Bian tersentak. Ia merasakan mata Dine berkaca kaca. Apa Dine sedih? Atau hanya perasaanku saja? Dine membereskan kue di meja dan menyimpannya di lemari es, "I-ini sudah malam, jangan banyak banyak makan manis." "Maafkan aku, tapi.. Sementara waktu tidak akan berada di Jakarta," jelas Bian. "Oh.." Dine menunduk. "Iya, tidak apa apa." Tubuhnya terus menatap lemari es. Bian mendekatinya, "Jangan sedih." "A-aku tidak sedih. Bi-biasa saja," Dine merasakan matanya seperti akan mengeluarkan air mata. "Aku pasti akan kembali mengunjungimu," Bian bicara perlahan. "A-apa sementara waktu itu.. Lama?" Dine menggigit bibirnya. "Tergantung. Ada yang ingin aku selesaikan terlebih dahulu," jawab Bian. "Oh euh.. I-iya.." Dine mengangguk. Ia akhirnya membalikkan badan menatap Bian, "