"Iya. Apa aku boleh masuk?" Dine menelan kekesalannya agar tidak terlalu kentara. "Te-tentu saja.." Banan membukakan pintu lebar lebar. Ia berulang kali menatap ke arah pintu kamar tidurnya. Untung saja tadi aku tutup. "Ada apa?" Banan dengan sengaja menarik Dine ke arah dapur yang memang berjarak dari kamar tidurnya. "Aku buatkan teh dulu." Dine duduk memperhatikan Banan membuatkan teh manis hangat untuknya. "Ada apa ini?" Banan menyajikan teh di hadapan Dine. "Ok, langsung saja. Aku mau tanya, kemana kamu kemarin?" Dine bertanya dengan tegas. "Makan bersama teman teman kantor," Banan mengerutkan keningnya. "Kamu tahu itu." "Jujur!" Dine mulai kesal. "Bicara yang sesungguhnya." "Ke-kenapa kamu marah?" Banan kebingungan. "Jawab jujur! Kemarin itu kamu kemana?" Dine kembali b