HOEK! Suara orang muntah terdengar dari dalam kamar mandi. Nur Maya Hersawan sudah berada di sana selama beberapa menit. Karena pintu kamar tidak tertutup, maka suara muntah wanita ini terdengar jelas hingga ke ruang tengah presidential suite itu. Ketika dia keluar, Amalia Rasyid langsung heboh sendiri memeluk desainer baju pengantinnya itu. “Selamat, ya, Maya! Aku tidak menduga kamu akan hamil secepat ini!” DEG! Maya kaget dalam diam, matanya terkunci dengan Arya yang melirik ke arahnya dari meja makan. Wajah pria itu dingin dan kelam, lalu ditolehkan kepada Ayana yang menarik wajahnya, tersenyum lembut kepada wanita dewasa manis itu. Hati Maya menggelap hebat, perlahan melepas pelukan Lia. “Eng... Lia, sepertinya—” “Terima kasih, Amalia Rasyid. Doakan saja anak kami lahir denga