Melihat Jena yang terbatuk dan kesulitan bernapas itu, hanya membuat pria di kursi di dekat ranjang pasien menatapnya dingin. “Berhentilah bersandiwara,” sinisnya dingin. Jena yang masih terbatuk, megap-megap menarik napas susah payah ke dalam paru-paru. Wajahnya yang pucat, meringis gelap mendengar tuduhan itu. Tapi, detik berikutnya diabaikan cepat, karena sekarang napasnya benar-benar terasa sangat sesak hingga Lia di depannya panik terus memukuli punggungnya, mencoba menolong sebisanya. Ekspresi Zaflan berubah, gelisah melihat kedua wanita itu mengabaikan ucapannya. “Ayo! Pelan-pelan saja, Jena! Coba luruskan punggungmu!” Lia mencoba membantunya meluruskan punggung, segera membantunya meraih air dan menolong menyesapnya sedikit demi sedikit. Sementara tangan kiri Jena, spontan seg