“Lia?” tegur bu Sinta pada sang anak.
“Um?”
Lia dengan cepat sadar dari lamunannya, berbalik menatap ibunya.
“Ada apa?”
“Eh? Ah! Ti-tidak ada apa-apa. Hahaha,” tawa Lia pelan, lalu meraih asal sebuah celana panjang dari dalam susunan pakaian. “Aku rasa ini sudah cocok untuknya.”
“Bagaimana dengan dalamannya?” tanya ibunya datar dan polos.
Lia memerah, tidak kepikiran soal itu.
Sontak saja kaku bak kanebo kering.
Tidak kepikiran soal itu?
Meski sudah ciuman beberapa kali dengan pria itu sampai tidur bersama karena mabuk, tapi melihat dalaman pria itu, nyaris tidak pernah.
Kenapa ini lebih memalukan daripada semua yang hal intim yang mereka lakukan selama ini?
“A-akan aku tanyakan pada Bu Betrice.”
“Kenapa harus tanya pada Bu Betrice? Kita sudah berada di sini, kan? Ayo, kita
