Bab 7: Ramalan Masa Lalu

1222 Words
"Kalian berdua akan berbagi takdir yang pahit," kata seorang nenek-nenek kepada Rosa dan Marina yang sama-sama iseng mendatangi peramal setelah melihat beberapa teman mereka juga pergi ke rumah peramal itu. Sebagian dari mereka bahkan mengatakan peramal tersebut sangat jitu. Perempuan itu tersenyum miring, menampilkan beberapa sisa giginya tersebut. Lalu dengan segera perempuan itu menatap ke arah Rosa. "Kau akan mengambil apa yang akan menjadi miliknya," katanya lagi. Perempuan itu langsung tertawa keras hingga membuat Marina yang lemah lembut itu kaget dan takut. Berbeda sekali dengan Rosa yang menatap perempuan itu tak suka. Rosa marah, bola kristal yang ada di meja itu ia gulingkan hingga menggelinding ke arah perempuan tua itu dan jatuh ke lantai. Tapi, perempuan tua itu sama sekali tak marah dengan sikap Rosa, ia malah tertawa melihat sikap Rosa yang kesal. Merasa diremehkan karena si perempuan tua yang tertawa, Rosa berdiri dan keluar dari rumah peramal tersebut. Marina bingung, ia pun segera menyusul Rosa. "Jangan dimasukkan ke dalam hati," kata Marina pada Rosa. Rosa tak menjawab, ia pun berlalu pergi. Rosa punya insting yang kuat bahwa apa yang dikatakan oleh peramal itu akan membuat sahabatnya terluka. Sejak kejadian itu, Rosa mulai menjauhi Marina. Ia semakin senang kala Marina ke luar negeri menyelesaikan study S2nya. Mereka kehilangan kontak satu sama lain. Marina yang kehilangan ponselnya dan Rosa yang sengaja menghapus nomer Marina. Stempel sebagai anak sial yang melekat di dirinya lah yang membuat Rosa selalu berhati-hati dalam bergaul. Ia tak ingin orang lain terluka lagi karena kehadirannya, jadi ketika peramal tersebut mengatakan hal yang buruk tentang pertemanannya dengan Marina, gadis itu memilih menjauh dan memutuskan hubungan mereka. Ia tak ingin Marina terluka. "Aku seneng banget bisa ketemu kamu lagi!" Marina tersenyum lebar seraya memeluk Rosa yang mematung di depannya. Mati-matian Rosa menghindari Marina, tapi kenapa malah takdir mempertemukan mereka semudah ini? Pikir Rosa kesal. Andrew yang melihat istrinya senang bertemu dengan Rosa hanya bisa diam dengan heran. Ia tak pernah bertemu dan kenal dengan teman-teman Marina, jadi melihat Marina yang memeluk temannya seperti sekarang ini, itu kenapa Andrew heran. Tapi .... Andrew merasa mengenali Rosa. Lelaki itu berpikir keras di mana ia melihat Rosa dan matanya langsung melebar sempurna kala ia teringat dengan halte bus, ponsel dan ejekan. Ah, dunia ini memang sesempit itu. Andrew tersenyum kecil. Baginya ia tak perlu susah-susah lagi mencari tahu siapa gadis di halte itu dan memberinya imbalan yang setimpal karena sudah sedikit menolongnya tadi. "Sayang, kamu gak berniat ngenalin teman kamu ke aku?" tanya Andrew. Demi Tuhan, Rosa sangat berharap Andrew tak mengenalinya. Ia bisa sangat malu kalau Andrew masih hapal wajahnya. Wajahnya yang ketus bin pelit. "Oh, ya! Sayang, kenalin ini temen kuliah aku di UI dulu, namanya Rosa. Almira Rosari," ucap Marina dengan senyum. Mendengar itu Rosa langsung mengulurkan tangannya dan langsung dijabat dengan baik oleh Andrew, "dan Rosa, ini suamiku tercinta, Andrew," kata Rosa. "Temen kamu itu pemalu kayaknya, ya? dari tadi lihat ke bawah terus," bisik Andrew. Marina hanya meringis mendengar ucapan Andrew tersebut padanya. Ia ingat Rosa yang kayak kuda lumping selama masa-masa emas kuliah mereka dahulu. Marina ingin kembali ke masa-masa emas itu. Sangat bahagia. "Rosa! Ngapain kamu di rumah sakit?" tanya Marina. "Ya cari rumah sehat nggak ada, adanya rumah sakit," jawab Rosa ngasal yang membuat Marina tertawa karena kekonyolannya itu. Andrew hanya tersenyum simpul. "Iya deh, jadi, kamu ngapain di sini?" tanya Marina kembali. "Main, cari kerjaan. Tapi kata mereka muka gue cocoknya jadi pasien bukan kerja," kata Rosa melucu lagi. "Loh? Kamu nyari kerjaan?" tanya Marina dan Rosa mengangguk asal. Andrew langsung ingat dengan surat-surat lamaran yang Marina tinggalkan di halte itu. "Iya, tapi adanya lowongan buat pasien sakit," jawab Rosa lagi. "Sayang, kamu kan lagi cari pegawai yang gantiin sekretaris kamu," kata Marina pada Andrew. Rosa menatap bingung pada Marina. Lalu ia ingat ucapan para perawat yang berbisik di IGD tadi soal siapa Andrew sebenarnya. Pemilik Lampion Property, perusahaan property yang cukup besar di Indonesia. Rosa langsung sangat berharap kalau Andrew bisa memberinya pekerjaan. "Iya, kenapa memangnya, sayang?" "Rosa ini temen aku di UI. Yah emang sih dia cuma lulusan S1 management kayak aku sebelum lanjut ekonomi bisnis, tapi dia pinter," kata Marina. Ingin rasanya Rosa mengatakan kalau ia juga sudah selesai S2 tapi di universitas swasta. Tapi, ia hanya bisa diam. "Dia lulusan c*m laude?" tanya Andrew lagi dan Marina menggeleng. "Tapi dia cerdas dan gak papa ditindas," Eh? Ucapan Marina itu langsung membuat Andrew dan Rosa menatap tak percaya. Marina selalu begitu, di dekat Rosa dia bisa jadi cewek pemberani, blak-blakan, agak bar-bar dan melucu meski garing. "Lo cari pegawai yang bisa ditindas?" tanya Rosa. Rosa sudah kembali lagi seperti dulu. Gak ada kamu dan aku yang menurutnya bahasa formal istana kepresidenan. Marina menoleh dan mengedikkan satu pandangan mata padanya lalu kembali lagi menoleh ke arah sang suami dengan tatapan penuh cinta. "Suruh dia buat lamaran dan langsung ke meja HRD besok," kata Andrew yang langsung membuat Marina bersorak senang mewakili Rosa. Rosa sama sekali tak menyangka kalau akan ada rejeki nomplok seperti ini untuknya. Ia tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Kesempatan yang sangat langka karena bisa gabung kerja di Lampion Grup. Perusahaan bunafit yang sudah sangat lama jadi incarannya tapi susah tembus. "Sayang, ayo kita kembali ke kamar kamu. Kamu harus istirahat," kata Andrew seraya tersenyum kecil ke arah sang istri tersebut. Marina mengangguk. "Tapi, tunggu," kata Marina lagi. Marina menoleh ke arah Rosa, "minta nomer hape lo," kata Marina dan Rosa langsung memberikan nomer ponselnya yang dicatat oleh Marina di ponsel suaminya itu. Tak lupa Marina langsung miss call. "Kenapa gak pake hape kamu sih, sayang?" tanya Andrew. "Kan ketinggalan di rumah," jawab Marina yang hanya ditanggapi dengan anggukan kecil saja oleh Andrew. Setelah menyimpan nomer Rosa, mereka berdua pun pergi dari hadapan Rosa. Marina tak ingin bertanya lebih jauh kepentingan apa yang membuat Rosa berada di rumah sakit. Marina tahu bahwa meksi dulu mereka sangat dekat, Rosa selalu sangat hati-hati soal privacy. *** "Bibi!" Rosa baru sampai di kamar bibinya yang hendak mencopot selang infusnya sendiri. Buru-buru Rosa menghampiri dan mencegah tindakan lebih lanjut bibinya tersebut. "Bibi mau apa?" tanya Rosa heran. "Ayo pulang, bibi sudah baik-baik saja," kata Anda. Rosa menggeleng lemah. "Bibi harus dirawat di rumah sakit ini, bibi sakit dan harus menjalani perawatan intensif," kata Rosa. Ia tak berani memberitahu penyakit bibinya itu. "Aku baik-baik saja, kanker paru-paru itu sudah lama ada di sini. Dan sejauh ini ya memang kayak gini aja," kata bibi yang membuat Rosa kaget. "Jadi bibi tahu kalau sebenarnya bibi sakit kanker?" tanya Rosa dan Anda mengangguk ke arahnya. "Dan kamu bisa lihat sendiri, kan, kalau bibi selama ini baik-baik saja," kata Anda. "Kenapa bibi gak bilang sama Rosa?" tanya Rosa dengan sedih. Anda membelai lembut rambut keponakannya tersebut dan masih dengan senyum tulusnya, ia berkata dengan nada pelan, "percayalah, bibi akan berumur panjang sampai kamu menikah," kata Anda yang entah mengapa membuat d**a Rosa sangat sesak. Rosa pikir, selama ini ia telah menjalani hidupnya dengan kuat dan semangat. Tak ada lagi tangisan kesedihan di hidupnya. Ia bisa melawan kalau diejek dan bisa membalas kalau dilukai. Nyatanya, ia tetap lemah, tetap seorang perempuan yang butuh sandaran. Jadi, Rosa tak siap kehilangan bibinya. Ia berjanji akan berjuang sekuat tenaga untuk memberikan fasilitas kesehatan yang baik kepada bibinya agar bibinya panjang umur. Tanpa tahu kedepannya setelah kematian bibinya, ia menjadi pribadi yang mudah putus asa.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD