Dalam benaknya, ketika bibir mereka saling bersentuhan, ia hanya bisa terbayang-bayang sosok pria kejam berkacamata dengan mata sedingin esnya, menciumnya dengan liar bagaikan ular berbisa di sebuah ruangan sepi saat reuni SMA-nya.
Maaf, Arya..., batin Lia penuh rasa bersalah dan penyesalan yang ganjil.
Kedua tangan Amalia Rasyid yang gemetar dingin menarik lebih kuat bagian depan jas Arya, membuat lelaki itu mendesah kecil penuh semangat.
Amalia Rasyid memejamkan mata kuat-kuat, kening bertaut lemah, dan dengan perasaan bersalah karena tak bisa juga merasakan hal yang sama, ia mencoba memaksakan diri lebih agresif membalas permainan Arya di mulutnya hingga lelaki itu memberikan respon yang begitu bersemangat dan penuh kebahagiaan.
Flashback itu akhirnya berhenti.
Membuat Lia memejamk
