Hawa dingin menjalar di sekujur tubuh Amalia Rasyid. Lee Jun Min menyeret calon istrinya masuk ke dalam kamar perempuan itu, pintu dikunci. Punggung Lia membentur pintu dengan keras, kedua tangannya di tahan di kedua sisi kepalanya. Tatapan sedingin es itu bercahaya kuat, mengebor kedua bola mata sang wanita. “K-kau mau apa, Lee Jun Min?” Lia memalingkan wajahnya, hatinya gemetar. Perempuan ini sama sekali tak menyangka jika sikap lama pria ini akan kembali lagi detik ini juga. Ada apa dengannya? Apakah dia semarah itu gara-gara tadi? Masa dia tidak tahu kalau dia hanya sekedar menggodanya? “Aku bersikap baik padamu dan memanjakanmu, bukan berarti kau bisa bersikap seperti tadi.” Nada suaranya dingin, tidak ada belas kasihan. “Apa yang kau bicarakan?!” bentak Lia marah. “Untu