Andrew memandangi wajah damai Tatas yang sedang tertidur lelap. Tangan Andrew tetap membelai-belai tangan Tatas, agar dia tertidur lebih lelap dalam perjalanan mereka menuju rumah Andrew di Sentul City. Rumah yang dibeli oleh mamanya khusus untuk Andrew agar bisa beraktivitas dengan baik, meskipun dengan kursi rodanya.
Andrew sangat kagum dengan rasa percaya diri dan kepintaran Tatas saat menjawab semua pertanyaan-pertanyaan dari wartawan. Dan kata-kata yang paling membuat Andrew kagum adalah tentang pendapat Tatas yang lebih mementingkan kualitas otak dan behaviour seorang laki-laki daripada kekayaan, kegantengan atau pun karena fungsi seksual.
Tatas benar-benar wanita yang punya prinsip , percaya diri dan independent. Berani mengemukakan pendapatnya dan tahu bagaimana membela diri. Jawaban-jawaban Tatas tadi membuat rasa percaya diri dan harga diriku sebagai seorang laki-laki kembali bangkit, padahal sebelum turun dari pesawat, rasa percaya diriku sudah berada di titik paling rendah . Rasanya aku kepingin masuk ke dalam goa tak berujung saja sehingga tidak usah bertemu dengan orang-orang. Rasanya aku ingin pindah ke atlantik saja dan hidup sendirian bersama para pinquin sehingga tidak usah malu menghadapi pandangan kasihan dan simpati dari orang-orang. Dengan Tatas ada di sampingku, semua perasaan itu hilang tanpa bekas. Aku menemukan kembali kepercayaan diriku sebagai seorang laki-laki. Bersama Tatas, aku jadi berani memandang semua orang kembali dengan berani karena aku yakin, aku tidak seperti yang mereka katakan.
Tanganku masih tetap membelai punggung tangan Tatas yang berada dalam genggamanku dengan pelan dan lembut. Aku berjanji tidak akan membuatnya kecewa. Aku berjanji akan melakukan fisioterapiku dengan baik bersama Tatas. Aku berjanji akan menjadi laki-laki yang punya otak dan itu memang aku punya. Aku ini sangat pintar dari kecil, makanya aku berhasil diterima di MIT dengan full scholarship . MIT itu merupakan universitas teknologi terkemuka di Amerika. Aku mau jadi lelaki yang mempunyai sifat dan prilaku yang baik seperti yang Tatas inginkan.
“ Drew, Tatas masih tidur?”
“ Sstttt… Iya Ma. Kasian Tatas, pasti dia sangat capek, Jetlag nya belum hilang . Dia berarti sudah tidak tidur tiga hari , Ma” Kataku berbisik pada mama.
“ Sayang ya, Drew. Tatas nggak mau menikah. Kalau dia mau menikah. Tatas itu wanita yang sangat cocok untukmu. Dia pintar, wanita yang kuat, percaya diri dan sangat mandiri” Kata Mama.
“Emang kenapa Tatas nggak mau menikah ?”
“ Katanya sih dia tetap kepingin tinggal di Amerika dan juga karena dia sangat mencintai pekerjaannya. Terus Tatas mengatakan, nggak bakalan ada laki-laki yang mau jadi suaminya karena pekerjaannya meng haruskan dia tinggal di rumah pasiennya selama minimal satu tahun sesuai kontrak kerjanya. Jadinya seorang Caregiver seperti Tatas, tidak ada waktu untuk suami katanya. Jadi lebih baik dia memblokir perasaannya agar tidak ribet menukar kebahagiaannya yang sekarang dengan kebahagian memiliki perkawinan. Itu mama dengar sendiri dari mulut Tatas, saat mama tanya alasan mengapa dia tidak mau menikah, waktu kami akan berangkat ke Singapura kemarin”.
“ Benar juga sih Ma, pendapat Tatas. Tapi itu mungkin karena Tatas belum jatuh cinta pada orang yang tepat, jadi dia bisa ngomong seperti itu. Dan juga karena Tatas sangat mandiri. Bisa hidup sendiri dan mempunyai penghasilan yang baik, jadi dia merasa tidak perlu tergantung pada laki-laki” Kata Andrew dan memandang wajah cantik Tatas yang masih terlelap.
“ Mama juga bilang begitu ke Tatas, pasti karena dia belum jatuh cinta. Tapi jawaban Tatas, dia sudah memblokir perasaan cinta itu setiap dia bertemu laki-laki jadi dia tidak mungkin bisa jatuh cinta. Dia nggak mau ribet katanya”.
“ Apakah kamu menyukai Tatas, Drew?” Tanya mama padaku.
“Aku sekarang ini mungkin menyukai Tatas sebatas teman . Dalam keadaanku sekarang, aku tidak berani menyukai seseorang lebih dari teman, Ma. Aku tidak berani mencintainya. Aku takut mengecewakan apalagi mengecewakan seorang Tatas yang sudah begitu baik, mau pasang badan jadi pembelaku sehingga membuat harga diri dan rasa percaya diriku bangkit kembali”.
“ Iya. Mama mengerti. Mama senang kamu mau bekerjasama dengan Tatas dalam fisioterapi biar kamu bisa lebih cepat beraktivitas kembali seperti yang Tatas bilang, agar hidupmu bisa kembali menjadi normal dan lebih berkualitas. Pelan-pelan saja tidak usah terburu-buru dan tergesa-gesa. Kalau satu tahun kamu belum sembuh, kontrak kerja Tatas bisa mama perpanjang lagi sampai kamu benar-benar tidak membutuhkan dia dan bisa berakivitas secara mandiri. Kamu nggak usah merasa terbebani Drew dan fokuslah sekarang hanya untuk therapymu bersama Tatas” Kata mama.
“ Mama membayar kontrak Tatas, sebesar yang dia sebutkan tadi?” Tanya Andrew.
“ Iya, mama tidak mau minta pengurangan satu sen pun meskipun dia anaknya sahabat mama karena Tatas itu, tidak niat pulang sebenarnya. Mamanya Tatas atau Tante Angel yang memaksa Tatas pulang untuk menjadi caregivermu. Mamanya Tatas itu sahabat mama dari SMP ” Kata mama menjelaskan.
“ Iya, Andrew tahu, tentang sahabat mama dari SMP yang selalu mama kunjungi sebulan sekali dari dulu. Ternyata itu mamanya Tatas ya?”
“ Iya, Drew. Kami duduk sebangku dari SMP sampai SMA, jadi kami ini sudah tidak terpisahkan. Hanya saat awal -awal mama menikah dengan papamu, kami sempat hilang kontak karena kesibukan dan mama Tatas dan suaminya juga pindah dari kota Jakarta. Kami kembali menjadi akrab, saat papanya Tatas meninggal dan mamanya Tatas minta bantuan dari mama untuk membantunya mencari nafkah agar bisa menghidupi dirinya dan Tatas dengan mendirikan usaha caregiver. Mama Tatas orangnya mandiri seperti Tatas. Padahal dulu mama menawarkan kepadanya bantuan rutin tiap bulan, jadi dia tidak usah bekerja dan fokus hanya merawat Tatas saja di rumah, karena saat itu Tatas juga masih kecil. Mamanya menolak dan mengatakan kalau dia itu bukan pengemis. Dia masih sanggup bekerja untuk membesarkan Tatas. Jadi saat itu mama hanya membantunya dengan modal usaha dan mama Tatas berhasil sukses membesarkan perusahaannya. Dia mengembalikan modal yang mama berikan kepadanya dan berhasil menyekolahkan Tatas sampai ke Amerika dan Tatas juga berhasil menjadi seorang caregiver professional seperti mamanya. Hanya Tatas tidak pernah mau bekerja di Indonesia. Kamu adalah pasien pertamanya di Indonesia” Kata mama tersenyum lembut.
“ Untung mama bersahabat dengan Tante Angel, sehingga tahu harus mencari bantuan caregiver ke mana. Meskipun belum pernah bertemu tante Angel, Andrew yakin pasti Tatas pasti mendapatkan sifat-sifat mandiri, berani dan independent itu dari mamanya. Tatas benar-benar luar biasa ya Ma. Andrew kagum sekali padanya” Kataku sambil memandang Tatas yang masih tertidur dengan tatapanku yang berbinar-binar penuh rasa kagum.
“ Iya, benar. Tatas mewarisi sifat-sifat mamanya. Hanya Tatas lebih ceplas ceplos dan lebih ekspresif. Kalau Tante Angel lebih tenang. Mungkin karena usia juga ya. Tatas masih muda, umurnya baru 32. Tapi waktu muda dulu, seingat mama, Tante Angel tidak se ekspresif Tatas deh. Tatas itu tidak ada takutnya tadi. Mami sampai bengong saat dia membalikkan keadaan saat wawancara dan menyuruh wartawannya bertanya dulu ke wanita itu” Kata mama sambil tertawa.
Aku juga jadi tertawa mengingat kata-kata Tatas tadi, gimana dia bisa memikirkan hal itu . suruh si wartawan bertanya kepada si Sevira brengksek itu apakah dia sudah pernah merasakan ketidakmampuanku sebagai seorang lelaki. Puas aku melihat wajah si wartawan itu yang memerah karena menahan malu.
“ Mama harap kamu jangan bersedih lagi ya Drew. Rajin-rajinlah fisioterapi bersama Tatas. Lupakan si Sevira itu, dia tidak pantas untukmu. Masih banyak wanita baik di luar sana yang akan mencintai kamu dengan tulus” Kata Mama mencoba menghiburku.
“ Aku ikut prinsip Tatas aja deh Ma, nggak mau menikah, sepertinya asyik juga bisa bebas pergi ke mana saja tanpa tanggung jawab” Kata Andrew ringan.
“ Jangan! Tidak boleh! Mama tidak akan mengizinkanmu untuk tidak menikah. Apalagi kakekmu, bisa marah besar dia. Jangan masukkan pemikiran seperti itu dalam otakmu. Mama tidak menyuruhmu menikah sekarang. Pelan-pelan, pasti kamu bisa menemukan wanita baik lagi” Kata mama sambil melotot kepadaku.
“ Kalau diizinkan, aku mau menemukan wanita seperti Tatas, yang bisa membelaku dikala aku butuh dukungan dan bisa menyemangatiku” Kataku melihat ke arah Tatas.
“ Buat Tatas, jatuh cinta padamu Drew. Itu saran mama” Kata mama sambil tersenyum.
“ Mungkinkah Ma? Seorang wanita semandiri Tatas, akan jatuh cinta kepadaku, lelaki yang bahkan bangkit saja tidak bisa?” Bisikku pelan ke mama.
Dan mama hanya bisa memandangku dengan mata sedihnya. Mama pasti tahu aku, kepercayaan diriku sebagai seorang lelaki belum kembali sepenuhnya. Lalu mama mengalihkan pembicaraan kami.
“Malam ini , kalian tinggal berdua di rumah Sentul . Hanya ada seorang Satpam yang memang sudah kerja lama sejak rumah Sentul mama renovasi. Untuk koki dan asisten rumah tangga baru bisa datang besok. Ngak apa-apa kan Drew?”
“ Nggak apa-apa Ma. Tatas pasti bisa membantuku. Kalau sudah malam aku juga akan tidur saja, begitu juga dengan Tatas, pasti sampai rumah, dia juga akan langsung terlelap karena jetlagnya belum habis”
“ Nanti mama pesankan dulu makan malamnya, biar kalian bisa makan. Mama harap kamu akan senang dengan rumahnya. Tatas sih sangat suka. Katanya rumah itu luar biasa”.
“ Kalau Tatas suka, aku juga pasti akan suka. Toh dia yang lebih pengalaman dalam merawat pasien cacat seperti aku ini” Kataku dengan suara lirih.
Mendengar jawabanku. Mama diam saja dan tidak lagi melanjutknya bincang-bincang kami, sampai setengah jam kemudian, mobil Mercedes Van yang membawa kami memasuki rumah besar berhalaman luas dengan pintu pagar otomatis yang terbuka lebar, seakan menyambut kami memasuki rumah megah ini. Seorang Satpam tampak memberi hormat ketika kami turun dari mobil. Dan benar kata Mama, rumah ini sangat luar biasa. Megah dengan ramp-ramp yang sangat accesiable untuk kursi rodaku. Dari ruang tamu ke ruang makan dan ke kamar utama semua nya sangat luas sehingga aku bebas bergerak. Langit-langitnya juga sangat tinggi dengan perabotan minimalis yang tersusun rapi, tanpa menghalangi pergerakan kursi rodaku. Aku sangat senang dengan rumah ini. Aku memandang Tatas yang masih sempoyongan tapi tetap memandangku dengan senyum nya yang hangat.
“ Tatas, Tante harus balik ke rumah tante sekarang karena janji interview koki dan ART ( Asisten Rumah Tangga ) untuk bekerja di rumah ini. Besok mereka akan mulai bertugas. Hari ini kamu bisa sendirian dengan Andrew di rumah ini?”
“ Bisa Tante, jangan khawatir. Aku sudah biasa kok sendirian saja dengan pasienku. Sehabis makan malam, toh, kami akan beristirahat, tentu Andrew juga sudah lelah” Kata Tatas yakin sambil memandangku meminta persetujuan. Aku menganggukkan kepalaku.
“ Makan malamnya uda mama pesan ya,Drew. Nanti satpam di gerbang depan yang akan membawa masuk makanannya dan diletakkan di dapur. Ada pintu yang bisa langsung diakses satpam ke dapur dari luar. Kalau pintu utama ini tidak bisa dia masuki karena saat mama pulang nanti, mama akan menguncinya”.
“ Iya,Ma. Tenang aja. Aku bisa kok mengambil makananku sendiri. Terima kasih ya Ma sudah mendapatkan rumah indah ini untukku. Aku senang sekali”.
“ Ok kalau gitu mama pulang ya. Kamu istirahat lagi aja Tas, sebelum makan malam”.
“ Baik Tante” Kata Tatas sambil mengajakku untuk masuk dan melihat kamarku.
Aku menjalankan kursi roda elektrikku dan memasuki kamar utama.
“ Kamarmu di sini Andrew. Nanti kamarku tepat di samping kamar ini. Ada connecting door antara kamar mu dengan kamarku. Nah ini kamar mandinya. Bagus dan luas sekali. Aku sudah memasang ring dan plang untuk latihanmu di kamar mandi agar nanti kamu bisa sendirian ke kamar mandi. Tapi sekarang sih belum bisa, kita perlu beberapa kali latihan dulu. Gimana kalau sekarang aku memandikanmu dulu sebelum aku istirahat” .
“Ok. Aku juga lengket banget nih. Jadi memang bagusan aku mandi dulu, baru tidur sebentar sebelum makan malam”.
Selesai Andrew mandi, aku membantu membaringkannya ke tempat tidur. Andrew memandang ku.
“ Tidur di sampingku aja Tas, aku akan membelai punggungmu supaya kamu cepat terlelap dan tidur lebih nyenyak . Aku lihat kamu sangat suka dibelai”.
“ Iya ,kok kamu tahu? Mamaku tuh yang membiasakan aku tidur sambil di belai- belai baik di punggungku atau di tanganku saat aku masih kecil. Jadinya sampai sekarang aku sangat suka kalau ada yang membelai-belai ntah punggungku atau tanganku. Okay aku tidur di sini aja ya. Dan aku sepertinya tidak sanggup lagi mandi. Mataku uda mau menutup saja. Dan kepalaku sangat sakit. Ini aku harus tidur berkualitas dulu supaya bisa kembali fit keesokan harinya ” Kata Tatas langsung membuka hoodie Hillfigiernya dan sekarang tinggal kaos tank top warna putih yang membalut erat tubuhnya.
Tatas langsung membaringkan badannya di sampingku. Pelan-pelan aku memiringkan badanku menghadap ke arah Tatas dan mulai membelai punggungnya dengan lembut. Mata Tatas langsung terpejam. Jarak kami yang sangat dekat membuatku melihat dengan jelas raut wajah Tatas yang manis . Deru nafas Tatas begitu teratur . Tiba-tiba, aku melihat kaki Tatas bergerak, rupanya Tatas sedang berusaha membuka celana kerjanya, sepertinya dia tidak nyaman tidur dengan celana yang membelit tubuhnya. Celana itu terlepas dan sekarang Tatas tidur hanya dengan celana dalam hitamnya dan kaus tank top warna putih yang membuat da-da Tatas terlihat penuh. Tatas tidur dengan nyenyak. Aku lalu menutup gordyn jendela melalui remote. Tadi mama sudah meletakkan remotenya di samping mejaku.
Design rumah ini memang sangat cocok untuk pemakai kursi roda seperti aku. Pintu kamarnya adalah pintu sliding otomatis seperti yang ada di mall-mall yang akan otamatis terbuka karena ada sensor di atasnya. Jadi tidak perlu aku susah lagi untuk membuka atau menutup pintunya. Tanganku masih pelan-pelan mengelus punggung Tatas, dia kelihatan sudah tertidur lelap. Rambut-rambut hitamnya tampak menutupi wajahnya. Dengan hati-hati aku menyibakkan rambut yang menutupi wajahnya dan ketika aku memegang dahinya, suhu badan Tatas agak tinggi. Aku memegang dahiku sendiri lalu memegang dahi Tatas lagi. Iya ini Tatas lagi demam. Pasti Tatas sangat kelelahan. Tatas membuka matanya sedikit dan berkata lirih.
“ Drew. Aku demam ya? Badanku kok hangat ya? Dan kepalaku sangat sakit” Kata Tatas lirih.
“ Iya, sepertinya kamu demam deh, Tas” Kata Andrew mulai panik.
Aduh bagaimana ini, aku belum sanggup untuk bangkit berdiri sendiri . Aku jadi tidak bisa mengambil air dan kain untuk mengompres Tatas. Tatas pasti juga tidak bisa bangun untuk membantuku. Aku benar-benar tak berdaya. Aku benar-benar tidak bisa melindungi seorang wanita yang sudah begitu baik membelaku dan membuatku bangkit dari keterpurukan. Tapi sekarang hanya untuk mengambil air untuk mengompresnya ketika dia demam saja aku tidak sanggup. Air mataku mengalir tanpa ku sadar. Aku sangat frustasi dan kalut, apa yang harus aku lakukan. Tatas membuka matanya dan melihat air mataku. Tangan Tatas terangkat untuk menghapusnya.
“ Jangan nangis, Drew. Kalau sudah tidur dan berisitirahat besok pasti aku akan kembali sembuh. Nah sekarang masalahnya gimana kamu makan, karena makanannya di dapur dan kita terbaring dii sini. Aku mengambil makananmu dulu ya, lalu aku akan mengangkatmu untuk makan di tempat tidur saja” Kata Tatas langsung mau berdiri. Tapi belum sampai posisi duduk, dia sudah tertidur kembali.
“ Aduh, aku kok pusing banget? Sebentar, aku akan rebahan dulu lagi” Katanya sambil membaringkan dirinya kembali.
Aku tambah putus asa dan merasa tak berdaya. Perasaan sakit menghujam ulu hatiku. Kelumpuhan sialann ini benar-benar membuatku tak bisa berbuat apa-apa untuk membuat Tatas lebih baik. Bagaimana aku bisa membuatnya lebih baik? Membuat diriku bangkit untuk duduk saja aku tidak sanggup. Aku benar-benar tak berdaya. Aku benar-benar laki-laki tak berguna. Untuk hal sekecil ini saja tidak bisa aku lakukan bagaimana mungkin aku berani untuk mencintai seorang wanita, apalagi wanita semandiri Tatas.
Aku membiarkan Tatas merebahkan dirinya lagi. Tanganku tetap mengelus lembut punggungnya. Hanya itu yang bisa aku lakukan. Lalu ketika melihat Tatas memijit-mijit dahinya. Aku memindahkan tanganku untuk memijit dahinya. Tatas membiarkanku memijitnya dan bibirnya tersenyum tipis. Senyum Tatas sedikit menghapus rasa tak berdayaku. Tanganku tetap memijit dahi Tatas yang masih menutup matanya. Tiba-tiba mata Tatas terbuka dan mata kami bertemu. Kami saling menatap dengan jarak yang sangat dekat. Jantungku berdebar kencang melihat tatapan sayu dari Tatas yang mungkin sedang menahan kesakitan di kepalanya. Lalu tangan Tatas terangkat untuk mengelus pipiku pelan.
