“Kalau tidak mau, ya, tinggal bilang saja! Tidak usah kasih syarat seperti itu! Ayo, cepat kita cari cincin! Kita sudah hampir satu jam cuma bicara di sini sejak tadi! Dasar! Mesummu sangat keterlaluan!” Lia memperbaiki posisinya menghadap kaca depan, menghindari tatapan dingin Lee Jun Min.
“Me... sum? Bukannya kau juga suka?” godanya dengan senyum nakal seiring sebelah kening dinaikkan, nada suara lambat-lambat.
“CINCIN! KITA MAU CARI CINCIN, KAN?!” teriak Lia marah. “Kalau kau masih saja begini, aku turun di sini saja!”
Lia meraih ponselnya yang terjatuh tadi, dan hendak membuka pintu mobil, tapi terpelongo karena pintunya tak bisa juga dibuka meski ia sudah berkali-kali mencobanya.
“Buka pintunya!”
Lia berbalik galak padanya.
“Yakin tidak mau mendengar kisah pria kesukaanmu itu?
