“Untuk apa datang ke sini, hah?” Ayah Lia, Pak Rasyid menatap nyalang kepada Zaflan yang kini sudah berdiri di depannya. Pria tua berkemeja putih dan berpeci itu baru saja mengelak salam tangan dari sang lawan bicara. Pria keturunan Jepang itu menatapnya dengan wajah tegas dan tanpa ragu. Tidak ada keberatan sama sekali saat ini mengetahui dirinya tengah ditolak mentah-mentah. Amalia Rasyid gugup melihat pertemuan kedua pria itu yang selama ini selalu menimbulkan bibit badai satu sama lain. “Saya rasa, ada kesalahpahaman di antara kita, Pak Rasyid.” “Salah paham? Salah paham apa? Setelah kau pergi tanpa ada kabar sama sekali, dan meninggalkan putriku seperti orang bodoh, itu yang kau bilang salah paham?” “Ayah! Jangan marahi Kak Zaflan!”protes Syabil, tapi segera dibungkam oleh Bu Si