"Halo kak gimana,udah selesai urusannya?"
"Udah. Ini hari terakhir disini, ah senangnya... kakak harap pengobatan kamu berhasil dek."
"Lintang juga berharap sama kak, supaya kakak bisa bebas gak perlu jadi hhh… maafkan aku." seketika Lintang menurunkan nada bicara. Nada penyesalan terdengar jelas oleh lawan bicaranya.
"Yang aku punya cuma kamu, setelah ini kita bisa pergi dari kota jauh dari orang-orang."
"Kita mau pergi kemana kak?"
"Nanti aku pikirkan lagi. Yang terpenting jauh dari hiruk pikuk kota ini,"
"Kita nggak akan pergi ke tengah hutan kan kak?"
"Dek, kita bukan tarzan dek, hhh"
"Lintang bakal ikut kemanapun kakak pergi."
"Terima kasih, dek. Makasih sudah bertahan sampai detik ini. Ya sudah aku kerja dulu, jangan lupa diminum obatnya. jangan tidur larut malam."
"Oke."
Abrina Ashalina Tan 23 tahun memutuskan panggilan Lintang Angraeni Tan sang adik lalu menyimpan ponselnya kedalam tas kecil. Dia mendongak memandang lekat pintu masuk bar /club'. Abrina membuang nafas panjangnya kemudian mengambil langkah untuk memasuki bar, dimana dia bekerja sebagai gadis malam.
Abrina harus melakukannya ,menjadi pemuas nafsu para pria yang ingin terpuaskan. sudah menjadi pekerjaannya. Bahkan, Abrina termasuk gadis malam dengan bayaran termahal disana.
Bertahun- tahun menjadi gadis malam, banyak suka duka saat melakukan hal yang paling menjijikkan tersebut. tapi mau bagaimana lagi,hanya ini yang bisa Abrina lakukan untuk kelangsungan hidupnya dengan sang adik. Sebetulnya dia telah berusaha melamar pekerjaan yang jauh lebih berharga dimata orang-orang. Namun karena persaingan di ibukota yang sangat kejam memaksanya masuk kedalam lubang hitam nan hina ini. Apalagi dia yang hanya lulusan sekolah menengah atas swasta, jelas tidak ada harganya dibanding para pesaingnya yang banyak bergelar Sarjana.
Suara musik yang mengalun kuat didalam bar yang terkemuka di Jakarta itu, seakan memanggil langkah para pengunjung bar untuk menari di lantai dansa. Aroma alkohol yang berasal dari minuman keras yang mereka tenggat dan kepulan asap rokok berbaur menjadi satu di ruangan berukuran cukup besar itu. Sesekali terdengar teriakan nyaring dari
Lampu disko yang berkelap-kelip dengan cahayanya yang remang sengaja diciptakan untuk memanaskan tempat tersebut. Beberapa dari mereka tampak larut dengan suasana di dalam sana bersama kekasih atau pun gadis yang sengaja mereka bayar. Di depan mereka berdiri dua orang Dj yang berpakaian sangat seksi dan menunjukan ke sensualitasnya berusaha memainkan irama musik untuk membakar gairah para tamu malam ini.
Tempat yang berada di sudut kota tidaklah terlalu besar, tapi disinilah tempat yang akan dicari para p****************g untuk melepaskan kepenatan setelah seharian bekerja. Apalagi kalau bukan bercinta dan memuaskan hasrat serta gairah yang mereka miliki. Membuang uang yang dengan susah payah mereka cari untuk ditukar dengan kepuasan nafsu duniawi. Walau nafsu itu hanya sesaat dan akan hilang selang hari berganti.
Nino Sebastian 27 tahun, seorang pria berparas tampan. matanya yang sipit bak orang Tionghoa itu memiliki begitu banyak gadis malam untuk diperjual belikan kepada para pelanggannya.
Pria berwajah sangar dan kejam itu bertubuh sedikit pendek, tapi tidak pendek-pendek amatlah masih bisa dikatakan sempurna. Pria berkumis tipis itu selalu dicari para p****************g yang datang kesana untuk memenuhi nafsu liar mereka. sesekali dia tersenyum senang diantara dekapan wanita yang merupakan sumber uangnya. Dia puas melihat perkembangan bisnisnya berjalan lancar.
Nino melirik kebelakang, dia tersentak melihat seorang pria yang berdiri tegak dibelakang punggung anak buahnya. Dia menyunggingkan senyumnya setelah mengetahui pria itu.
