HAPPY READING
***
“Lo kenapa sih ngomong kayak gitu sama pak Bimo”
“Suer, keceplosan, nggak sengaja lagian cuma bisik-bisik, kok dia bisa kedengaran gitu ya” ucap Anya ketika ia melangkah menuju parkiran.
“Ya denger lah, jarak kalian deket gitu”
“Yaudah biarin aja, lagian tuh orang kayak ngobat gitu. Tattoan, rambut gondrong, item, dekil, itukan mirip ngobat”
“Itu style dia Anya, lo jangan aneh-aneh deh. Wajah pak Bimo macho gitu lo bilang ngobat. Awas ya lo kalau ketemu pak Bimo lagi, ngomong aneh-aneh”
“Iya, iya lo tenang aja”
“Lo bawa mobil kan?” iya ucap Anya.
“Ketemu di apartemen ya” Anya dan Silvi lalu berpisah di basement.
***
Patah hati terberat adalah ketika orang yang ia cintai memilih meninggalkannya. Ia mengalami putus asa dan sempat melakukan hal-hal sporadis yang tidak masuk akal dan terlihat konyol. Dalam kondisi terburuk ia menolak beberapa tawaran endorsmen yang masuk. Managernya Silvi selalu memarahinya karena hilang akal.
Silvi untuk beberapa Minggu memaklumi tindakan Anya seperti itu, namun ini sudah berminggu-minggu lamanya tapi Anya masih merenungi nasib dan itu membuat Silvi kesal dengan artisnya.
Anya melihat undangan pernikahan Acrilic amplop rustic milik saudaranya tertulis Mili & Raja. Selera Raja dari dulu hingga sekarang tidak berubah, dia selalu menyukai kemewahan. Oleh sebab itu abangnya selalu kerja mati-matian mendapatkan itu semua. Ia mengenakan gaun berwarna putih dengan bahu terbuka ada sedikit leyer dibelakang. Rambut panjangnya ia biarkan terurai. Semua tema pada pernikahan ini adalah putih dan dilaksanakan di La’seine Function Hall sama seperti Ares saudaranya. Cuma bedanya mas Raja pernikahannya lebih ke Eropa, simpel dan elegan. Tidak banyak tamu yang diundang hanya orang terdekat dan keluarga saja.
Para tamu undangan telah datang dan duduk di kursi yang telah di sediakan. Anya memandang Mas Raja sedang mengucapkan janji suci dihadapan Tuhan.
"Di hadapan Tuhan, Imam, para orang tua, para saksi, maka saya Raja, dengan niat yang suci dan ikhlas hati telah memilihmu Mili Zora menjadi istri saya. Saya berjanji untuk selalu setia kepadamu dalam untung dan malang, dalam suka dan duka, di waktu sehat dan juga sakit, dengan segala kekurangan dan kelebihanmu. Saya akan selalu mencintai dan juga menghormatimu sepanjang hidupku. Saya bersedia menjadi orangtua yang baik bagi anak-anak yang akan dipercayakan Tuhan kepada saya dan akan mendidik mereka secara Katolik. Demikian janji saya demi Allah dan Injil suci ini, semoga Tuhan selalu menolong saya" ucap Raja.
Semua berlansung dengan khidmat, Anya hanya bisa menatap pasangan berbahagia itu tersenyum suka cita dan Raja memberinya kecupan di bibir Mili. Anya melirik Teguh, pria itu berkumpul bersama keluarganya tanpa memandangnya. Padahal mereka sudah menjadi saudara ipar, namun terasa asing. Lihatlah betapa tampannya pria itu mengenakan jas hitam. Rambutnya tertata rapi dan sangat rupawan. Pandangan mereka lalu bertemu.
Jujur ia rindu luar biasa ingin berlari dan memeluk tubuh bidang itu dan mengatakan bahwa ia tidak sanggup sendiri. Biasanya ia selalu makan siang dan dinner bersama, setelah seharian beraktifitas. Ia selalu memberi semangat kepada Teguh setelah pria itu lelah melakukan operasi panjangnya. Lalu mereka berpelukan dan menghabisi malam bersama berdua di apartemen sambil mendengarkan lagu Classic.
Bahkan mereka pernah bermimpi untuk menikah setelah ini. Namun semua sia-sia, terasa asing dan sudah sebulan mereka menjalani hidup sendiri. Ia menangis setiap malam karena rasa cintanya masih cukup besar kepada Teguh. Ia menyesal karena dulu ia belum mempublikasi hubungannya kepada Teguh di hadapan publik dan dihadapan keluarga. Setidaknya jika dihadapan publik ada sedikit pembelaan dan suport dari nitizen.
Anya melangkah menuju meja prasmanan mengambil air mineral. Lagu Classic dinyanyikan oleh Ananda Artis muda yang sedang naik daun. Anya menatap disekelilingnya masih dengan suasana berbahagia dan suka cita. Kedua mempelai itu sedang melakukan pemotretan dan akan melempar bunga. Ia tidak sedang ingin menikah jadi tidak perlu menunggu menyambut bunga. Terlebih ada banyak yang tidak ia kenal di sana.
"Anya"
Anya yang sedang menyesap air mineral lalu menoleh, memandang seorang pria mengenakan kemeja putih berdiri tidak jauh darinya. Anya mengerutkan dahi karena ia tidak mengenal pria itu. Ia tidak heran jika semua mengenal namanya, karena ia memang dikenali publik. Pria itu melangkah mendekatinya.
"Iya, siapa ya?" Tanya Anya sambil menatap pria itu.
"Saya Armand Balges tetangga kamu, saya mengetahui nama kamu dari mama saya" ucap Armand mengulurkan tangan kepada Anya.
Alis Anya terangkat, ia tidak tahu bahwa ia memiliki tetangga bernama Armand Balges, karena masalahnya ia tidak pernah bersosialisasi dengan tetangga. Di komplek perumahaanya semua berpagar tinggi dan lebih banyak hidup individual. Anya ragu untuk membalas uluran tangan itu. Ia dengan berat hati membalasnya.
"Anya Asmeralda"
"Tetangga? Rumah yang mana?"
"Pas disamping rumah kamu jaraknya cuma tembok" ucapnya lagi menjelaskan secara detail.
Anya memperhatikan struktur wajah itu, jujur ia tidak kenal siapa dia. Wajahnya tampan, hidungnya mancung dan ada sedikit brewok di wajahnya. Dan dia sepertinya seumuran Teguh dan mas Raja.
"Yang kolam renangnya di belakang?"
Armand lalu tertawa ia menatap wanita cantik itu. Dia adalah Anya tetangganya, mengenakan gaun putih tercantik diantara tamu-tamu lainnya. Dan dia lah wanita yang menjadi pusat perhatiannya. Rasa penasarannya cukup besar ia lalu menghampiri wanita itu. Ia menanyakan kepada orang tuanya, siapa wanita itu. Beliau mengatakan bahwa itu Anya adik dari Raja.
Mungkin Anya tidak mengenalnya karena ia dulu berteman dengan Raja. Ia juga baru melihat bahwa ternyata Raja memiliki saudara perempuan yang cantik. Mereka memang tidak saling mengenal karena baru dipertemukan di sini. Siapa sangka gadis cantik dan rupawan yang membuat dirinya penasaran adalah adiknya Raja dan selama ini mereka hidup berdampingan.
"Sepertinya semua rumah di komplek kita, kolam renangnya dibelakang" ucap Armand tersenyum.
"Iya sih, berarti anaknya Tante Hesti?" Tanya Anya mencoba menebak, setahu ia hanya mengenal Tante Hesti saja.
"Iya benar, Tante Hesti itu ibu saya"
"Hemm" Anya tersenyum, ia mencari keberadaan Tante Hesti dan ternyata berada di sana sedang duduk dan memandangnya, lalu melambaikan tangan ke arahnya.
"Itu mama, mau ke sana?" Ucap Armand.
"Nanti saja, saya lagi pengen sendiri" ucap Anya tersenyum, ia sungguh bingung jika berhadapan dengan orang tua lagi pula ia tidak terlalu kenal Tante Hesti.
"Kerja di mana?" Tanya Armand penasaran.
Alis Anya terangkat, ia mengerutkan dahi. OMG, seorang Armand menanyakan dia kerja di mana? Apa Armand tidak tahu dia adalah selebgram yang kerjaannya hanya foto-foto cantik, sibuk membuat video endorsmen dan menghadiri podcast-podcast para youtuber yang mengundangnya. Hari gini masih tidak mengenal siapa dia. Oh Tuhan, pria ini sebenarnya dari mana? Hidup dimana? Apa dia tidak memiliki i********:, twitter? Yang wajahnya sering berseliweran di sana.
"Belum kerja" ucap Anya seadanya. "Kamu kerja di mana?" Anya balik bertanya.
"Coba tebak, saya kerja di mana?" Ucap
Anya memperhatikan penampilan Armand, pria berperawakan tinggi besar serta memiliki tubuh bidang, memiliki brewok di rahang tegasnya. Sepertinya pria itu bukan jenis pria kerja kantoran karena kulitnya exotic dan tubuhnya terlihat kokoh.
"Engineering" ucap Anya mencoba menduga.
Armand lalu tersenyum dan mengangguk, "Iya kamu benar"
"Really? Pasti di Pertamina?"
"Yes of course"
"Saya lulusan Petroleum Engineer di UI dan posisi saya sekarang Chief Supply Chain"
"Keren"
"Terima kasih" Armand tersenyum.
"Sudah lama kamu kerja di sana?" Tanya Anya penasaran.
"Lumayan seangkatan Abang kamu Raja 14 tahun bertahan di sana. Saya lebih banyak di kilang minyak dari pada di kantor" ucap Armand ia menatap wajah cantik itu.
"Ternyata angkatan mas Raja"
"Iya, Dulu kamu kuliah di mana?" Tanya Armand penasaran.
"Kuliah di Yale University, lulus tahun kemarin"
"I see" Armand memasukan tangan ke saku celana menatap Raja dan Mili yang sedang berbahagia.
"Akhirnya Raja menikah juga" gumam Armand.
"Kata mama, sudah seharusnya menikah, biar nggak kesepian di Jerman" Anya terkekeh.
"Kamu sudah menikah?" Tanya Anya, ia melirik Armand.
"Dulu hampir menikah, cuma gagal"
"Owh ya, gagal kenapa?"
Armand menarik nafas dan lalu tersenyum, "Kekasih saya, dulu balikan sama mantannya. Ternyata mereka sering bertemu ketika saya kerja di Kilang Minyak. Dan kita kandas begitu saja"
"Semoga kamu mendapatkan yang terbaik. Lebih baik gagal menikah dari pada gagal berumah tangga" ucap Anya.
"Iya kamu benar, banyak sekali teman saya yang seperti itu, ujung-ujungnya memilih bercerai. Ada rasa tidak percaya mereka melakukan itu. Saya masih tidak tahu kenapa mereka melakukannya. Padahal saya menganggap bahwa mereka harmonis, memiliki anak, mapan secara finansial tapi ah sudahlah. Saya tidak membayangkan apa rumah tangga sekeras itu ?"
"Saya juga tidak tahu kalau rumah tangga seperti apa, karena saya juga belum menikah" Anya lalu tertawa.
Armand juga ikut tertawa, "Walau banyak kasus perceraian, saya tidak takut untuk menikah. Malah menginginkannya segera"
"Yaudah nikah aja, gampang kan" Anya menyesap air mineral.
"Ya gampang sih, masalahnya pilih-pilih juga. Soalnya saya pemilih dalam berpacaran,"
"Posesif?" Anya menduga.
"Bisa dibilang begitu"
"Oh God, saya malah tidak suka diatur jika berpacaran. Justru saya sebaliknya, kalau pacaran harus saya yang ngejar duluan. Harus saya yang cinta duluan"
Alis Armand terangkat, "Owh ya"
"Iya, saya selalu seperti itu. Entahlah kalau ada yang suka duluan, saya malah nggak suka. Aneh ya?"
"Enggak, sama sekali nggak aneh. Justru saya suka wanita seperti itu. Coba saya tebak"
"Apa?"
"Zodiak kamu Sagitarius"
"Ih, kok tau sih"
"Ya kebanyakan seperti itu, kamu pasti Aries"
"No, I'am Leo"
"Kamu masih percaya zodiak nggak sih"
"Ya percaya nggak percaya sih. Cuma asyik aja kalau ada ramalan bintang"
Anya memandang Armand, menatap wajah tampan itu, "Pertanyaannya adalah apakah waktu kelahiran bisa mempengaruhi kepribadian seseorang? Misalnya Aries yang ambisius dan Leo jago bersosialisasi"
"Dirunut dari sisi sejarah yang saya ketahui, premis pengaruh pergerakan planet terhadap watak manusia bukanlah hal baru. Masyarakat Babilonia mempercayai hal ini ribuan tahun sebelum Masehi, melalui ilmu perbintangan (astrologi). Masyarakat Babilonia menyadari adanya orbit atau jalur pergerakan planet, bulan, dan Matahari. Orbit tersebut dijadikan acuan dalam pembagian 12 zodiak"
"Astrologer (ahli perbintangan) percaya pergeseran posisi antar planet memberikan energi yang berbeda terhadap manusia. Energi itu kemudian bisa mempengaruhi watak dan nasib terhadap 12 zodiak"
"Pengaruh Yunani ini menjadi andil besar dalam menyebarkan doktrin zodiak ke wilayah Barat dan Asia. Hingga akhirnya, banyak orang terpengaruh dengan peramalan zodiak untuk mengetahui nasib dan kepribadiannya"
"Sayangnya, sejumlah hasil percobaan menunjukkan, zodiak seseorang tidak berkaitan dengan kepribadian. Terutama, ketika dibandingkan dengan serangkaian tes kepribadian dalam psikologi"
Anya hampir tidak percaya bahwa Armand menceritakan secerada detail terjadinya zodiak. Ia ingin standing aplus karena kagum, wawasan Armand sangat luas, ini saja masih soal perbintangan. Belum lagi mereka membahas lainnya.
"Kok kamu tau sih"
Armand mengerutkan dahi, "Tahu apa?"
"Pengaruh zodiak terhadap kepribadian seseorang"
Armand tertawa, "Baca buku lah"
"Cuma kadang suka aja gitu apa yang diramalin, terus karakter zodiak hampir sama dengan karakter saya. Ya kadang ngawur juga ramalannya. Buat seru-seruan aja"
Anya menarik nafas, "Saya pernah baca bahwa sifat pria Leo itu setia, berani, dan sesasional"
Armand lalu tertawa, "Mungkin tapi mendekati benar"
"Yang saya tahu bahwa wanita Sagi itu, kebebasan, imajinasi, dan penuh rahasia"
Anya tertawa ia bertolak pinggang, "Mendekati benar"
"Are you adventurous?"
"I really like traveling. Last month I was from Paris alone, rasanya seru sekali saya lalu ke Milan, London" Anya melangkah keluar dari hall, agar suasana tidak berisik diikuti Armand.
"Ada apa di Paris?"
"I attended a Harmes Fashion show invitation"
Armand memperhatikan Anya, seorang Anya di undang acara fashion show Harmes. Itu merupakan hal yang luar biasa. Setahu dia hanya orang-orang berpengaruh menghadiri acara tersebut. Armand memperhatikan Anya, wanita itu memang sangat baik dalam berpakaian, look dan tubuhnya indah. Tapi bukan seperti seorang model yang tinggi semampai.
"Are you an influencer?" Ucap Armand menduga lalu menatap Anya.
"Dari mana kamu tahu?"
"Karena Harmes tidak akan mengundang para artis untuk acara fashion show mereka. Setahu saya mereka mengundang influencer, wartawan, orang berpengaruh lainnya, karena mereka ingin acaranya berjalan dengan lancar tanpa kegaduhan"
Anya semakin kagum kepada Armand yang bisa mengetahui banyak hal. Ia salah satu wanita yang menyukai pria berwawasan luas,
"Ya kamu benar sekali"
Anya melirik Armand, pria itu menatapnya, "Kamu memiliki sudah kekasih?"
Armand tertawa, "Semenjak putus dengan kekasih saya dulu, sampai sekarang saya belum memiliki kekasih lagi"
"Jangan-jangan kamu belum move on?"
"Saya bukan belum move on, tapi lebih tepatnya sedang menikmati hidup tanpa drama dan tidak ingin salah pilih dan gagal lagi"
"I see, dulu mas Raja juga berbicara seperti itu. Sampai akhirnya bertemu dengan mba Mili"
"Semoga saja saya bisa bertemu dengan orang yang tepat tanpa drama"
"Saya selalu mendoakan yang terbaik"
Anya memandang ke arah acara, ia menatap orang tuanya yang melambaik kepadanya. Ia harus ke sana untuk foto keluarga.
"Saya ke sana dulu ya, mama udah manggil"
"Iya"
Armand menatap tubuh Anya dari kejauhan. Ia tersenyum penuh arti, lalu merogoh ponsel di saku celana. Ia lalu serching di google, mengetik nama Anya Asmeralda. Dan ia dapat melihat namanya Anya di sana. Instagramnya terdapat pencarian yang paling atas. Ia membuka dan melihat pengikut wanita itu sudah hampir 5 juta follower. Jujur ia bukan pria yang suka bermain sosial media, bahkan tidak ada di aplikasinya. Selama ini yang ia pergunakan sebagai sosial media adalah w******p.
Armand masuk ke dalam hall, ia mendekati orang tuanya lalu memandang Anya yang sedang berfoto satu keluarga. Anua Berdiri di dekat Mili dan tersenyum kearah camera.
"Sudah kenalan?" Tanya mama.
Armand tersenyum dan mengangguk, "Sudah"
"Tipe kamu?"
Armand tertawa, lalu memandang mamanya "Iya"
"Mama juga setuju kalau kamu sama Anya"
"Mama belum apa-apa sudah mau jodohin aku sama Anya"
"Anya itu lucu, ceria dan mama suka"
Sementara di sisi lain ada seorang pria yang mengawasi mereka dari kejauhan. Lalu memandang Anya dan berharap agar tidak ada hubungan diantara ke duanya.
"She is Mine" ucap Teguh.
***
Selesai acara Anya memutuskan untuk memisahkan diri untuk pulang, karena ia ke sini tadi menggunakan mobil sendiri. Anya melangkah menuju basement,
“Anya … !”
Anya lalu menoleh, ia memandang Armand yang berlari mengejarnya. Anya menarik nafas ia tidak tahu akan berbuat apa selain diam menatap pria itu mendekatinya.
“Hai” ucap Anya, ketika Armand sudah berada di dekatnya.
“Sudah mau pulang?” tanya Armand, menatap wajah cantik itu.
“Iya”
“Sendiri?”
Anya mengangguk, “Iya, ini mobil aku” ucap Anya.
Armand menatap mobil BMW berwarna putih tepat berada dihadapannya, “Aku mau nanyain sesuatu sama kamu”
“Apa?”
“Boleh minta nomor ponsel kamu”
Anya mengangguk dan lalu tersenyum, “Boleh”
Armand mengeluarkan ponsel di saku celananya, dan menyerahkan kepada Anya. Anya mengambil ponsel Armand dan lalu mengetiknya. Setelah mengetiknya, Anya menyerahkan kepada Armand.
“Sudah” ucap Anya.
“Kamu pulang sama siapa?” tanya Anya.
“Kebetulan sama mama dan papa” Armand tersenyum menatap Anya lalu memasukan ponsel ke saku celananya.
“Besok kamu free?”
“Free maksudnya?”
“Aku mau ngajak kamu jalan, mungkin ke mall atau staycation” Armand memberi opsi.
“Iya besok aku free”
“Thank you, Anya. Nanti malam aku w******p kamu ya”
“Iya” Anya tersenyum penuh arti.
***