Setelah seharian disibukkan dengan pekerjaan yang padat, Gio akhirnya bisa merebahkan tubuhnya di atas kasur yang empuk. Badannya terasa lebih segar setelah mandi. Ia bersantai sambil menyalakan tv walaupun matanya tidak fokus pada layar besar di dalam kamarnya.
Gio sibuk dengan ponsel miliknya sambil membaca grup chat keluarga yang kini sudah bertambah anggotanya dengan resminya Jouvan sebagai suami Rea. Beberapa foto jalan-jalan sepupunya di Danau Beratan yang letaknya di Bedugul, Bali. Dan ada juga foto pengantin baru yang sudah sampai di tempat tujuan untuk bulan madu mereka di New Zealand. Gio tersenyum bahkan tertawa membaca isi grup chat tersebut. Ia suka lupa waktu kalau sudah ikut nimbrung di sana. Selalu ada hal konyol yang dibahas, walaupun Gio hanya sebagai pembaca tanpa ikut berkomentar.
Pandangannya teralihkan ketika mendengar suara seseorang yang dikenal dari layar televisi. Iya, Gio melihat Sera di televisi sedang melakukan wawancara dengan korban kekerasan yang ia ceritakan tadi malam. Ini adalah kali ke dua Gio melihat Sera siaran karena bukan hobinya menonton televisi. Lebih baik ia habiskan waktu sebelum tidur untuk membaca buku atau menonton video Taekwondo.
Sosok yang ada di layar televisi berbeda sekali dengan Sera yang ia kenal sehari-hari. Pembawaannya sangat kalem dan tenang. Bahkan ketika mengajukan pertanyaan, Sera terlihat hati-hati agar tidak menyakiti hati narasumbernya. Gio sampai geleng-geleng kepala melihat sosok Sera yang begitu berbeda.
“Anak ini kayaknya punya kepribadian ganda. Kadang galak terus tiba-tiba jadi kalem begini. Tapi apa cuma sama gue aja juteknya nggak ketulungan? Terus kalau iya, apa dong masalahnya sama gue?” gumam Gio heran.
***
Gio sedang duduk sendiri di pintu kedatangan domestik di Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Ia mendapat tugas menjemput orang tuanya beserta Gery dan Anya. Pak Yono sedang pulang kampung karena orang tuanya sedang sakit. Jadilah Gio sebagai supir sementara menjemput keluarganya. Cukup lama ia menunggu karena pesawat yang di tumpangi delay akibat cuaca buruk.
“Hai Gio..” sapa seseorang.
Gio yang sedang asik dengan ponselnya, mendongak mendengar sapaan seseorang yang berdiri di hadapannya. Ia terkejut namun berusaha bersikap biasa saja.
“Kamu lagi nunggu siapa?” tanya orang itu dengan wajah ceria.
“Oh, itu aku jemput keluargaku” jawabnya datar.
Levia tersenyum manis, kemudian duduk di sebelah Gio, “Sudah sangat lama ya, kita nggak pernah ketemu. Terakhir natal dua tahu lalu, kan? Itu juga hanya sepintas saja”
“...” Gio hanya mengangguk. Ia tidak menduga akan bertemu wanita yang paling ia hindari selama in. Dunia terkadang benar-benar terasa sempit bagi Gio
“Kok kamu diem terus. Apa masih marah sama aku?” tanya Lavia tenang. Pembawaan Lavia hampir mirip dengan Rea. Tapi jika sedang marah, ia sering meledak-ledak. Itulah yang terjadi saat Gio tidak bisa memilih dirinya atau Rea saat itu.
“Aku harus gimana?” tanya Gio kemudian menghela napas, “Baiklah, gimana kabar kamu?” inilah yang di inginkan wanita yang duduk di sebelahnya.
Senyum Levia mengembang saat pertanyaan terlontar dari mulut pria yang pernah menjadi bagian hidupnya dulu, “Aku baik, sangat baik karena sekarang aku akan menetap di Indonesia. Aku bisa ketemu kamu lagi, bahkan setiap hari”
“Oh..” hanya itu yang keluar dari bibir Gio. Levia tidak tersinggung, karena ia sangat tahu betul bagaimana sifat Gio. Dingin dan kaku jika merasa tidak nyaman dengan lawan bicara. Namun, ia juga pernah merasakan sikap hangat pria itu. Diperlakukan bak tuan putri oleh Gio ketika masih berstatus sebagai pacarnya.
“Keluarga kamu pulang dari mana?” tanya Levia dengan lembut
“Bali” jawab Gio ketus.
Levia mengangguk pelan, “Oh iya, aku lihat foto yang kamu unggah di sosial media. Rea sudah menikah ya?” tanya Levia antusias.
Gio menoleh, ia mengernyitkan alisnya, “Di mana kamu lihat unggahan aku?” Selama ini semua kontaknya dengan sang mantan sudah terputus. Jadi wajar saja jika ia heran mengetahui Levia melihat unggahan fotonya di sosial media.
“Di Inst@gram. Kamu mungkin nggak sadar kalau aku follow kamu, karena aku nggak pakai username nama asliku. Aku sering liat aktivitas kamu di sana. Walaupun kamu jarang update”
“Aku bukan penggila sosial media. Cuma momen penting dan berharga saja yang aku bagikan di sana” ujar Gio.
Tiba-tiba tangan Levia menyentuh lembut lengan pria itu, “Akhirnya kamu bisa melepaskan Rea. Aku ikut senang dan bahagia walaupun kamu melakukannya dengan terlambat” ucapnya setengah berbisik.
Belum sempat melepas tangan Levia dari lengannya, Gio dikejutkan oleh kedatangan keluarganya.
“Wah ada siapa nih?” sapa Santi melihat sosok tidak asing sedang duduk dengan putranya.
Levia beranjak dari duduknya dan memberi salam pada kedua orang tua Gio, “Malam Tante. Apa kabar?”
“Baik Levia. Kamu makin cantik saja. Tante tadi sampai pangling loh”
Levia tersenyum malu, “Makasih Tante. Om apa kabar?”
“Baik Nak Via” jawab Adam.
“Halo Mas Gery dan Mbak Anya” sapa Levia pada kakak dan ipar Gio.
“Hai” Gery dan Anya kompak mengangguk dan memberi senyum. Gery tahu Levia adalah mantan pacar Gio. Sedangkan Anya hanya sekedar kenal saja, dan tahu sebab musabab adik iparnya di tinggal karena cemburu dengan Rea. Dari sana Anya kurang suka dengan Levia. Namun berusaha nampak biasa saja.
“Kamu nunggu siapa?” tanya Santi.
“Nunggu Mama baru pulang dari Surabaya” jawab Levia.
Gio memandang dingin interaksi Levia dengan keluarganya. Namun, saat menemukan sosok yang ada di belakang Gery dan Anya, sontak saja Gio mengernyit heran.
“Sera, lo kok bisa sama keluarga gue?” tanya Gio lalu menghampiri Sera.
Levia mencari sosok Sera yang tertutup Gery dan Anya. Ia tidak asing dengan Sera karena sering melihat di tv dan I*stagramnya sudah centang biru jadi cukup terkenal di sosial media.
“Gue baru balik dari Lampung, pas aja ketemu waktu nunggu bagasi” jawab Sera santai. “Oh iya, Om Tante, Kak Gery dan Kak Anya, aku pamit duluan ya. Sampai jumpa lain waktu” Sera mencium tangan kedua orang tua Gio sebelum pergi.
“Hati-hati ya, Sera. Kapan-kapan main ke rumah Tante. Jangan ke rumah Emily terus”
Sera tersenyum canggung, “Siap Tante. Lain hari pasti Sera main ke sana, Tante. Tenang saja”
“Kapan-kapan kita liburan bareng ya, Ra” ucap Anya
“Gampang kak. Nanti calling aku aja ya” jawabnya Sera sambil mengedipkan sebelah matanya.
“Lo nggak mau dianter sekalian?” Gio memberi tawaran dengan tulus.
Sera melirik Levia dan Gio bergantian, “Nggak usah. Gue di jemput sama mobil kantor kok” jawab Sera kemudian berlalu.
Tanpa diberi tahu, Sera yakin Levia memiliki hubungan khusus dengan Gio. Ia pernah mengalami bagaimana dekatnya ia dengan orang tua Raka. Apalagi kalau bukan karena ia dan Raka berteman baik dan orang tuanya tahu kalau dirinya menyukai anak mereka.
“Gue kira dia bohong waktu bilang pernah pacaran. Ternyata bisa deketin cewek juga. Begitu Rea menikah, itu cowok langsung tancap gas. Bagus juga sih daripada keburu tua” pikir Sera saat sudah berada di dalam mobil yang menjemputnya.
Sera di antar pulang ke apartemennya oleh supir tempatnya bekerja. Ia terpisah dengan team karena ia pulang lebih dulu dan rekannya pulang esok hari. Dua orang rekannya ingin menikmati sisa waktu di Lampung sebelum kembali beraktivitas. Sera tidak ingin membuang waktu karena pekerjaannya masih banyak. Lebih baik ia gunakan waktunya untuk beristirahat dengan tenang. Ia akan pergi berlibur jika segala tanggung jawabnya sudah terselesaikan.
~ ~ ~
--to be continue--
*HeyRan*