"Ah, Mr.Logan." sapa nya. Dari suara terdengar ramah. sudah pasti dia tidak akan membiarkan orang itu pergi begitu saja. Nino begitu antusias melihat siapa yang mendatangi bar miliknya. Yang pasti orang itu akan merogoh kocek berapapun untuk mendapat kepuasan nafsunya. Ia segera melepaskan diri dari para gadis dan bergerak menghampiri pria yang menatapnya tanpa ekspresi.
Pria ber bahu lebar dan berjas hitam itu berdiri santai dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana, melihat suasana riuh di dalam bar dengan tatapan yang sangat dingin tanpa ekspresi. jangan harap ada sedikit senyuman tersungging dari bibirnya. Dibelakang tampak seorang pria sedikit muda darinya yang sedari tadi setia menemaninya.
pria bertubuh kekar dan atletis itu terlalu sempurna dimata para wanita. Ototnya yang mengembang terlihat sangat cool dan membuat wanita pasti akan betah dalam dekapannya. Termasuk para wanita malam yang berada di bar ini.
Elvano Bramantyo Logan 27 tahun, siapa yang tidak mengenal pria tampan dan sangat kaya raya Sepertinya. Usahanya yaitu DHE Star merupakan salah satu perusahaan kosmetik terbesar yang ada di Jakarta, Perusahaan yang berdiri selama lima tahun itu memang sedang berkembang pesat dengan kenaikan saham yang tentunya sangat signifikan akhir-akhir ini. Perusahaan kosmetik miliknya hanya menyediakan produk dari korea seperti Lanege, Sulwhasoo, EtdeHouse, Innesfree, Mande dan masih terdapat puluhan brand kosmetik ternama lainnya. Perusahaan dengan cabang-cabang tersebar luas dimana-mana dan selalu berkembang pesat.
Kerjasamanya dengan AMOREPA yang merupakan perusahaan kosmetik yang sangat besar di Negeri Ginseng tersebut juga menghasilkan profit yang sangat besar. Perusahaan yang membantu perkembangan DHE Star itu tidak perlu diragukan lagi rekam jejaknya.
Bukan mengherankan jika sahamnya selalu stabil dan cenderung mengalami peningkatan. Tentunya berimbas dengan uang yang dimiliki olehnya yang sangat benyak bahkan bisa dikatakan tidak terbatas bagi golongan orang biasa. Apapun bisa dengan mudah dibeli olehnya, termasuk kebahagiaan sesaat ini.
"Saya membutuhkan seorang gadis." ucap Elvano singkat. Dia selalu tanpa ekspresi dan cenderung tegas. Wibawanya sebagai orang yang sangat kaya tidak ingin luntur sedikitpun karena sikap ramah kepada orang biasa. Ada cerita panjang yang membuatnya bisa berada disini. Kapan lagi orang terpandang seperti dirinya mencari mangsanya sendiri.
Nino tampak menyeringai lebar dengan mata yang menunjukkan kegembiraan. "Oh, tentu saja. Saya memiliki banyak gadis disini." ia melirik ke sudut ruang dimana para gadis tengah menunggu panggilan." Anda bisa memilih sesukamu. Semua gadis disini sangat punya jam terbang tinggi untuk memuaskan nafsu tamu yang datang. Anda bisa melihat kesana, begitu banyak gadis yang menunggumu."
Mata Elvano mulai menjelajah di setiap sudut bar, Dia masih berusaha mencari, namun setelah sekian menit mencoba memilih belum ada gadis yang dia inginkan. Dia tentunya tidak ingin hanya dilayani biasa seperti gadis malam yang mangkal dipinggir jalan. Elvano sengaja datang disini karena ingin mencari gadis malam yang high clash dan sanggup melayani nafsunya hingga puas.
Nino gelisah ketika mengetahui Elvano belum menentukan gadis pilihannya. Dia tidak ingin orang yang sangat kaya raya itu pulang dengan tangan hampa. Nino tahu betul pria itu akan mengeluarkan kocek berapapun untuk menyewa gadis yang akan menjadi teman tidurnya.
"Sebentar saya sepertinya tahu apa yang anda cari," ucap Nino sambil berjalan menuju sudut ruangan tempat dimana para gadis miliknya berkumpul menunggu tamu.
"Abi,"panggilan dari sang boss membuat Abrina menoleh dan melangkah mendekati lelaki tampan sedikit pendek itu.
"Ya, boss?"
"Malam ini saya cuma ngasih kamu satu pelanggan dengan syarat, harus melayaninya dengan baik."
"Emangnya selama ini aku melayaninya nggak baik gitu?" potong Abrina kesal.
"Ck,bukan gitu. Dia ini spesial, jadi kamu mesti…"
"I know. Tapi,tetap memakai pengaman."
"Oke. Ikut saya."
"Have fun, beb." para gadis melambaikan tangan tersenyum lebar melihat kepergian Abrina.
"Sip."
Elvano menoleh memperhatikan seorang gadis tampak berjalan kearah mereka mengikuti langkah Nino. Gadis itu mengenakan gaun merah menyala selutut, dengan kerah baju berbentuk V menunjukkan sedikit belahan d**a berisi miliknya. Elvano sempat tersenyum sedikit melihat bentuk d**a gadis itu. Rambut tergerai indah ke bawah menutup punggung mulusnya, sama sekali tak tampak seperti seorang jalang murahan. Pikir Elvano, dadanya berdebar melihat senyum tipis gadis tersebut.
"Mr,Logan, dia gadis istimewa ditempat kami.Ya bisa dikatakan sebagai spesial seperti anda."ucap Nino tersenyum lebar setelah membanggakan Abrina dihadapan Elvano.
"Oke, saya bawa dia."putus Elvano.
"Saya akan ikut dengan syarat memakai pengaman." tutur Abi membuat Elvano terkekeh geli namun terlihat menyeramkan.Sayangnya Abrina tak takut sama sekali.
"Saya tuan nya dan saya pula yang memutuskan. So, ikut atau tidak sama sekali."
"Ya udah kalau gak mau, gak usah."
"jalang masih bisa nego ternyata."
"Ck, itu sih terserah saya."
"Sepertinya, tempat ini tidak seperti yang saya pikirkan selama ini." Elvano berbalik ingin pergi, Abi tampak mengangkat bahu masa bodoh melihat bosnya.
"Ck, Abi kamu tuh ya. Mr Logan tunggu sebentar, biar saya yang ngomong sama dia." Nino berusaha menahan Elvano ingin meraih lengan pria itu, hanya saja pengikut Elvano lebih dulu menangkap lengannya.
Elvano berbalik, "5 menit atau tidak sama sekali." ujar nya berlalu pergi.
"Baik Mr." Nino berjalan ke arah Abi menarik gadis itu ke dalam ruangannya.
"Bos, saya gak bisa kalau gak pake pengaman. Ayolah, masih banyak pelanggan lain dia juga kayaknya orang baru… "
"Abi, diem dulu." bisik Angga salah satu kepercayaan Nino.
"Ish." Abi menghentakkan kakinya melangkah lebar ke sofa lalu duduk sedikit kasar.
Nino menggeleng pelan ikut duduk di hadapan Abi.
"Kamu itu kesayangan tempat ini, banyak pelanggan yang puas dengan pelayanan kamu. Lagian ini pertama kalinya penyewa mau tanpa pengaman. Saya yakin dia orang bersih karena dia bukan orang sembarangan." jelas Nino.
"Emang dia siapa?" tanya Abi.
"Pemilik perusahaan kosmetik terbesar di Indonesia. Menurut kamu siapa?"
"Really, him?"
"Iya. Makanya, kapan lagi jadi salah satu teman tidur dia. Kamu pasti pernah denger dong, kalau dia ini hanya… "
"Gadis dari luar." potong Abi.
"Nah itu tau. Ayolah bantu saya, ini malam terakhir kamu kerja seharusnya menjadi sesuatu yang berbeda dari sebelumnya. Oke gini aja, 60% buatmu sebagai bonus. Bagaimana?"
"70 persen deh," tawar Abrina.
Nino melotot, sementara Angga terkekeh. Cuma Abi yang bisa melawan boss mereka, pikirnya.
"Kenapa gak sekalian aja 100%." sungut Nino kesal.
"Boleh juga."
"Abrina!"
"Yasudah, iya tapi 65 deh. Gak boleh nolak atau gak sama sekali." tekan Abi memainkan rambutnya.
"Kasih aja boss. Saya yakin Mr.Logan bisa membayar berapapun tarifnya." saran Angga
"Tuh denger kata mas Angga."
"Idih. Orang saya bosnya."
"Idih. Orang saya yang goyang."
Angga menahan tawa.
"Ck, frontal amat. Oke deal yang penting kamu… " terhenti kala melihat Abi sudah beranjak meninggalkan ruangannya begitu saja. "Dasar gak sopan." cicitnya kesal.
Abi berjalan keluar dari bar, matanya mencari keberadaan pelanggannya dan terlihat seorang pemuda yang mungkin seumuran dia tengah melambaikan tangan ke arahnya. Dia lantas berjalan mendekati pemuda tersebut.
"Silahkan nona." pemuda itu membuka pintu mobil, dimana seorang pria tengah memejamkan mata dengan kaki menyilang.
Abi masuk dan duduk di samping pria yang akan menjadi pelanggannya. Ia melirik penampilan pria itu sekilas. Elvano mengenakan celana jeans hitam dengan atasan kemeja putih yang ujungnya dibiarkan terbuka.Tidak Seperti sebelumnya, yang masuk kedalam bar dengan memakai jas. Mungkin dia telah melepas jas nya. Memang penampilannya terlihat urakan tapi itu malah menambah kesan seksi dan tidak mengurangi kadar ketampanannya.
Sepertinya yang Nino katakan, pria ini bukan orang sembarangan lihat saja kemana dia membawa Abi, Fairmont Jakarta salah satu hotel termewah di Jakarta. Letaknya tidak jauh dari Senayan Golf Course yang berada di Gelora Bung Karno. Hanya orang yang berkantung tebal yang mampu menginap disana. Seorang artis pun rasanya akan berpikir dua kali jika harus merogoh kocek selangit untuk bermalam di hotel mewah itu.
Oke, malam yang cukup indah. Malam penutup pekerjaan sialan ini dengan pria kaya dan tampan. Oh sepertinya aku mulau tertular sikap serakah dari bos. Batin Abi.
Setelah sampai, Elvano lebih dulu keluar dan saat pintu di samping Abi terbuka, dia mendongak menatap Elvano mengulurkan tangannya. Dia bingung harus bersikap bagaimana karena tamu yang ini memang terasa sangat spesial.
Jayden selaku kepercayaan Elvano melirik Abi dan memberikan anggukan kecil agar gadis itu menerima uluran tangan bos nya.
Saat tangan mereka bersentuhan, keduanya saling bertatapan. Elvano menarik Abi keluar, satu hal yang Abrina rasakan pada genggamannya. Protektif! Genggaman itu terlalu protektif dan posesif seakan tak membiarkan Abi lari. Abi hanya bisa pasrah karena itu memang menjadi tugas sebagai gadis malam.
Dalam lift dengan tangan masih saling bertautan, Abi kembali mendapat tarikan dari Elvano kala pintu lift terbuka lebar. Kakinya melangkah memasuki lorong-lorong hotel, lalu berhenti di pintu berwarna coklat lalu ia membuka pintu tersebut dan mempersilahkan Abi masuk.
"Tunggu disini, saya mau mandi sebentar."
Terdengar datar memang, Abi hanya mengangguk sekali sebelum Elvano masuk ke kamar mandi. Melangkahkan kakinya, Abi tampak mengitari ruangan menyentuh spray di ranjang empuk itu. Dia baru merasakan pertama kali dibawa tamunya menginap di kamar semewah ini.
Abi kembali melangkah mendekati jendela, disitu terpampang jelas pemandangan indah yang tersaji di kota. Lampu malam yang berkelap-kelip menerangi kota, begitu juga jalanan di bawah sana.
Indah!
"Tidak mandi?"
Suara Silver Voice seperti Kristal itu kembali terdengar, membuat Abi yang tadinya menikmati pemandangan menoleh begitu saja kebelakang. Glek! Elvano hanya bertelanjang d**a di samping ranjang, dan tubuhnya… Oh God!! Benar-benar memukau. Abi sudah terlalu banyak menyentuh pria selama ini dan demi Tuhan, ini yang terbaik.
"Jadi tidak memakai pengaman?" tanya Abi sekali lagi. Dia sangat berharap teman tidurnya itu berubah pikiran. Abi memang sedikit khawatir dengan tertularnya penyakit menular seksual yang bisa ditularkan jika tidak memakai pengaman.
"Tentu." menyandarkan tubuhnya pada pinggiran meja tangannya bertumpu di sana. Posenya begitu seksi dan menawan. "Saya tidak suka memakai pengaman." lanjutnya.
Abi tersenyum kecil mengerutkan bibir berkata, "Tetap di sana, Mr." perlahan mendekati Elvano. Begitu tiba di hadapan pria itu, ia membungkuk jari lentiknya terangkat mengusap pelan butiran air yang terlihat menetes.
Baru kali ini Elvano terlihat memejamkan mata menikmati usapan lembut dari Abi. Hanya usapan tetapi sudah tak tahan. Ini pertama kalinya ia merasakan hal tersebut dan sepertinya keinginannya belum apa-apa sudah on.
Jika biasanya dia harus melihat gadis bayarannya bermain atau memainkan miliknya, kali ini tanpa apapun tubuhnya sudah bereaksi. Sensasi ini sangat berbeda dari biasanya. Elvano yakin malam ini dia mendapatkan pilihan gadis malam yang sangat sempurna. Seperti yang dia inginkan.
Tangan Abi menjalar ke atas tetapi bibirnya dengan nakal mengecup perut kotak milik Elvano dan seerrr seakan sengatan listrik menjalar di sekujur tubuh Elvano. Naluri lelakinya seketika muncul dan ingin segera masuk ke permainan panas yang utama.
Setelah kecupan manis tersebut, Abi menegakkan punggungnya dan lagi-lagi tangannya menjalar kemana-mana, ia berjalan ke belakang Elvano dan memeluk pria itu dari belakang. "You are very sexy Mr." bisiknya mengusap buliran air tepat ke lilitan handuk membaluti tubuh bagian bawah Elvano.
Sebelum Abrina membuka lilitan tersebut, Elvano membuka mata dan menangkap tangan Abrina kemudian menarik gadis itu kehadapan nya.
Kini giliran tangan Elvano yang bergerak nakal, menarik pinggang Abi untuk lebih dekat dan dadanya bersentuhan menciptakan sensasi panas di tubuh gadis itu.
Bulu kuduk Abi naik tatkala tangan Elvano bergerak membelai leher jenjangnya, mengibas rambut yang menutupi punggung mulusnya. Dengan lembut dan b*******h Elvano berbisik di telinga Abi.
"Kamu sangat menggairahkan dan juga... seksi."
Abi tersenyum kecil, pujian yang selalu diberikan oleh setiap pelanggannya terdengar berbeda saat pujian itu keluar dari bibir pria itu. Tangan Abi merambat naik menyusuri rambut coklat Elvano, meremasnya pelan ketika bibir Elvano menyentuh permukaan kulitnya. Oh bibir tebal milik Elvano teramat lembut.
Shit. Kini tangan Elvano merambat ke belakang punggung Abi meraba kulit mulusnya dengan ibu jari. Desahan kecil keluar dari bibir Abrina. Ibu jari Elvano semakin turun mencari keberadaan resleting gaun untuk segera dilepaskan dari tubuh Abi.
"Siapa namamu?" tanya Elvano berbisik di sela-sela ciuman mereka.
"Abrina, panggil saya Abi Mr." jawab Abrina tak fokus karena ciuman mereka semakin dalam belum lagi jari-jari Elvano bergerak semakin intens.
Tak lama Abi merasa gaunnya melorot ke kaki, erangan terdengar kala ciuman panas itu terlepas. Mata Abi masih terpejam menikmati gelombang gairah yang menjalar di tubuhnya, erangan terengah-engah terdengar dari bibir keduanya. Saat membuka mata, hal pertama yang Abi temukan adalah mata coklat yang menatapmu tajam. Ia menatap Abi dengan kilatan gairah dan demi Tuhan, Abi benar-benar hanyut di dalamnya.
Tak ingin membuang-buang waktu, Abi mendorong Elvano ke kasur tak lupa menarik lilitan handuk membaluti sesuatu yang tampak mencuat keluar.
Oh s**t! Abi menelan ludah melihat milik Elvano. Benda sedikit melengkung ke atas dengan urat-urat menjalar dari pangkalnya. Oh God. Sekali lagi ia menelan ludah kemudian melihat wajah Elvano tampak tersenyum tipis menurunkan pandangan menatapnya. Apa dia terlalu mengaguminya?
"Lakukan sesuatu padanya, baby girl."
Suaranya yang pelan namun penuh wibawa itu seakan memikat Abi. Membawanya kedalam permainan panas yang akan segera mereka lakukan. Dia kini terlentang pasrah siap dibawa menikmati malam yang indah itu berdua.
08:12 WIB
Abi telah membuka mata dan mencoba bergegas bangun dari tidurnya. Namun apa daya tubuhnya terasa lemas karena sisa pertempuran dahsyat semalam. Rasanya dia harus berdiam sejenak untuk mengumpulkan tenaganya yang kini terkuras habis. Semalam suntuk Elvano menggempurnya dengan sangat jantan dan b*******h.
Dia melirik pria disampingnya yang masih tertidur pulas. Mungkin pria itu juga merasakan lelah yang luar biasa. Entah kali Abi dibuat keluar oleh permainan Elvano. Namun anehnya Abi tidak ingin menyudahi permainan itu. Malah rasanya ingin mengulangi lagi hingga akhirnya semalaman mereka bercinta habis-habisan.
Dia mengecup pipi pria disampingnya itu. Namun sesaat setelah Abi mendaratkan ciuman di pipi Elvano, tangan pria macho itu membelai lembut rambut panjang Abi. Gadis itu terkesiap kaget. Dia mengira pria itu bangun dari tidurnya. Namun ternyata salah, gerakan tangan pria itu ternyata refleks saja. Matanya masih terpejam sempurna.
Hari beranjak siang, Abi berusaha bangun dan lepas dari dekapan Elvano dengan hati-hati. Dia segera memunguti busananya yang semalam tercecer di lantai. Dengan langkah perlahan dia segera berjalan ke kamar mandi untuk memakai kembali pakaiannya dan segera pergi dari kamar itu. Sejenak sebelum melangkahkan kaki ke arah pintu kamar, Abi kembali melirik pria itu. Rasanya Abi telah tersihir dengan ketampanannya.
Entah keberanian dari mana, Abi membelai rambut Elvano mendaratkan bibirnya di kening pria itu.
"Selamat tinggal pria tampan," bisiknya dengan lembut. Tentunya pria yang dihadapannya tidak menjawab salam perpisahan itu.
09:00 WIB
Tangan Elvano bergerak meraih ponselnya yang berdering. Dia mengatur nafasnya yang masih terengah.Tanpa melihat nama penelpon nya Elvano segera mengangkatnya.
"Daddy, Where are you? Untung aja hari ini libur jadi gak ke sekolah."
"Aduh princess maaf sayang, daddy ketiduran di kantor. Maaf ya," Elvano cepat-cepat bangun walau pusing menerjangnya.
"Ya udah, kata nenek jangan lupa pulang."
"Siap princess. Mau dibawakan apa, hem?" tanyanya menarik selimut kemudian bersandar di sandaran kasur. Ia menyusuri setiap sudut ruangan mencari gadis itu namun tak ada siapa-siapa.Hanya dirinya seorang diri.
"Hari ini jalan-jalan, boyeh gak?"
Ia terkekeh kecil, "Boleh dong. Princess siap-siap tunggu Daddy pulang."
"Oke. Pai-pai Daddy."
"Pai-pai kesayangan Daddy." ia mematikan panggilan teleponnya, tangannya bergerak di layar sebelum menyimpan benda tersebut. Ia memijit dahinya pelan saat bayangan Abi kembali melintasi otaknya. Ia kembali teringat permainan panas mereka semalam, tapi, gadis itu berhasil membuat moodnya memburuk seratus persen, kalau saja putri kesayangannya tidak menghubunginya.
Pasalnya Elvano tak dapat menemukan Abi di manapun ketika ia membuka mata. Ia bertanya pada Jayden dan pemuda itu hanya menjawab jika Abi memang telah meninggalkan hotel pukul setengah sembilan pagi saat ia masih tertidur.
"Sial. Kenapa bayangan dia terus saja datang!" Elvano mengacak rambut kesal beranjak dari kasur berjalan ke kamar mandi ingin mendinginkan kepalanya yang semakin dipenuhi wajah gadis yang bernama Abi.
***
Sementara itu, Abi yang baru saja turun dari ojek online, dikejutkan dengan suara teriakan dari dalam rumah. Ia segera berlari masuk dan melihat adiknya tengah memeluk lutut sambil menangis.
"Oh, sudah datang ya?"
Deg!!
Sorot mata Abi berubah dingin dan tajam beralih menatap Kevin adik mendiang sang ayah dan istrinya Luna.
"Kak, mereka mengambil simpanan kita hiks… " Lintang Anggraeni Tan umur 17 tahun, mengadu kepada sang kakak tentang apa yang terjadi.
"Hei, sialan. Kami hanya meminjam."
"Itu benar, Abi. Tante sama om cuma… "
"Kembalikan! Kembalikan sialan!" jerit Abi melangkah lebar merampas tas milik Luna dan membongkarnya.
"Dasar gak sopan kamu ya." Luna ingin menarik lengan Abi kasar tidak suka barang-barangnya di sentuh. Lalu apa kabar dengan uang yang mereka ambil? Dasar manusia.
Berharap Abi sedikit goyah, sayangnya gadis bermata bulat bola mata kecoklatan, wajah oriental terkesan dingin tapi juga lembut secara bersamaan itu tidak peduli hubungan darah mereka lagi, ia mendorong Luna kasar kembali mencari keberadaan tabungan miliknya. "Dimana? Dimana uangnya b******n!!"
"Auh, sayang!" Luna tersungkur membuat Kevin geram melayangkan kepalan tangannya.
Ces!
"Akkh!" Kevin menjerit tertahan saat pisau menggores lengannya. Terlihat Lintang menodong pisau kearahnya.
"Mas!"
"Jangan pernah menyentuh kakak. Pergi kalian, pergi!!" Lintang gemetaran melihat darah semakin menetes karena perbuatannya. Kevin semakin marah ingin melawan kalau saja Abi tidak segera merebut pisau itu dari tangan adiknya kembali memberikan ancaman pada mereka.
"Kembalikan uang kami. Kembalikan saya mohon… apa belum cukup kalian menjual rumah peninggalan papa? Sekarang datang tanpa di undang, apa kalian tidak merasa bersalah sedikitpun? Terbuat dari apa hati kalian, hah!"
"Kami hanya meminjam, adik kamu aja yang gak bisa di ajak ngomong makanya… "
"Percuma kak, semua sisa uangnya udah mereka kasih ke rentenir." potong Lintang sarkastik mendapat pelototan dari Kevin dan Luna.
"Apa? Rentenir?"
"Abi turunkan pisaunya, kita omongin baik-baik ya. Om sama Tante kamu lagi mau buka usaha tapi… "
"Saya gak peduli kalian mau buka usaha atau tidak, kenapa harus kami yang menanggungnya? Kalian bisa cari sendiri kan. Dasar tidak tahu malu!" hardik Abrina. Dia benar-benar tidak menyangka, sisa uang untuk operasi adiknya malah di ambil begitu saja tanpa perasaan.
"Hei yang sopan ya sama om kamu!!"
"Cuih, sopan sama kalian najis!" ucap Abi geram.
"Jaga omongan mu, kau itu yang najis," bentak Kevin.
"Jangan berteriak disini. Apa saya salah? Enggak. Kalian emang benalu kan, pantes papa gak pernah percaya sama om."
"Diam kamu Abi."
"Tante yang harusnya diam. Pergi kalian, pergi!! Sekali lagi kalian datang kemari, saya gak akan pernah segan buat jadi pembunuh. Pergi!!"
"Cih, jadi p*****r aja bangga. Uang itu itu juga hasil lacurkan," Luna terlihat menantang Abi sedangkan Kevin terlihat lemas karena kehilangan banyak darah.
"Setidaknya saya berusaha, tidak seperti anda yang taunya morotin uang suami. Udah suaminya lemah enggak tau apa-apa lagi. Uang p*****r aja kalian masih doyan, jangan sok suci!" ucapan Abi yang sangat pedas dilontarkan olehnya.
"Abi!!"
"Diam!!" Abi mengayunkan pisau di tangannya membuat Luna menciut bersembunyi dibalik punggung suaminya.
"Om jahat! Itu uang untuk Lintang operasi, tapi apa? Om lebih mementingkan diri om sendiri. Selama bertahun-tahun tahun kalian pergi gitu aja setelah semua kalian jual, sekarang dengan bangganya datang lagi. Kalian bukan manusia tau gak. Pergi om hiks… saya bersumpah tidak akan pernah maafkan om kalau terjadi sesuatu sama Lintang. PERGI KALIAN!!"
Kevin memandang Abi bersalah, tetapi rasa bersalah itu tertutup oleh keegoisannya.
"Mas ayo pergi, toh hutang kita udah lunas." Luna menarik lengan Kevin keluar meninggalkan Abi dan Lintang tanpa bersalah.
"BIADAB KALIAN!!"