“Iya. Satu tiket.” “Satu saja, ya, Kak?” tanyanya mengkonfirmasi, masih terlihat ragu. “Iya. Satu saja. Satu tiket. Satu orang. Satu manusia,” balas Lia tak sabaran. “Oh! Ok! Ok, Kak! Mau nonton apa, Kak?” perempuan itu berusaha melunakkan suasana karena sadar sudah membuat pembelinya mulai kesal. “Itu! Aku mau nonton itu!” Lia menunjuk malas pada dinding di sebelah kirinya. Telunjuknya mengarah pada sebuah poster film Korea yang terlihat sedih: sepasang kekasih berpelukan dengan aura penderitaan kuat, yang memukul hebat hati siapa pun yang melihatnya. “Oh! Baiklah! Yang itu, ya, Kak! Mau pukul berapa?” “Yang paling cepat saja dari sekarang mainnya.” Perempuan penjual tiket itu samar-samar menahan tawa geli, “baiklah. Satu tiket untuk pukul 8.15 malam. Mau duduk di mana, Kak?” “