“Kau tidak apa-apa?” tanya pria berkacamata tebal yang sedang mengemudikan mobil untuk Zaflan.
Pria bermantel hitam ini tampak memejamkan mata sembari bertopang dagu pada tepi jendela mobil. Ekspresi wajahnya sangat rumit.
Pertanyaan pria itu tidak dijawab oleh Zaflan, malah keningnya yang sedari tadi berkerut malah tambah berkerut saja.
“Aku sudah bilang. Serahkan saja semuanya padaku daripada anak kecil seperti itu. Beruntung aku baru pulang dari Italia, jadi bisa tepat waktu menolongmu.”
Pria berkacamata ini menatap lurus ke depan sambil mengoceh penuh kebanggan dan nada sombong yang percaya diri dalam setiap kalimatnya. Mengendarakan mobil dengan mantap.
“...”
Zaflan masih terdiam, kepalanya mulai berdenyut.
Masalah satu selesai, kini masalah lain muncul.
Dirinya terlalu foku
