“Kau bilang aku berubah, tapi bukankah kau yang paling berubah? Maya?” Maya kaget. Perempuan yang sibuk menyiapkan kue puding karamel kukus di konter tertegun memunggungi Arya. Pria ini berjalan masuk ke dapur dan duduk di salah satu kursi tinggi di meja tengah dapur. “Bagaimana bisa kau menjadi desainer mereka?” tanyanya dingin. Maya meneguhkan hati, dan berbalik dengan sebuah senyuman kecil. Di salah satu tangannya terdapat sepiring kue karamel. “Aku hanya mendapat tawaran ini dari bosku sepulang dari New York. Aku tidak membaca filenya dengan baik karena sibuk dikejar deadline. Jadi sama sekali tak tahu siapa klien pemesan pakaian pengantin itu. Makanlah.” Kue puding karamel itu disodorkan ke atas meja. Arya menatap puding itu. “Kenapa? Itu kesukaanmu, kan? Aku tidak menaruh r