Seorang pria berlari menyusuri koridor sekolah. Tujuan utamanya sekarang adalah ruang kesehatan.
Baru saja salah seorang temannya mengabarinya jika gadis berstatus pacarnya di dapati pingsan di kelasnya saat jam pelajaran berlangsung.
Pria itu membuka begitu saja pintu ruangan UKS di mana kekasihnya berada. Kekasih yang sudah dia pacari selama 3 tahun. Kekasih yang adalah cinta pertamanya sejak kelas 2 SMP dan dia memberanikan diri mengutarakan perasaanya saat pesta kelulusannya waktu itu dan bahagianya dia karena si gadis memiliki rasa yang sama untuknya.
Bahkan si pria ikut mendaftar di SMA yang sama dengan si gadis berstatus pacarnya itu.
"Sha... " Lirihnya melihat kekasihnya berbaring di ranjang hanya di temani seorang petugas kesehatan.
Hampir semua penghuni sekolah mengenal mereka, dua sejoli yang manis yang sering membuat orang iri melihat romantisnya mereka berdua.
"Wil.. " Lirih gadis itu.
Willy dan Esha adalah couple favorit para siswa. Banyak yang mengidolakan sepasang kekasih ini.
"Kamu kenapa? Datang bulan?" Tanya Willy khawatir. Ia paham betul jika kekasihnya ini akan sangat lemah di saat hari pertama datang bulannya.
Esha hanya mengangguk lemah,
" Kamu kok bisa tahu aku di sini?"
"Tadi Bayu lihat kamu di bawa ke UKS, kelasku lagi olah raga. " Willy membelai rambut hitam lurus milik kekasihnya. Poni Esha terlihat basah karena keringatnya.
"Udah minum obat belum? "
"Hmm.. Udah baru aja tadi di kasih sama bu Mila. " Ujar Esha melirik pada bu. Mila petugas kesehatan yang terlihat sibuk dengan kertas-kertas di mejanya.
Willy ikut menoleh ke arah bu. Milla,
"Terimakasih bu.. "
Bu Mila mendongak seraya tersenyum. Willy dan Esha adalah murid yang baik dan berprestasi. Willy adalah ketua OSIS dan juga ketua Dewan Penegak tahun lalu.
begitupun dengan Esha, dia peraih juara olimpiade matematika selama 2 tahun berturut-turut. Dia juga mendapatkan beasiswa penuh di sekolahnya, bahkan Esha sudah di pastikan di terima di perguruan tinggi negeri favorit di kotanya lewat jalur beasiswa.
"Bu, apa Esha boleh izin pulang? " Tanya Willy penuh harap pada bu Mila.
"Iya boleh, kamu antar dia ya, tapi izinmu hanya sampai jam istirahat pertama. Setelah antar dia kamu kembali ke sekolah. " Ujar bu. Mila sambil menulis surat izin untuk mereka berdua.
"Terimakasih bu. "
Kembali menatap kekasihnya yang masih terlihat pucat, "Kamu tunggu sini ya, aku ambil tas kamu di kelas. "
Esha hanya mengangguk saja. Ia masih merasakan sakit di perut bawahnya. Kepalanya juga pusing,keringat dingin masih ia rasakan meski ia sudah meminum obat pereda nyeri tadi.
Beberapa saat kemudian Willy kembali ke UKS sambil membawa tas hitam milik Esha. Lalu membantu gadis itu bangkit dari ranjang.
"Kuat jalan tidak?" Tanya Willy khawatir.
"Pelan-pelan bisa. " lirih Esha.
Setelah menerima surat izin dari bu Mila,Willy memapah Esha berjalan keluar UKS.
"Aku gendong aja ya, kamu lemes banget." Tawar Willy tulus.
Esha menggeleng, " Tidak mau, ini sekolah malu. "
Willy yang mengerti hanya bisa menganggukan kepalanya dan kembali memapah Esha dengan sabar menuju tempat parkir di mana mobilnya berada.
"Kamu tunggu sini, biar aku keluarin mobil dulu. " Ujar Willy sesaat mereka sampai di depan parkiran khusus murid-murid.
Matahari yang sudah terasa terik meski jam masih menunjukan hampir pukul 9 pagi membuatnya tidak tega jika Esha harus berjalan hingga ke parkiran.
Sebuah mobil Porsche berwarna biru berhenti di depan Esha berdiri. Lalu Willy keluar mobilnya dan menghampiri Esha.
"Yuk.. " Ajaknya kembali memapah Esha menuju kursi penumpang.
Membukakan pintu dan menuntun Esha masuk ke dalam seraya satu tangan menahan bagian atas pintu takut Esha akan terbentur.
"Terimakasih Will..." Ucap Esha pada kekasihnya. Willy memang sangat perhatian padanya.
Willy hanya tersenyum lalu bergegas menuju pintu kemudi. Masuk ke dalam dan duduk di balik kemudinya. Menoleh ke samping di mana Esha duduk lantas mencondongkan dirinya membuat Esha merasa gugup.
Willy hanya tersenyum melihat kegugupan kekasihnya. Nyatanya selama 3 tahun mereka pacaran,mereka tak pernah macam-macam kecuali kecupan di kening Esha saat perayaan ulang tahun Esha sekaligus hari jadi mereka, yang mereka rayakan berdua dengan sederhana.
Willy tahu kekasihnya itu sangat menjada dirinya,maka dari itu Willy sangat mencintai Esha karena Esha adalah gadis baik-baik. Baginya Esha bukan hanya pacar untuk teman bersenang-senang masa mudanya,tapi Esha adalah masa depannya,suatu hari dia akan meminang Esha untuk menjadi istrinya.
Willy berhasil memasangkan sabuk pengaman milik Esha lalu memasang miliknya sendiri.
Mengusap lembut rambut Esha, " Jangan gugup,aku tidak akan macam-macam kok, aku sabar sampai nanti kamu jadi istriku. "
Apa yang Willy ucapkan membuat Esha bersemu merah. Dia merasa bahagia karena Willy benar-benar mencintainya, tidak bermain-main dalam hubungan mereka.
Menoleh ke samping, " Siapa yang gugup. " Elak Esha menyembunyikan semburat merah di pipinya.
Willy tersenyum melihat rona merah di telinga Esha, meski gadisnya sudah menyembunyikan wajahnya ke samping.
Willy lantas melajukan mobilnya menuju rumah Esha tak jauh dari sekolah,setidaknya butuh 15 menit dengan mobil menuju rumah Esha.
Willy menghentikan mobilnya tepat di depan rumah orang tua Esha. Sebuah rumah dengan bangunan khas belanda di mana rumah itu memang warisan dari kakek buyut Esha dari papa Esha.
Menoleh ke samping di mana ternyata Esha tertidur. Willy segera melepas sabuk pengamannya dan dengan hati-hati keluar mobil lalu menuju pintu rumah dan menekan belnya.
Tak butuh waktu lama hingga pemilik rumah membukanya," Nak Willy ada apa? " Tanya seorang ibu berusia sekitar 40 tahunan dengan dress berwarna coklat di padukan sebuah apron putih,beliau adalah ibu Maryam, bunda Esha,
"Itu bun, biasa Esha pingsan,datang bulan. "Ucap Willy.
Maryam melihat ke belakang tubuh Willy di mana mobil Willy terlihat.
"Sudah bunda bilang tadi pagi supaya tidak berangkat tapi Esha tetap ngeyel."
Maryam lantas membuka satu pintu lagi agar lebih lebar. Ia tahu jika pemuda di depannya itu akan berbalik dan membopong tubuh kecil Esha masuk ke dalam rumah.
Dengan hati-hati Willy membopong tubuh Esha dan membawanya masuk ke dalam kamar Esha di kamar pertama begitu memasuki rumah itu. Kamar Esha memang berada tepat di sebelah ruang tamu di mana kamar ayah dan bunda serta adik-adiknya berada di belakang dan dekat ruang keluarga.
Dengan hati-hati Willy membaringkan Esha ke ranjangnya,lalu menyelimutinya dengan hati-hati.
"Sudah nak?" Tanya Maryam pada Willy,bagaimanapun tak baik jika seorang pemuda berada di kamar seorang gadis terlalu lama.
"Sudah bun.. " Lirihnya, lalu mengikuti langkah Maryam keluar kamar Esha.
"Ini minum dulu, terus ini bunda baru membuat kue, kamu bawa bagikan sama teman-temanmu ya! "
"Terimakasih bun." Willy tersenyum lalu meneguk minuman dingin yang di berikan bunda maryam.
"Kalau begitu Willy pamit ya bun, cuma dapat izin sampai istirahat pertama nih. "
"Iya,terimakasih ya sudah menjaga Esha. "
Willy terseyum lalu menyalami tangan bunda maryam seraya pamit kembali ke sekolah sambil membawa kue buatan bunda Maryam.
............
Hai perkenalkan,
Namaku Amanda Faresha.
Aku siswa kelas 3 sebuah SMA favorit di kotaku,Aku anak pertama dari 4 bersaudara. Adiku yang pertama bernama Ananda Fahreza atau biasa di panggil Reza,dia duduk di bangku SD kelas 6. Sedang adik ke duaku bernama Denias Farszani atau biasa di panggil Denias, dia duduk di bangku kelas 4 SD. Sedang adik bungsuku bernama Almira Farasha
atau biasa di panggil Asha,dia baru kelas 1 SD. Ayahku bernama Rama Farzoni,beliau bekerja di sebuah perusahaan tekstil sebagai kepala produksi.Sedangkan ibuku bernama Maryam Shamira, seorang ibu rumah tangga yang sesekali menerima pesanan kue dan beberapa makanan ringan seperti lumpia dan yang lainnya.
Sedang yang tadi Willy Pradana, Kekasihku sejak lulus SMP. Dia pria yang baik,perhatian dan tidak pernah macam-macam.
Inilah kisahku, tentang perahu cinta yang kita tak akan pernah tahu akan kemana dia berlabuh, meski kita sudah merencanakan segalanya dengan baik.Nyatanya skenario Tuhan itu akan selalu lebih baik.