“ Maafkan aku Drew, seharusnya aku yang merawat dan membantumu. Sekarang malah aku yang menyusahkanmu dan membiarkan tanganmu pegal karena terus memijit dahiku”.
“ Jangan ngomong seperti itu Tas. Hanya ini yang bisa aku lakukan untuk membuatmu nyaman. Aku senang melakukannya” Kataku lirih sambil tetap memandang wajahnya
Kami masih saling menatap dan entah siapa yang memulai mata kami pun terpejam dan bibir kami perlahan bertaut lalu kami berciuman mesra. Mula-mula aku ragu untuk memasukan lidahku ke mulut Tatas, aku hanya mengecup bibirnya pelan dan lembut tapi Tatas yang memulainya dia mulai melingkarkan tangannya ke leherku, membelai rambutku dan lidah kami pun saling bertaut mesra. Kami berciuman lama dan ketika Tatas melepaskan ciumannya. Aku memandangnya dengan rasa sayang yang meletup-letup di hatiku. Tatas tersenyum dankembali mencium bibirku sekilas.
“ Maafkan aku. Aku ini kenapa sih? Kamu marahkah Andrew? Maaf ya ” Kata Tatas sambil menggeleng-gelengkan kepalanya tanda dia binggung kenapa kita berdua jadinya berciuman mesra.
“ Jangan minta maaf melulu. Aku tidak marah. Aku menikmatinya, berciuman denganmu. Aku malah suka. Jadi jangan minta maaf padaku ”.
Tatas menghela nafas. Sepertinya kita harus minta tolong seseorang deh Drew karena aku pusing banget dan nggak bisa berdiri.
“ Siapa yang bisa kita mintain tolong. Ini sudah jam 6 sore” Kataku bertanya.
“ Aku telepon mamaku saja, dia satu-satunya orang yang bisa menolong kita. Karena mama juga caregiver, mama tahu bagaimana mengangkatmu. Jadi malam ini aku bisa tidur tanpa perlu mengkhawatirkan dirimu. Tolong ambil teleponku di nakas di sampingmu, Drew”.
And pelan-pelan membalikkan badannya lagi dan langsung mengambil telepon Tatas.
“ Hello Ma” Kata Tatas ketika mama menjawab teleponnya.
“ Ada apa?” Tanya mama
Tatas menceritakan kondisinya dan mama langsung sigap mengerti. Mama bilang dia akan langsung menyetir ke rumah Andrew untuk membantu Andrew selama aku tidur memulihkan kondisi tubuhku.
“ Terimakasih Ma” Kata Tatas pada mamanya dan menyerahkan kembali telepon ke Andrew.
‘’ Sekarang tidur kembali aja Tas, Jangan khawatirkan aku. Kamu tidur aja yang nyenyak. Sini ku belai lagi punggungmu agar kamu tertidur lebih lelap” Kata Andrew sambil melingkarkan tangannya ke punggung Tatas dan mulai membelainya lagi.
Tatas tersenyum dan langsung memejamkan matanya dan tertidur lelap.
Mengingat ciuman mesra yang aku lakukan dengan Tatas tadi membuat hatiku menghangat. Mengapa mencium seorang Tatas membuatku merasa begitu nyaman. Apakah aku jatuh cinta padanya? Apakah dia jatuh cinta padaku? Tapi mendengar apa yang dikatakan Mama tadi kalau Tatas selalu akan memblok perasaannya untuk tidak jatuh cinta. Mungkin aku salah kira. Ciuman Tatas padaku tadi karena dia hanya menganggapku seorang sahabat yang baik pada dirinya karena sudah membantu memijit dahinya dan berciuman panas seperti tadi mungkin bagi Tatas adalah hal biasa karena dia sudah lama tinggal di Amerika. Tapi mengapa hatiku yang berdebar tiada henti dan ingin kembali lagi menciumnya . Ingin membuatnya merasa nyaman dan ingin membuatnya bahagia. Tapi beranikah aku? Seorang lelaki lumpuh yang tak berdaya, seorang laki-laki yang hanya untuk bangkit duduk saja belum bisa?
Ketika dua bibir bertemu dalam balutan rasa cinta
Hati ini pasti akan berdebar
Merasakan ada getaran yang membuat jiwamu ingin memeluk dan selalu melindunginya