Jena bagaikan disisipi hawa dingin dari dalam.
“Maaf, ada apa Anda datang ke mari? Apakah Zaflan baik-baik saja?” tanya Jena polos, mengira Zaflan yang dulu berkata kepadanya baru akan datang beberapa hari lagi, mungkin saja sedang tertimpa masalah hingga harus pamannya yang terlihat aneh itu menggantikan posisinya untuk berkunjung.
Sebastian mendengus geli, tapi dari pembawaannya ada tekanan yang menghina dirasakan oleh Jena. Bahkan Zea pun tampak tidak nyaman hingga merasa gelisah. Tangan Jena yang diperban, digenggam pelan oleh anak kecil itu.
“Tuan muda baik-baik saja. Kedatanganku ke mari karena ada hal penting yang harus aku bicarakan denganmu.”
Jena menatapnya serius, diam-diam liukan di bola mata wanita ini terlihat mengandung kecemasan tinggi.
Sementara Sebastian sedang mengu
