Jena Rahardian merasa canggung menyentuh tubuh Zaflan. Pria itu menahannya dengan memeluknya di atas tubuh atletisnya yang belum pulih 100 persen. “Tu-tuan muda. Apa yang Anda lakukan? Anda harus istirahat dulu,” ucap Jena salah tingkah, karena Zaflan seolah tidak ingin melepasnya. Ini sangat salah! Sangat, sangat salah! Apalagi permainan pria ini terhadapnya? Untuk apa dia melontarkan pertanyaan seperti itu? ‘Kau pernah bilang, kau mencintaiku, kan? Atau sudah tidak mencintaiku lagi sekarang? Mana yang benar, Jena Rahardian?’ Zaflan yang perlahan menguatkan kekuatan tubuhnya, memasang ekspresi gelap yang mengeras. “Kau belum menjawab pertanyaanku.” Jena tertawa canggung, merasa sedikit gila. Sambil mencoba lepas sambil menjawab, “tuan muda bicara apa? Bukankah saya sudah menjel