Pagi itu, keluarga Galina mengerjakan pekerjaan mereka seperti biasanya. Atthy akan membersihkan rumah dan mencuci baju pagi-pagi. Rowtag akan memasak, membuat sarapan di bantu oleh Gafy. Dimi akan mengurus hewan peliharaan, stok protein hewani untuk keluarga. Ash dan Ay, mengurus daging, kulit, dan bulu hewan hasil buruan mereka.
Berburu menjadi salah satu keahlian penduduk Caihina. Kulit dan bulu binatang buruan menjadi komoditi unggulan penduduk gurun membuat mereka sangat terkenal di kalangan pedagang. Harga kulit atau bulu hasil produksi penduduk gurun sangat tinggi di pasaran, karena kualitasnya yang sangat unggul di banding di wilayah lain.
''Ayah, Kakek!'' panggil Atthy di sela-sela masa senggang mereka setelah sarapan, ''Aku sudah memikirkan mengenai lamaran pernikahan itu.''
''Atthy, jangan terburu-buru mengambil keputusan, pikirkan dulu baik-baik!'' seru Ashton, mengingatkan putri sulungnya, ''Masih banyak waktu, baru juga semalam kami memberitahumu...''
''Maaf ayah, aku tidak mengerti apakah keputusanku terburu-buru atau tidak... Tapi, Ayah, aku merasa jika aku sudah memikirkannya dan aku memutuskan untuk mengambil lamaran pernikahan itu.''
''Atthy, kau yakin dengan keputusanmu?!'' tanya Rowtag serius.
''Eum,'' angguk Atthy menjawab, ''Ayah, kakek... Seperti kata kalian, ini adalah kesempatan langka, lagi pula itu adalah seorang Grand Duke yang cukup disegani dengan wilayah besar, Alpen...'' ujar Atthy menambahkan dengan wajah meyakinkan.
''Atthy, apa kau yakin tidak mau memikirkannya lagi?'' tanya Rowtag menegaskan, ''Masih ada waktu untuk kita sebelum memberikan jawaban.''
''Ayah dan kakek memintaku untuk memikirkannya, dan aku sudah memikirkannya, dan itu adalah keputusan yang aku ambil setelah semalaman memikirkannya. Tapi, seandainya jika kalian kemudian menemukan ternyata dia bukan pria yang baik untukku, aku juga akan menerimanya, kalian bisa menolaknya tanpa harus bertanya padaku,'' jawab Atthy serius tapi dia tetap terkesan santai sambil terus menikmati makanannya.
*****
Alpen di utara tidak jauh berbeda dari Nauruan di timur, dua kota itu adalah kota besar di perbatasan kerajaan Xipil, yang amat di hindari karena kontur dan medan wilayahnya yang amat berbahaya. Wilayahnya amat besar tapi beberapa bangsawan enggan berurusan terkait masalah Alpen karena tingginya faktor resiko konflik yang bersinggungan dengan wilayah-wilayah perbatasan kerajaan.
Perbedaan mencolok di antara kedua wilayah adalah penguasanya. Alpen yang cenderung beriklim dingin, dikuasai Grand Duke yang tegas dan berwibawa menjadikannya wilayah yang stabil meski rawan konflik. Sedangkan Nauruan, wilayah dengan iklim sedang hingga cenderung panas, yang seharusnya makmur dengan lahan pertanian yang subur, tapi selalu bergejolak oleh konflik internal karena penguasa yang sombong dan suka berfoya-foya.
Pola kehidupan bermasyarakatnya dua wilayah itu pun berbeda. Penduduk Alpen yang terkesan amat tenang. Sedangkan, Nauruan lebih semarak, walau mereka sebetulnya jauh lebih miskin dari pada Alpen. Itu semua karena Count Veraga yang selalu iri dengan Xerces yang glamour dan mewah. Karenanya, Count Veraga berusaha agar Nauruan bisa tampil mirip dengan megahnya Xerces yang adalah Ibu Kota Kerajaan.
Wilayah Alpen sangat luas, bahkan puluhan kali lebih besar dari Xerces yang glamor. Tapi, hal itu tidak menjadikan Alpen kota megah penuh dengan kemewahan seperti halnya Xerces.
Kota Alpen adalah kota makmur dengan berbagai hasil tambang seperti batu bara, emas, dan berlian. Alpen memang terpencil terletak di ujung negara, tapi mereka bukan kota tertinggal berkat kepemimpinan Klan Griffith yang bertangan dingin dan terkenal dengan ketegasannya tapi sangat bijaksana untuk penduduk wilayah Alpen.
Alpen memiliki luas wilayah tiga kali lipat dari Nauruan, tapi sangat berbahaya karena bersinggungan langsung dengan tiga negara yang hingga saat ini masih tidak mau membuka tangannya untuk perdamaian.
Alpen, Skythia, dan Kargav adalah tiga wilayah yang masih diperebutkan oleh empat negara besar yang hingga kini perang perebutan wilayah masih berlangsung walau sudah lebih dari dua abad semenjak Grand Duke Griffith generasi sebelumnya memerintah Alpen yang lebih dulu telah secara mutlak dikuasai oleh Klan Griffith.
*****
''Baiklah kalau itu keputusanmu,'' ujar Ashton, dia menatap lama wajah putrinya sebelum menjawab. Tapi, dia melihat kebulatan tekad dan pikiran dari Atthy, karenanya dia menyetujuinya.
''Atthy, kuharap ini akan jadi keputusan terbaik untukmu...'' ujar kakeknya sambil menepuk kepala Atthy dengan lembut.
''Terima kasih, kek...'' ujar Atthy sambil tersenyum.
''Baiklah...'' ujar Ash kemudian bangkit berdiri dari sofa usang di ruang keluarga, ''Ay, kabari yang lain, kita akan melakukan konvoi!'' seru Ash memerintah Aydan, ''Kita akan mengirim surat balasan ke pusat kota di Nauruan untuk dikirimkan ke Xerces sambil menjual barang dagangan kita.''
''Baik ayah,'' jawab Ay tegas.
''Kak aku akan membantumu,'' ujar Damian dengan wajah semringah, kemudian langsung mengejar kakak laki-lakinya.
''Baiklah, aku mempersiapkan barang dagangan kita,'' ujar Atthy berpamitan pada kakeknya dan juga Gafy.
''Kak aku akan segera membantumu segera setelah aku membereskan meja makan...'' sahut Gafy dengan penuh semangat dan Atthy mengangguk dengan senyum di bibirnya menanggapi betapa senang adik bungsunya.
*****
Semua persiapan di lakukan untuk pergi ke pusat kota, mereka sekeluarga terbiasa hidup mandiri dan sudah mengerti dengan tugas masing-masing. Saat Ash dan Ay pergi, pekerjaan akan menjadi doble untuk mereka yang di tinggal di rumah. Jika semuanya lancar akan memakan waktu dua minggu untuk Ash dan Ay pulang dan pergi, sekaligus menjual barang dagangan mereka. Karena itulah mereka yang di rumah harus bekerja ekstra keras karena dua tenaga dari empat tenaga utama di rumah tidak ada di tempat.
Saat berjualan ke pusat kota, biasanya penduduk gurun akan melakukan konvoi agar lebih aman. Ash akan pergi bersama beberapa warga lain atau dari desa tetangga yang juga akan menjual atau akan membeli barang di pusat kota Nauruan. Karena bahaya dari para bandit di perbatasan hutan. Warga di padang gurun ini sudah terbiasa menyatukan waktu agar bisa pergi bersama-sama dalam kelompok besar dengan delapan desa lain, yang menempati sembilan oase yang ada di wilayah gurun pasir Caihina, yang masih termasuk ke dalam wilayah milik Nauruan.
*****
Satu minggu telah berlalu semenjak Ash dan Ay kembali dari pusat kota, mereka telah menjual dagangan mereka dan juga mengirimkan surat balasan ke Xerces.
Pagi ini, tiba-tiba seorang utusan datang membawa surat dari Alpen yang mengatakan bahwa dalam waktu dekat mereka akan datang menjemput Atthy ke Alpen sebagai calon mempelai wanita untuk Grand Duke Griffith.
Ash dan Rowtag heran tidak habis pikir dengan balasan surat yang datang, karena tidak pernah Ash menyebutkan dalam surat balasannya kalau mereka menyetujui lamaran Grand Duke Griffith. Dengan jelas Ash menulis kalau dia menolak lamaran Grand Duke Griffith untuk Lady Galina.
''Ash, apa kau melakukan kesalahan saat mengirim surat balasan pada mereka?!'' seru Rowtag bertanya dengan nada tinggi pada Ash.
''Ayah, aku jelas-jelas sudah menuliskan kalau kita tidak bisa menerima lamaran Grand Duke Griffith, dengan alasan Atthy masih terlalu muda. Dan, dia juga tidak punya kelayakan untuk menerima lamaran itu,'' jawab Ash tegas.
''Lalu kenapa mereka mengirim utusan untuk mengiringi calon mempelai wanita?!'' seru Rowtag masih dengan nada tingginya.
''Aku tidak tahu ayah... Seperti aku katakan sebelumnya, aku menolak lamaran itu. Bahkan Ay juga menegaskan penolakannya... Dia sama sekali tidak mau kakaknya menikah dengan seorang yang sudah tua bangka sepertimu,'' jawab Ash kesal.
''Kau pikir aku mau punya cucu menantu yang sudah bau tanah sepertiku,'' sahut Rowtag, menanggapi Ashton dengan emosi.
''Kita semua punya pikiran sama ayah... Baik aku, Ay atau pun dirimu. Kita semua menentang pernikahan ini... Masalahnya, bagaimana sekarang kita akan menghadapi utusan Grand Duke Griffith yang akan tiba?!'' seru Ash yang jadi ikut emosi mengikuti ayahnya.
''Ash kau pergilah ke pusat kota dan beritahukan pada mereka, bahwa ada kesalahpahaman di sini!'' seru Rowtag memerintah dengan nada terdengar panik.
''Itu jelas tidak mungkin ayah!'' sahut Ash dengan nada sedikit naik, ''Kita bukan hanya memiliki level lebih rendah. Gelar bangsawan yang kita miliki hanya di atas kertas, kita tidak punya siapa pun untuk mendukung kita... Menghentikan utusan seorang Grand Duke yang telah menyatakan persetujuannya untuk perjodohan yang diatur oleh keluarga kerajaan... tentu, sama saja kita menentang keluarga Kerajaan...'' tambah Ash dengan ekspresi kesal sekaligus cemas.
''Lalu apa yang harus kita lakukan?!'' sahut Rowtag yang semakin emosi, ''Aku tidak rela cucuku menikahi seorang diktator kejam sepertinya!''
''Ayah!... Atthy juga adalah putriku, aku tidak akan menjadikannya tumbal pernikahan politik antar kaum bangsawan tinggi,'' ujar Ash dengan nada kesal, ''Aku yakin ada sesuatu yang janggal... Ada yang aneh di sini, apa yang membuat mereka bersikeras sampai seperti ini...'' ujar setelah berusaha menenangkan dirinya dan juga ayahnya.
''Apa maksudmu?'' tanya Rowtag menyelidik.