Cinta Pertama Amira

1123 Words
Detik itu juga, Amira langsung terkejut, saat melihat wajah tampan dengan manik mata hitam dan memilik rahang yang tegas memandanginya, “ Amira?” Mendengar kalau laki – laki itu menyebut Namanya, Amira hanya bisa membisu. Dan dengan sejuta pertanyaan dalam batinnya, Amira pun memiringkan kepalanya, “ Anda siapa? Kok bisa tahu nama saya?” tanya Amira dengan Bahasa lembut dan sopan. Laki – laki itu pun kembali tersenyum dan semakin mendekat kearah Amira, “ Apak amu sudah lupa?” balasnya membuat Amira hanya bisa terdiam. Jujur saja Amira memang tidak bisa mengigat wajah tampan itu. “ Aku Ilham, teman kakakmu, Surya.” Seketika Amira pun terkejut saat mendengar pengakuan laki – laki itu yang mengakuinya kalau dirinya adalah Ilham teman kakaknya Surya. “ Ilham…?! Amira memperhatikan laki – laki itu dari atas sampai kebawah, mencoba mengingat – ingat nama tersebut. “ Mas Ilham yang suka iseng sama aku waktu kecil?” Ilham pun mengangguk sambil tersnyum, “ Lama tidak bertemu ya, Amira?” Amira pun mengangguk sambil membalas senyuman Ilham, “ Iya, mas, sangat lama tidak bertemu, makanya aku lupa,” Amira pun segera mengulurkan tangannya meminta Kirana yang masih dalam pelukan Ilham. “ Jadi, ini, putrimu?” ucap Ilham sambil menyerahkan Kirana yang memang sudah sejak tadi merentangkan kedua tangannya pada Amira. “ Iya, mas,” jawab Amira pendek sambil seketika menunduk saat Ilham menatapnya. Ilham Aldiano, itulah nama lengkapnya. Nama pria yang juga teman Surya kakanya Amira waktu kecil, dan juga pria yang menjadi cinta pertamanya saat Amira SMA dulu, namun tidak pernah diuangkapkan, karena Ilham keburu menikah muda dengan seorang Wanita lain, sehingga membuat Amira pun memutuskan menerima tawaran Evan yang mengajaknya menikah tepatnya dua tahun setelah Ilham menikah. “ Papah?” Kembali Amira terkejut dengan suara seorang anak laki – laki yang usianya sekitar enam tahun dan kini berdiri disamping Ilham. Raut wajah yang begitu mirip, sama – sama tampan, yang langsung Amira pun bisa menebak kalau anak laki – laki itu adalah putranya Ilham. “ Dan ini, putramu, mas?” Ilham mengangguk, sedangkan Amira segera membungkuh sambil menurunkan Kirana yang minta diturunkan. “ Namanya, siapa, sayang?” tanya Amira sambil mencuil hidung mancung bocah tampan itu. “ Azzam, tante? Nama tante, siapa?” jawab bocah itu sambil melepar balik pertanyaan. “ Nama tante, Amira,” jawab Amira sambil mengerucutkan kedua bibirnya membentuk senyum pada Azzam bocah ganteng yang lucu. “ Tante, pacarnya papah, ya.” Amira terkejut mendengar pertanyaan Azzam yang menyangka kalau dirinya adalah pacarnya Ilham. “ Azzam! Tidak boleh bicara seperti itu!” bantah Ilham membuat Azzah menengadahkan wajahnya menatap yang papah seperti berharap. “ Azzam, sayang, tante ini temen kecilnya papah Azzam, kalau tante pacarnya papah Azzam, nanti mamah Azzam marah sama tante.” Wajah Azzam seketika berubah murung saat Amira menyebut kata mamah. Amira pun menoleh kearah Ilham meminta penjelasan. “ Azzam, sebaiknya Azzam ajak adeknya main, papah mau ngobrol sebentar dengan tante Amira.” Tanpa dua kali meminta, Azzam pun segera meraih tangan Kirana dan mengajaknya main ditaman, yang kebetulan banyak mainan untuk anak – anak, sedangkan Ilham mengajak Amira untuk duduk di kursi taman dibawah pohon rindang. “ Sebenarnya, apa yang sudah terjadi pada istrimu, mas?” tanya Amira sesaat setelah mereka duduk. “ Istriku, Meninggal, saat Azzam berusia dua tahun waktu itu,” ‘ Meninggal?’ batin Amira, ‘ Pantas saja Azzam begitu sedih saat aku mengatakan tentang mamahnya,’ “ Maafkan aku, mas, aku sungguh tidak tahu,” sesal Amira sambil menundukan wajahnya, karena pria tampan disampingnya menoleh kearahnya dan menatap dirinya. “ Tidak apa – apa…kamu sendiri, gimana kabar suamimu? Surya bilang kamu sudah menikah dan tinggal di rumah suamimu?” jawab Ilham sambil balik bertanya. Mendapatkan pertanyaan seperti itu dari Ilham, Amira pun mengangkat wajahnya, pandangannya kini terarah kejalanan yang terlihat mulai ramai. Amira menarik nafas sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Ilham. “ Aku…sudah Cerai, mas,” jawabnya sambil kembali menarik nafas kasar dan membuangnya perlahan untuk mencoba mengimbangi rasa sakit yang kembali terasa ngilu saat harus kembali mengingat pengkhianatan Evan dan hinaan keluarganya. Ilham terdiam dan menatap Amira yang hanya menunduk. Sekilas matanya menangkap bulir bening yang mengalir dari sudut mata Amira. Tangan Ilham terulur memegang dagu Amira, lalu mengangkat wajahnya secara pelan dan tangan sebelahnya menyeka airmata yang membasahi wajah Amira saat ini. Amira menoleh kearah Ilham, dan Nampak mata hitam nan indah itu sedang menatapnya, sehingga mereka berdua pun tidak bisa menghindar dari saling bertatapan. Sotak saja, d**a Amira berdebar hebat, serta jantungnya terpacu diluar batas normalnya. Amira pun memutuskan untuk kembali menunduk, tidak mampu berlama – lama untuk memandang wajah tampan itu. “ Sesakit itukah?” Suara lirih membuat Amira kembali menolehkan wajahnya menatap wajah Ilham yang masih belum berubah posisinya. “ Maksud, mas Ilham?” tanya Amira yang belum mengerti apa maksud perkataan Ilham barusan. “ Apakah sebegitu sakit hingga kamu tidak bisa menahan airmata saat mengigatnya?” Amira tidak bisa menjawab pertanyaan Ilham. Tentu saja orang lain tidak akan bisa merasakan bagaimana sakitnya hati Amira yang harus tiap hari melihat kemesraan suaminya dengan perempuan lain, walau pun itu adalah istri keduanya. Dan bukan itu saja, orang tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya saat seorang ayah begitu tega memperlakukan anak kandungnya seperti anak tiri. Airmata pun kembali meleleh, membuat Ilham merasa bersalah, karena sudah kembali membuka luka dihati Amira yang sudah mulai mengering. “ Maafkan aku, karena perkataanku, luka dihatimu kembali berdenyut sakit,” sesal Ilham sambil tangannya secara replek merangkul bahu Amira dan menariknya hingga tanpa sadar Amira pun langsung menengelamkan wajahnya didada Ilham dan menangis sesegukan. Melihat itu, Ilham pun memeluk Amira, namun ada perasaan lain saat dirinya memeluk adik dari teman kecilnya itu. Ilham merasakan ada getaran yang sudah lama tidak pernah dia rasakan saat berdekatan dengan perempuan manapun setelah meninggalnya istri Ilham empat tahun yang lalu. ‘ Ada apa dengan hatiku? Apakah mungkin aku jatuh cinta pada Amira? atau ini perasaan iba saja pada nasibnya yang begitu pahit?’ Banyak pertanyaan yang bergulung dalam pikiran Ilham saat ini. laki – laki itu terus mencoba menerka – nerka tentang perasaanya pada Amira yang memang sangat berbeda. “ Mamah…kakak Azzam akal, kilana tadi dipeluk,” ucap Kirana yang langsung membuat mereka berdua pun melepaskan pelukan saat gadis kecil itu datang mengadu. “ Sayang, kakak Azzam tidak nakal, kakak Azzam meluk Kirana karena kakak Azzam sayang sama Kirana seperti mamah yang suka meluk Kirana,” ucap Amira mencoba memberikan penjelasan pada Putrinya. “ Azzam tadi nggak sengaja meluk Kirana, tante, Azzam hanya mencoba menahan Kirana agar tidak jatuh,” ucap Azzam membela dirinya. “ Gak apa – apa, sayang. Azzam memang kakak yang baik yang bisa menjaga adiknya,” jawab Amira sambil mengusap pipi Azzam. Azzam memang anak yang cerdas, dia bisa melihat sesuatu yang sudah terjadi pada Amira. Dia bias melihat kalau Amira habis menangis.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD