Chapter 15

1078 Words
Della terus saja mengekori ke mana pun Dave bergerak. Hal ini disebabkan karena Nath sudah memberitahukan mengenai kepergian Dave ke Denpasar besok. Selain mengekori Dave, wajah Della juga selalu ditekuk dan uring-uringan, bahkan anak itu kini sangat manja dengan sang ayah. Seperti sekarang hujan deras mengguyur tempat tinggal mereka sejak pagi, dan Dave harus keluar rumah membantu Andri memperbaiki saluran air yang tersumbat. Hal tersebut membuat Della menangis histeris, ingin ikut. Della berontak dalam gendongan Nath karena Dave mengabaikan keinginannya. “Sayang, Papa hanya membantu Om Andri. Sebentar lagi juga kembali. Della sama Mama dulu ya di dalam rumah,” Nath membujuk Della yang sudah terisak. “Tidak mau, Della mau di sini biar Om Dave tidak pergi!” teriak Della kepada ibunya sambil sesenggukan. “Ya sudah, sekarang Della berhenti menangis.” Nath menuruti keinginan putrinya yang sangat keras kepala. Tangan Nath mulai pegal menggendong tubuh anaknya setelah lima belas menit berlalu. Dia tidak mau mengambil risiko jika menurunkan Della, takut Della akan menerobos hujan dan menghampiri Dave. “Kenapa berada di luar, Nath? Jangan sampai kamu yang baru sembuh kembali sakit,” tegur Dave setelah menerima handuk milik Nath yang diberikan Bi Rani. Nath tidak mengeluarkan suaranya, tapi memberi jawaban melalui lirikan mata ke arah Della yang memeluk erat lehernya. “Masih nangis?” Tanpa mengeluarkan suaranya Dave bertanya sambil membuka bajunya yang basah kuyup. Nath menggeleng. “Sebaiknya kamu segera mandi dengan air hangat,” suruh Nath saat melihat Dave menggigil. “Mama, Della mau di sini menunggu Om Dave,” celetuk Della ketika merasakan langkah ibunya memasuki rumah. Nath menghela napas mendengar celetukan putrinya. ”Jika tahu akan seperti ini, mending tidak usah memberitahukan kepergian ayahnya,” gerutu Nath dalam hati. “Sebaiknya kita masuk, Sayang. Di sini dingin. Papa juga mau mandi.” Mendengar suara Dave, seketika Della menoleh dan segera mengulurkan tangannya. “Tubuh Papa masih basah, Nak. Della digendong Mama saja dulu. Setelah Papa selesai mandi, baru Della sama Papa ya,” bujuk Nath lembut. “Benar, Sayang. Coba Della rasakan.” Dengan telapak tangannya yang dingin, Dave menempelkannya pada kedua pipi Della sehingga membuat Della merinding kedinginan. “Aku mandi dulu, Nath.” Dave mendahului Nath yang menggendong Della masuk rumah. *** Della menunggu Dave selesai mandi di ranjang ibunya. Sesekali dia menoleh ke arah kamar mandi menanti kemunculan sang ayah. “Om, kenapa lama sekali?” tanya Della sehingga Dave yang berjalan sambil memakai baju terkejut. “Eh. Papa tadi berendam dulu, Sayang. Mama mana?” Dave menghampiri Della yang wajahnya masih sembap. Keengganannya untuk kembali ke Denpasar semakin besar. “Di luar,” jawab Della dan duduk di pangkuan Dave. “Om, jangan pergi.” Tangis Della kembali pecah mengingat ucapan ibunya yang mengatakan Dave akan pulang. Dave mendekap tubuh mungil yang kini tengah bergetar di pangkuannya. “Iya, Sayang. Papa akan tinggal di sini bersama Della.” Dave mengernyit saat merasakan tubuh Della hangat. Dengan cekatan dia menempelkan telapak tangannya pada kening sang anak. “Hangat,” gumamnya. “Kita keluar cari Mama ya, Sayang?” ajak Dave. Della mengangguk. “Gendong,” pintanya manja. Tanpa penolakan, Dave segera menggendong Della dan membawanya mencari keberadaan Nath. *** Hujan di luar yang masih turun dengan derasnya tidak menghalangi telinga Dave mendengar sesuatu, sebab rumah Nath beratap genteng. Semakin mendekati ruang tengah, suara isak tangis semakin jelas didengarnya. Dave penasaran dengan pemilik isakan itu sehingga dia mempercepat langkahnya. “Zelda?” gumamnya saat berada tak jauh dari tempat duduk Nath dan Bi Rani. “Mama,” panggil Della ketika melihat ibunya duduk di samping Zelda sambil merangkul pundak wanita tersebut. Nath, Bi Rani, dan Zelda menoleh setelah mendengar panggilan serak Della. “Zel, kamu kenapa?” Dave duduk di tempat Nath setelah Della ingin bersama ibunya. “Aku tidak apa-apa, Dave. Tadi aku hanya terbawa suasana saja bercerita kepada Nath dan Bi Rani perihal persalinan yang akan aku hadapi nanti.” Zelda menghapus sisa air mata di kedua sudut matanya. Dave menatap Nath dan Bi Rani bergantian, mencari kebenaran atas ucapan Zelda. Keduanya mengangguk membenarkan. “Kamu tidak usah khawatir, kamu dan bayimu pasti akan baik-baik saja.” Dave menepuk pundak sahabatnya. Zelda tersenyum. “Terima kasih, Dave.” Zelda mengalihkan tatapannya kepada Nath dan Bi Rani di depannya. Dari sorot matanya dia memberi isyarat kepada keduanya untuk tidak memberi tahu Dave yang sebenarnya. “Oh ya, sepertinya hujan sudah reda. Aku permisi pulang dulu.” Zelda berdiri dibantu Dave. “Tunggu sebentar, Nak. Ada sesuatu untukmu. Ayo, ikut Bibi.” Bi Rani menggandeng tangan Zelda menuju dapur. Sesampainya di dapur, Bi Rani memberikan Zelda berbagai macam sayuran dan daging ayam. “Bawalah, untuk berjaga-jaga di malam hari jika kamu lapar. Prioritaskan bayimu, Nak. Bibi yakin Andri tidak bermaksud mengusirmu,” Bi Rani menasihati Zelda setelah menyerahkan sayur dan daging. “Terima kasih banyak, Bi. Jangan bicarakan hal ini kepada Dave, Bi. Aku tidak mau mereka bertengkar,” pintanya. “Iya. Kamu tenang saja.” Bi Rani mengantar Zelda ke depan rumah. *** Della ditemani Dave berbaring di ranjang Nath, sedangkan Nath berada di dapur membuatkan s**u untuk Della. “Om, kita tidur di ranjang Mama saja bertiga,” pinta Della yang sedang memeluk tubuh Dave. Dave menelan ludah mendengarnya. Dia tidak mau melunjak, dibiarkan tetap tinggal saja sudah membuatnya bersyukur. Dia tidak ingin Nath menganggapnya memanfaatkan situasi. “Iya,” jawab Dave agar Della tidak merengek. Setelah Della tidur dia akan pindah ke kamar anaknya. “Dell, minum s**u dulu,” ujar Nath memasuki ruangan sambil membawa nampan. “Aku buatkan air jahe hangat untukmu,” sambungnya pada Dave. “Terima kasih.” Dave mengambil cangkir berisi air jahe yang asapnya masih mengepul. “Badan Della masih hangat?” Saat tadi Dave memberi tahu badan putrinya hangat, Nath langsung menggosok punggung Della dengan bawang putih yang dicampur minyak kelapa murni, agar Della tidak sakit. Dave menempelkan telapak tangannya pada kening Della. “Tidak,” jawabnya. “Syukurlah.” Nath lega. “Tapi, Nath ....” Dave sengaja menggantung kalimatnya. “Apa?” Nath menatap Dave waspada. “Sekarang badanku yang hangat,” ujarnya sambil menarik tangan Nath dan menempelkan pada keningnya. “Lalu?” Dengan malas Nath bertanya setelah menarik paksa tangannya. “Maukah kamu menggosok punggungku seperti Della agar aku tidak jatuh sakit?” pinta Dave memelas. Nath memberikan cubitan pada paha Dave atas pertanyaan itu. “Tidak perlu aku gosok, tunggu sebentar akan aku ambilkan obat.” “Aku tidak mau minum obat. Kebanyakan zat kimia tidak baik untuk tubuh,” sergahnya menolak. “Dasar,” decak Nath. Andaikan tidak ada Della bersama mereka, Nath ingin sekali mencekik suaminya ini. “Habis, Ma.” Della memperlihatkan gelas anti pecahnya kepada sang ibu jika dia sudah menghabiskan s**u. “Della memang anak Mama yang pintar. Sekarang Mama antar gosok gigi dulu ya.” Nath membantu Della menuruni ranjang. “Della mau sama Om Dave gosok giginya, Ma,” pinta Della saat Nath ingin menggandeng tangannya menuju kamar mandi. “Boleh, tapi panggil Papa dulu,” pinta Dave balik. Nath hanya memerhatikan reaksi putrinya mendengar permintaan Dave.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD