Aku tidak mau uang darimu. Aku akan bekerja saja, jadi model bukan? Kau akan membayarku mahal ‘kan? Aku terima menjadi model di perusahaanmu.” Ucap Balbara menatap lurus ke depan dan menghapus air matanya kasar. Felix mendengar apa yang dikatakan oleh Balbara kembali merapikan celananya, ia menggenggam tangann Balbara, namun Balbara dengan cepat menepis tangan Felix. Tidak mau disentuh oleh lelaki itu. Jangan sentuh aku! “Jangan sentuh. Aku tidak mau disentuh oleh lelaki b******n tua yang m***m sepertimu. Aku mau pulang. Antarkan aku pulang! Cepat! Antarkan aku pulang, aku tahu kalau aku sekarang miskin dan tidak punya uang. Sehingga aku tidak bisa menelepon taksi dan menyuruh taksi menjemputku di sini dan membawaku pulang ke rumah. Mau meminta tolong pada kedua temanku, mereka juga kasihan. Tidak punya uang.” Balbara mengeluh karena semuanya diatur oleh uang. Seandainya ayah dan kakaknya memberinya uang, maka Balbara sudah dari tadi untuk pulang denga taksi dan tidak menunggu Felix menghidupkan kuda besi ini. Felix mengangguk, ia mulai menghidupkan mesin mobilnya. Matanya masih menatap pada Balbara sebelum fokus ke jalanan. Felix berdeham. “Maaf.” Ucap Felix memang sudah keterlaluan sekali. Ia tahu kalau Balbara masih virgin dan belum pernah melihat kejantanan lelaki. Dan apa yang dilakukan oleh dirinya tadi sangat keterlaluan sekali pada gadis kecil itu. Balbara tidak membalas perkataan Felix. Ia hanya diam saja dan menatap ke arah jalanan. Haah! Hari ini sangat melelahkan sekali. Balbara membenci harinya bersama dengan lelaki tua b******n itu, yang sudah membuatnya membuang waktunya sia-sia untuk melihat film kesukaannya dan juga berbaring di ranjangnya yang sangat empuk. “Kau sungguh mau jadi model?” tanya Felix. Balbara melihat pada Felix sekilas. “Kau pikun! Wajar sih kau pikun, kau sudah tua dan tidak mendengar apa yang aku katakan. Aku mau menjadi model untuk mendapatkan uang, agar hidupku tidak melarat. Aku tidak mau menjadi gadis miskin!” teriak Balbara kesal. Dari kecil dirinya selalu diberikan uang dan kemewahan. Apapun yang dia mau selalu dituruti tapi sekarang? Balbara harus siap mencari uang sendiri. Dan ia menerima tawaran Felix untuk menjadikan dirinya model dan memberikan uang yang banyak untuknya. “Kau tidak akan menjadi miskin. Kau itu cantik dan menarik Balbara, aku yakin, hanya sebentar kau jadi model dan melakukan beberapa kali pemotretan namamu akan melejit dan dikenal oleh banyak orang.” “Memang. Aku memang cantik dan menarik sekali.” Ucapnya penuh percaya diri, dan air mata tadi entah hilang kemana. Yang ada sekarang Balbara yang sombong dengan melipat kakinya, emmbuat paha putih itu menjadi santapan liar mata lelaki berusia 41 tahun yang sedang mengemudi dan terus menatap ke arah paha Balbara. Oh sial! Paha yang dilumuri oleh santan kental Felix kemarin malam, sekarang berada di depan mata Felix. Membuat lelaki itu ingin mengulang kembali perbuatan bejatnya pada Balbara, dan kali ini pikirannya menuju ke arah yang lebih intim dan kurang ajar. Dengan membayangkan kalau dia menyentuh paha itu sambil menjilat bibir v****a Balbara yang berwarna pink dan begitu cantik. “Jangan melihat pahaku terus Uncle! Kau harus melihat pada jalanan. Aku tidak mau mati muda dan berakhir di dalam kubur bukan berakhir di depan kamera sembari bergaya untuk mencari uang.” Tegur Balbara. Felix tertawa kecil mendengarnya. “Pahamu sangat mengundang sekali sayang. Kemana gadis kecil yang merengek dan ketakutan tadi hah? Kau tidak menangis lagi, tapi malah berubah menjadi jalang yang menggodaku sekarang.” Telapak tangan Felix ingin memegang paha Balbara. Dengan cepat Balbara menjauhkan pahanya, dan menepis tangan Felix kasar. “Jangan sentuh!” ucap Balbara sembari melotot. Felix mendengar apa yang dikatakan oleh Balbara mengangguk. “Oke sayang. Aku tidak akan menyentuh dirimu sayang. Aku akan fokus menatap ke depan dan menyetir.” Ucap Felix mengangguk, dan ia tidak mau mengganggu singa kecil yang sedang marah padanya. Balbara keluar dari dalam mobil sambil memegang lehernya dan menguap pelan. Mengantuk! Balbara seharusnya sudah tidur tiga jam yang lalu, bukan malah harus menemani Felix bekerja. Seperti istri yang menemani suaminya saja. “Kau mau langsung tidur?” tanya Felix melihat pada mata sayu Balbara. “Hem…” Balbara berjalan masuk ke dalam rumah, tanpa mengatakan apapun pada Felix lagi. “Balbara, kau lebih baik mandi dulu sebelum tidur.” Balbara menatap tajam pada Felix yang berkata penuh perhatian pada dirinya. Ia mendengkus sinis dan menggeleng. “Terserahku mau mandi atau tidak. Uncle bisa diam tidak?! Siapa yang membuat aku harus di luar dan sampai lelah begini? Uncle! Aku benci Uncle.” Ucap Balbara menghentak kaki. Felix melihat kepergian Balbara dengan helaan napasnya. Lalu dia melihat jam di arlojinya. Sudah jam enam petang. Ini terlalu siang untuk ke klub malam. Tapi para kawan bejatnya sudah menunggu di klub malam, dengan beberapa wanita. “Balbara, aku pergi dulu. Kau nanti makan malam sendirian saja.” Balbara berbalik. “Pergilah! Kau mau ke neraka pun aku tidak peduli Uncle!” ucap Balbara sinis, dan terus masuk ke dalam rumah, tanpa melihat dan mendengar apa yang dikatakan oleh Felix lagi. Felix tertawa kecil. “Kalau aku ke neraka, kita tidak jadi menikah sayang. Ahh, lebih baik kita ke atas alta—” DUK! “Aduh!” “PERGIII! JANGAN BERKATA YANG TIDAK-TIDAK LAGI TUA BANGKA!” Teriak Balbara setelah melemparkan sandalnya pada Felix dan tepat mengenai kepala Felix. Felix menghela napas kasar. Oh sial! Kenapa gadis kecil ini suka sekali melempar, lama-lama tubuh Balbara yang Felix lempar ke atas ranjang dan menikmati malam panas bersama dan keringat memenuhi tubuh.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD