Make Love in Morning Day

980 Words
“Ada apa, Indi?” tanya Damian dengan suara lembutnya. Mata penuh gairah itu menatap Indi yang tengah mengatur napasnya. Indi menggelengkan kepalanya. “Nothing,” ucapnya parau. Seolah tengah menutupi gairah yang telah hadir dalam dirinya. Damian kemudian menyunggingkan senyum. “Enjoy!” ucapnya lalu menarik tubuh Indi dan meraup dua gundukan kenyal yang sedari tadi ingin dipuaskan. Spontan, perempuan itu membusungkan dadanya. Kepalanya terangkat ke atas dengan tangan meremas rambut hitam nan lebat milik sang suami. Tidak kuasa menahan gejolak gairah yang sudah hadir di dalam dirinya atas permainan luar biasa yang dilakukan oleh Damian kepadanya. “Arggh … Damian!” pekik Indi tak kuasa menahan segala permainan yang dilakukan oleh Damian kepadanya. “You so … arrgghh!” pekiknya lagi. Bukan Indi namanya kalau tidak berisik dan melontarkan kata-kata luar biasa yang dikeluarkan olehnya kala bercinta. Selalu begitu dan Damian sudah sangat hafal dengan istrinya itu. Dan tentunya Damian sangat menikmati itu semua sebab suara parau nan lembut itu selalu membangkitkan gairah dalam diri Damian. Isapan itu semakin dalam. Menggigit gemas pucuk merah muda itu kemudian mengadahkan matanya menatap Indi yang sedari tadi mendesah dan meraung serta menggigit bibir bawahnya karena menahan erangan yang ingin dia luncurkan. Lalu meninggalkan jejak cintanya cukup banyak di atas gundukan tersebut. Ia sangat menyukainya dan akan selalu ia lakukan hal itu bila sedang bercinta. “Yang kemarin juga belum hilang,” protes Indi kemudian. Damian terkekeh pelan seraya menatap sang istri dengan tatapan liarnya. “I like it, Honey,” bisiknya dengan suara penuh gairah. Sementara Indi hanya memutar bola matanya dengan pelan lalu menatap Damian dengan tatapan datarnya. Untuk saat ini ia hanya bisa pasrah lantaran puncaknya belum tiba. Dan itu semua bisa membuat kepalanya pusing bila tidak sampai puncaknya. Lima belas menit berlalu. Puas melakukan pemanasan, penyatuan pun dimulai. Damian menarik tubuh Indi lagi kemudian menyatukan dirinya di bawah sana yang sedari tadi sudah tidak sabar ingin masuk ke dalam sana. “Ouughh ....” Damian mengerang pelan. Lalu mulai memompa tubuh Indi yang seratus persen sudah siap akan hujaman yang dilakukan Damian kepadanya. “I love you!” bisik Damian tepat di telinga kanan Indi. Perempuan itu mendecih pelan seraya membuang muka. “Why?” tanya Damian yang kini tengah berada di atas tubuh Indi. Perempuan itu menggelengkan kepalanya. “Nothing!” ucapnya seperti ucapan tadi saat Damian bertanya kepadanya. Damian terkekeh pelan. “Suatu saat nanti, kamu sendiri yang akan berucap i love you saat bercinta denganku.” Indi mengibaskan tangannya. Masa bodoh dengan ucapan suaminya itu. Gemas melihatnya, Damian lantas mendorong tubuhnya lebih dalam. “Arrggghh ….” Hingga pekikan spontan keluar dari mulut Indi sebab Damian mendorong dirinya hingga penuh. Masuk sempurna di bawah sana dan memompanya dengan laju yang cukup kencang. “Ouggh … Damian! What are you doing! Oh my God!” pekik Indi semakin kacau. Tubuhnya seperti sesak akibat hujaman yang dilakukan oleh Damian kepadanya. “Enjoy, Sayang. Kamu selalu menikmati apa pun yang aku mainkan,” ucap Damian dengan suara paraunya. Laju tempo itu semakin kencang. Damian tidak bisa melewati sedetik pun percintaan itu dengan perlakuan biasa saja. Harus luar biasa sebab bisa saja Indi akan menolaknya bila memang sedang tidak ingin diganggu. “Sudah berapa menit?” tanya Indi kepada sang suami. “Baru lima belas menit,” jawabnya bohong. Padahal sudah memasuki menit ke tiga puluh. “Masih lama rupanya,” ucap Indi yang percaya begitu saja atas ucapan Damian. Sementara pria itu hanya mengulas senyumnya setelah mendengar ucapan Indi yang di luar dugaan. Pikirnya, Indi tahu bila durasi bercinta mereka sudah memasuki menit ke tiga puluh. Rupanya Indi tidak mengetahuinya dan tentu saja menjadi poin plus bagi Damian sebab bisa menghujam Indi lima belas menit lagi. ‘Mungkin dia juga menikmatinya. Makanya lupa sudah berapa menit kami bercinta,’ ucapnya dalam hati. Damian kembali meraup bibir Indi dengan penuh. Mengoyak dan memainkan lidahnya di dalam mulut perempuan itu. Tangannya meremas gemas kedua gundukan indah itu satu persatu. “Euummphh ….” Indi mendesah pelan. Damian menatap penuh wajah istrinya itu. Setelahnya, membalikan tubuh Indi lalu menyatukannya kembali. Mendorong hingga masuk dengan sempurna di bawah sana. Melajukan temponya dengan cepat dengan iringan desahan serta erangan menjadi backsound dalam bercinta di pagi hari itu. Sampai akhirnya keduanya sudah memasuki puncaknya masing-masing. Damian melajukan dengan sangat cepat hingga suara percikan itu terdengar begitu jelas. Meraung seraya meluncurkan benih itu di bawah sana. Masuk sempurna ke dalam rahim Indi. Tubuhnya lemas tak berdaya. Sembari mengatur napasnya, Damian merebahkan tubuhnya di samping Indi yang tengah duduk sembari mengatur napasnya yang terengah-engah. Ia kemudian menolehkan kepalanya dengan pelan ke arah Damian. “Sama-sama!” sindirnya pelan. Damian terkekeh pelan mendengarnya. “Thank you, Indi. Kamu memang luar biasa. Selalu puas dan tentunya membuat ketagihan.” Indi menyunggingkan bibirnya. “Bohong lo, yaa! Katanya setengah jam, tahunya mau sejam!” ucapnya setelah sadar bila permainan itu memakan waktu selama lima puluh menit lamanya. Damian tersenyum tipis. “Tidak perlu marah. Toh! Kamu juga baru sampai puncak di saat aku udah mau keluar.” Indi terdiam. Kalah telak oleh ucapan Damian kepadanya. Ia kemudian mendehem pelan dan menarik napasnya dengan pelan. “Gue mau mandi dulu. Keringat elo bercucuran di tubuh gue, lengket!” ucapnya kemudian beranjak dari tempat tidur. “Nggak mau mandi bareng?” godanya kemudian. Indi memutar bola matanya. “Menghemat waktu, Sayang. Mau aku buatkan sarapan? Aku bisa membuatkan apa saja yang kamu inginkan." “Terserah! Asal jangan racun gue, Damian," ucapnya kemudian masuk ke dalam kamar mandi. Damian terkekeh dengan pelan mendengar ucapan istrinya itu. "Mana mungkin aku meracunimu, Indi. Aku akan kehilangan kamu selamanya kalau aku berani meracunimu," ucapnya lalu mengambil celana yang ia lempar tadi. Tepat di atas tas milik Indi, ia pun mengambilnya. Namun, matanya tertuju pada sesuatu yang ada di dalam tas tersebut. Ia pun mengambilnya kemudian memicingkan matanya seraya meremas dengan erat sesuatu yang ia ambil itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD