Alwyn Gusev dan Randy Rozenfeld

1062 Words
Beberapa waktu kemudian ketika Atthy sudah selesai dengan segala keperluannya, utusan dari Alpen datang menjemputnya. Kereta kuda elegan nan mewah datang bersama para prajurit gagah berjajar rapi di sekelilingnya, terlihat jelas perbedaan iringan yang datang menjemput Atthy saat di Caihina, bukan hanya kemewahan dari atribut yang di bawa oleh iringan itu tapi juga etika para prajurit yang sopan dan tegas berwibawa pada Atthy. ''Selamat siang Lady Galina... Perkenalkan, saya adalah Alwyn Gusev, pemimpin iringan yang di utus Tuanku Duke Griffith,'' sapa seorang pria memberi salam pada Atthy, bisa terlihat jelas dia adalah pemimpin dari para utusan ini, intonasi suara dan perilakunya sangat elegan, walau sangat singkat tapi terasa jelas bagaimana menawannya etitude yang di milikinya. ''Selamat siang Lady Galina... Perkenalkan saya adalah Randy Rozenfeld, saya akan jadi komandan pengawal iringan Anda sampai kita tiba di kediaman Tuanku Duke Griffith,'' sapa salah seorang ksatria sembari memberi hormat, dia gagah tapi sangat sopan dan menawan. ''Wow, atitude mereka menawan,'' ujar Atthy di dalam hatinya. Atthy merasa senang dengan pembawaan Alwyn dan Randy, ''Mungkin aku bisa merasa nyaman kali ini. Tidak seperti kemarin sewaktu pergi dengan Billy sialan itu!'' ''Salam kenal, saya Atthaleyah Galina...'' jawab Atthy dengan sopan memperkenalkan diri. ''Jangan sungkan Lady,'' jawab Alwyn dan Randy dengan sangat ramah, ''Kami selalu siap melayani.'' ''Terima kasih, Tuan Alwyn Gusev dan Tuan Randy Rozenfeld, saya harap kita bisa bekerja sama, tolong bimbingannya untuk ke depannya...'' jawab Atthy, dia menjawab dengan sopan tanpa menjatuhkan wibawanya sebagai seorang bangsawan, seperti yang di ajarkan oleh ibu dan ayahnya. Walau hanya sepersekian detik tapi Atthy bisa merasakan adanya keterkejutan dari Alwyn dan Randy, tapi sikap profesional mereka bisa segera menutup keraguan yang bisa di artikan sebagai ketidak sopanan terhadap tamu majikan mereka jika diperlihatkan secara jelas. Segera setelah perkenalan diri, ketiga tokoh utama saat itu termangu. Baik Atthy, Alwyn, atau Randy, ketiganya bingung tentang apa yang harus mereka lakukan selanjutnya. Dari sisi Atthy, Atthy merasa bingung kenapa mereka diam saja, bukankah seharusnya mereka segera berangkat?! Sedangkan dari sisi Randy dan Alwyn, mereka merasa bingung kenapa nona di hadapannya belum mempersilahkan mereka masuk ke dalam? ''Apa ada lagi yang kalian tunggu?'' tanya Atthy kemudian karena mereka berdiam diri cukup lama. Alwyn dan Randy terkejut dengan pertanyaan Atthy, mereka berdua sempat bingung saat itu. ''Maaf Nona, tapi di mana Baron?'' tanya Alwyn setelah merasa ragu pada awalnya. Tapi pada akhirnya dia bertanya juga. Kali ini, keterkejutan ada pada Atthy. Dia juga bingung dengan pertanyaan Alwyn . ''Kakek?! Beliau tidak bisa mengantarku,'' jawab Atthy polos, ''Aku sendirian sekarang, seharusnya kalian tahu itu, bukan?!'' Keterkejutan kembali terlihat pada Alwyn dan Randy, Atthy kembali menyadari reaksi aneh yang terlihat dari Alwyn dan Randy. ''Kakek?!'' Alwyn dan Randy sama-sama terkejut di dalam hati mereka dengan penyebutan Atthy barusan. Alis Alwyn dan Randy yang sempat berkedut di sadari oleh Atthy, tapi dia tidak punya alasan untuk bertanya, karenanya Atthy hanya bisa mengacuhkannya seperti sebelumnya. Intuisi Alwyn yang tajam kali ini mengarah kepada tiga pelayan di belakang Atthy. Alwyn melihat kecemasan muncul dari gerak-gerik, apalagi raut wajah salah satu dari mereka terlihat jelas mencurigakan. Tapi, Alwyn hanya bisa mengacuhkannya karena sebagai tamu tentu tidak sopan jika menanyakan hal itu. ''Lalu bagaimana kita akan pergi jika belum berpamitan dengan Baron, setidaknya saya harus memperkenalkan diri...'' Dahi Atthy berkerut menanggapi ucapan Alwyn. Mengingat bagaimana perlakuan Billy terhadap keluarganya, dia jadi semakin kesal dengan pertanyaan Alwyn yang terasa seperti sedang mengejeknya. Seolah ingin memastikan bagiamana perasaan mereka setelah di perlakukan seperti itu oleh seorang pelayan. ''Tidak perlu khawatir tentang itu!'' seru Atthy yang berusaha mengontrol intonasi pada setiap kalimatnya, ''Jika kalian harus kembali lagi untuk menemui Kakek, lalu kenapa repot berestafet mengutus utusan untuk menjemputku?!'' Mereka bertiga salah paham tentang pertanyaan dan jawaban yang mereka lontarkan. Tanya jawab itu sinkron tapi memiliki arti berbeda dari kedua belah pihak. ''Maafkan kelancangan saya Lady jika hal itu membuat Anda tidak nyaman...'' Alwyn tetap sopan menjawab Atthy meski dia mendapat kesan jika Atthy memandang rendah dirinya yang hanya seorang utusan dari pria yang mungkin saja akan jadi suaminya. ''Apakah aku salah menilai barusan... di awal tadi aku pikir dia cukup berbeda dengan yang di deskripsikan. Tapi, melihat ini... informasi yang aku terima sepertinya betul...'' gumam Alwyn di dalam hatinya. ''Apa ini?!'' pekik Randy yang kesal di dalam hatinya, ''Sejak kapan menjemput calon mempelai wanita seperti menjemput wanita penghibur?!'' Alwyn dan Randy merasakan hal yang sama. Mereka sama-sama merasa kalau sebagai tamu, mereka tidak di hargai, karena bahkan tuan rumah tidak muncul untuk menemui mereka. Meski hanya utusan, tapi setidaknya ada sambutan untuk mereka karena saat ini karena biar bagaimana pun mereka adalah perwakilan dari majikan mereka. Para pengawal yang datang bersama Alwyn dan Randy mulai merasa tidak nyaman. Mereka juga merasakan hal yang sama dengan Alwyn dan Randy, hingga pada akhirnya mereka berpikir jika Atthy adalah Lady congkak yang sudah pasti akan menyusahkan di sepanjang perjalanan nanti. ''Tidak apa-apa...'' sahut Atthy datar. ''Baiklah, apa kita sudah bisa pergi Lady?'' tanya Alwyn dengan sopan. ''Tentu,'' ujar Atthy menjawab datar, dia berusaha menepis pikiran aneh tentang dua pemuda yang baru saja menyambutnya. ''Karena ini mendadak, mohon pengertian Anda, Lady. Kita harus segera berangkat atau kita akan tertinggal kereta, jika kita berangkat sekarang, sore nanti kita akan segera sampai di stasiun... Harap bersabar dengan perjalanan ini,'' ujar Alwyn sedikit menjelaskan situasi. Atthy merasa aneh dengan kata ''mendadak'' dari Alwyn, tapi dia malas bertanya. Sedangkan Alwyn tidak menyangka jika dia bahkan tidak bisa duduk untuk meneguk secangkir kopi terlebih dahulu sesampainya di kediaman calon mempelai wanita yang akan di jemputnya. Dari sini, Alwyn dan Randy mendapat kesan yang sama. Bahwa, jika Atthy dengan sengaja memanfaatkan kedudukan calon suaminya. Karenanya, untuk mengikuti jadwal keberangkatan kereta, mereka harus mengejar waktu. ''Baik,'' ujar Atthy kembali menjawab dengan singkat, sebagaimana biasa seorang bangsawan menjaga batasannya dengan pelayan. ''Silahkan...'' ujar Randy sembari menyodorkan tangan untuk membantu Atthy menaiki kereta kuda, sebagaimana para pria dengan elegan memperlakukan seorang wanita. Hal yang tidak dilakukan oleh Billy dan bawahannya yang lain. Dengan kekuasaan yang dimiliki Duke Griffith. Alwyn, sebagai perwakilannya memiliki wewenang untuk menunda keberangkatan kereta. Alwyn segera memerintahkan salah satu pengawal untuk segera pergi mengejar keberangkatan kereta. Dia juga meminta agar mereka segera mengatur segala keperluan untuk tamu kehormatan Duke Griffith di kereta. Para pelayan Atthy duduk di kereta kuda yang lain, terpisah dari tuannya, yaitu Atthy. Sedangkan Alwyn menaiki kuda, sama seperti para kesatria pengawal lainnya.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD