KEGELISAHAN YANG LUAR BIASA

562 Words
"Apa kabar? " "Aku? " Tanya Arum pada lelaki baik hati yang selalu punya waktu untuk dirinya tetapi memilih pergi setelah cintanya terhempas dan hatinya tertusuk duri. Mata tajam itu menatap Arum. "Bukan, aku menanyakan kabar cewek cantik pelayan kantin itu. Kamu jangan GR. " "Ih... Siapa juga yang GR, aku cuma nanya kabar ku kah yang ditanyakan? " "Cantik" Arum tersenyum. "Kenapa kamu tersenyum ?" Arum terkejut, ia sadar Hendrik sedang menggodanya. Itu sebabnya ia malu sekali. "Aku bilang bunga ini cantik. Aku heran kenapa sekarang anak buahku jadi pintar sekali menata ruangan? " Sahut Hendrik. "Iya terus apa hubungannya dengan aku ?" "Ya, gak ada hubungannya sih. " "Kalau tidak ada hubungannya untuk apa aku di sini? " Arum mendadak berdiri dan ingin pergi. Tangan Hendrik meraih jemari Arum dengan cepat. Tanpa sadar kulit mereka bergesekan, Arum semakin berdebar. Andai boleh memilih maka ia akan memilih menyelesaikan pekerjaan di rumahnya tanpa berhenti dari pada harus duduk di tempat ini bersama lelaki yang ternyata baru Arum sadari bahwa hatinya menyimpan rindu untuknya. "Duduklah... " Hendrik memohon dengan tatapan matanya, meminta Arum kembali duduk di kursinya. "Berhentilah menggoda ku.. " Pinta Arum akhirnya. Hendrik tertawa lepas memandangi keluguan Arum. Arum ikut juga tertawa bersamanya. Tawa tulus ikhlas dan tidak dibuat-buat. Mereka tampak bahagia memintal rindu berdua. Beberapa pasang mata menatap mereka, termasuk sepasang mata yang berdiri di balkon atas. Mata itu terus mengawasi Arum dan Hendrik. Satu sisi hatinya bahagia melihat ibunya tersenyum bahagia dengan lelaki yang dulu hampir saja menggantikan posisi ayahnya. Satu sisi hatinya tergores karena ia sangat ingin ibunya menjadi sosok yang setia. [28/2 08.02] Rarashasha: Azzam, anak sulung Arum itu terpana melihat tawa Hendrik dan Arum. Azzam tidak menyangka ibundanya bisa tertawa seceria itu. Jujur ia bahagia karena Azzam kenal siapa umminya dan Azzam tahu bagaimana derita menjadi perahu dalam kehidupan umminya itu. Azzam ingin umminya bahagia namun tertawa dengan lelaki saat wanita masih beristri itu sungguh tidak pantas. Apa kata teman-teman yang mengenal dirinya dan umminya bila mereka tahu keadaan ini? [28/2 08.07] Rarashasha: Apa kata kerabatnya? Dan... Apa kata Tuhan nanti? Azzam bingung sekali. Rasanya ia mulai tidak bisa berkonsentrasi dengan pekerjaannya di kantor hari ini. Apalagi bila ia ingat bahwa tadi umminya sempat membohonginya. Ummi bilang akan pulang dengan segera tapi mengapa berada di kantin bersama om Hendrik? Apakah sebelumnya ummi dan om Hendrik memang sering berjumpa? Apakah selama ini ummi dan om Hendrik sudah sering bertanya seperti ini? "Ach, aku harus bertanya pada ummi nanti setibanya di rumah agar semuanya jelas. " Begitu Azzam berkata lirih pada dirinya sendiri kemudian pergi meninggalkan pemandangan antara Arum dan Hendrik. Sesampainya kembali di ruangannya, Azzam merasa tidak tenang. Ia terlampau khawatir pada kondisi umminya. Ia takut umminya tidak dapat mengendalikan diri. "Assalamualaikum, Um. " Sapa Azzam melalui ponsel. "Waalaikumsalam." "Ummi dimana? " Tanya Azzam pada umminya. Arum bingung, matanya meminta persetujuan pada Hendrik. "Katakan yang sejujurnya. " Bisik Hendrik pada Arum, bisik yang ia biarkan tertahan namun tetap terdengar oleh Azzam. "Ummi ada di kantin kantormu,Nak.Bersama om Hendrik. " Lega rasanya mengucapkan kalimat itu, Arum seolah tahu kegelisahan yang di rasakan oleh Azzam itulah mengapa ia merasa perlu menjelaskan tentang keberadaannya di sini pada putra sulungnya itu. "Kalau kamu tidak sibuk kemarilah. " "Egh... tidak usah, Um. Kebetulan Azzam akan ada rapat, nanti kalau ummi pulang tolong kabari Azzam ya. " "Siap sayang... " "Salam buat om Hendrik,Um." Seloroh Azzam akhirnya, sebelum kemudian ia menutup perbincangan dengan ummi tercintanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD