Bab 5. Menghubungi Altar

1061 Words
“Han! Tunggu bentar” teriak Karin sambil berlari mendekati Hany teman sefan club yang hobinya ngebucin. “Ya ampun Rin santai aja kali gak usah kayak orang lagi balapan lompat jauh gitu” Hany menggelengkan kepalanya, Karin menepuk dadanya “Nafasku tolong nafasku hilang” kata Karin. Hany tersenyum “Apa ada berita terbaru sampai buru-buru begitu?” Tanya Hany. Karin mengangguk antusias “Albut terbarunya BTS akan release jadi kita mesti PO sebelum kehabisan kayak kemarin, oh ya kamu punya Link nya gak buat ke webnya” Karin berdiri tegak sebelum kedunaya menyusuri koridor sekolah. “Link yang mana dulu ini?” “Kan ada streaming minggu ini cuman aku ketinggalan berita gara-gara ngerjain tugas sekolah, pokoknya aku gak akan ketinggalan streamingnya jadi aku tunggu ya kamu kirim Link nya atau kamu nanti datang kerumahku kita nonton bareng” sahut Karin. Hany mengangguk “Oke deh tapi kapan PO aku juga mau dong” “Nanti kita lihat grup dulu siapa tau ada yang sudah dapat info terbaru” Jawab Karin. Dari arah yang berlawanan terlihat Dion mendekati Karin dengan wajah kesal “Akhirnya ini tuyul ketemu juga” ujar Dion. Karin menarik rambut Dion “Siapa yang kamu bilangin tuyul hah!” kata nya marah. “Aduh aduh iya maaf aku salah orang ini tangan lepasin dong entar rambutku rontok gimana” Dion menepuk nepuk tangan Karin sampai cewek itu melepaskan tangannya dari rambut Dion, Dion memnunjukkan ponselnya “Nih aku udah dapat nomer hp nya sekarang, sumpah Rin malu banget gue tadi didepan anak-anak pas minta nomer hp sama cowok dikira aku ini Gay kali ya?” Dion bergidik ngeri. “Emang kamu dari mana Yon” Tanya Hany. “Tadi nemuin cowok yang Pft—“ Tangan Karin membekap bibir Dion sehingga cowok itu tidak melanjutkan kalimatnya, Dion melirik tangan Karin lalu melepaskan dan mengusap bibinya. Karin mempelototi Dion agar tidak mengatakan apapun. “Ish kalian lagi main rahasia apaan sih bikin orang penasaran aja” Gerutu Hany, Karin tersenyum geli sambil menyalin nomer hp di ponsel Dion setelah itu Dion mengambil ponselnya kembali. “Jadi aku udah gak ikutan tanggung jawab lagi kan? Udah lunas kan? Aku pergi dulu kalo sudah” Pamit Dion, Hany melihat Dion yang mulai menjauh “Kalian kenapa sih kok gak mau bagi informasi?” tanya Hany penasaran. Karin menepuk pelan lengan Hany “Udah gak penting kok gak usah dipikirin mending kita ngebucin dulu gimana?” “Hahh oke deh” ---- Pulang sekolah Karin langsung berbaring dikamarnya telungkup sembari memainkan hpnya menatap nomor cowok yang bernama Altar. “Telfon gak ya?” batin Karin. “Karin! jam tangan kakak yang hitam kamu taro mana!” teriak Kevin, Karin duduk menoleh kearah pintu lalu menatap kepergelangan tangannya dimana jam milik kevin tengah ia pakai, Karin meringis dan segera melepaskan jam tangan milik Kevin sebelum memberikan pada pemiliknya. Kevin membuka pintu kamar Karin disitu Karin ketahuan basah tengah memakai jam miliknya, Kevin berkacak pinggang “Itu jam cowok kali Rin, perasaan kakak kemarin udah beliin kamu jam tangan cantik kenapa punya kakak juga diembat sih” Kevin mengambil jamnya ditangan Karin. “Pelit! Jam nya kak Kevin kan banyak masa aku ambil satu gak boleh” Karin memanyunkan bibirnya. Kevin menggelengkan kepalanya “Yang ini gak boleh sayang” Kevin menarik hidung karin setelah itu keluar dari kamar Karin. Karin mengusap hidungnya kemudian teringat apa dia harus menghubungi Altar sekarang atau tidak tapi jika semakin ditunda terus kelupaan gimana? Karin adalah tipe orang yang tidak ingin memiliki hutang budi pada siapapun. Pada akhirnya Karin menekan tombol dial tinggal menunggu si pemilik nomer hp menjawab panggilan darinya. Panggilan pertama tidak terjawab namun Karin tidak akan berhenti dan menguhubungi lagi kalau perlu sampai cowok itu menjawabnya. Di lain tempat Altar sedang memberikan makan ikan disamping rumahnya dan ponselnya lupa tidak diberi nada dering sehingga Altar tidak menyadari ada orang yang menghubunginya dengan semangat 45. “Altar ponsel kamu menyala kayaknya ada yang nelfon” panggil Hanna mama Altar. Altar menoleh menyimpan toples makanan ikan sebelum menghampiri ponsel yang disimpan dimeja, dua panggilan tak terjawab tapi dua detik kemudian ada panggilan masuk lagi. Ah ini pasti dari cewek yang dimaksud oleh Dion, Altar menggeser icon hijau “Iya halo” jawab Altar. Lima detik tidak ada jawaban sampai Altar menatap layar ponselnya dimana panggilan masih terhubung. “Ini aku Karin kapan bisa ketemu aku mau ada yang diomongin” Seru cewek itu. “Karin temannya dion bukan?” tanya Altar. “Iya bener banget” “Kalau mau ketemuan cuman minta maaf aku udah maafin gak papa jadi gak usah merasa bersalah kayak gitu. Santai aja lagian gak sakit banget kok luka yang kebentur lantai kemarin juga sudah sembuh” Jawab Altar. Terdengar suara decihan dari seberang “Pokoknya gak ada penolakan! Aku gak suka! Nanti atau besok aku harus ketemu sama kamu sekarang juga boleh! Rumah kamu dimana biar aku samperin kalau kamu gak bisa” Altar meringis sambil menatap ponselnya ‘Ini anak keras kepala banget ya’ batinnya lalu menempelkan benda persegi itu ketelinganya “Besok aja kalau memang maksa mau ketemu biasanya aku kalau jam istirahat ada diperpustakaan” saran Altar karena ia tidak mau Karin datang kerumahnya. Bagi Altar cewek tidak boleh datang kerumah cowok yang boleh adalah cowok datang kerumah cewek karena itu menyangkut harga diri sebagai pria sejati. Tapi Altar tidak mungkin datang kerumah Karin. “Siapa Al yang nelfon kamu?” Tanya mama Altar. “Oh temen sekolah mah. Altar naik dulu ya mau beres-beres” jawab Altar sekaligus pamit menuju kamarnya. Sedangkan Karin saat ini menatap layar ponsel nya yang hitam setelah berhasil menghubungi Altar “Wah dia jadi cowok ramah banget aku jadi pengen tambah kenal seperti apa sih cowok ini sebenarnya” gumam Karin. Karin menoleh ketika pintu kamarnya terbuka “Rin cepat ganti baju ikut kakak jemput mama dibandara” “Mama udah pulang Kak?” “Ya makannya aku ajak kamu, buruan gih atau kakak tinggal ya” “Iya bentar aku ganti baju” Karin bergegas menuju lemari sedangkan Kevin menunggu diruang tengah sambil bermain ponsel. Kevin mengirim pesan pada Altar “Kapan-kapan main keluar yuk Al sama teman yang lain juga sebentar lagi kan ada festival tahunan disekolah dan bentar lagi kita juga akan jarang ketemu kalau udah selesai sekolah” sent, Kevin tinggal menunggu satu-satunya teman kelas yang tidak ingin berbaur pada yang lain itu menjawab pesannya. Sekitar satu menit baru ada balasan dari Altar “Maaf aku gak bisa Vin aku juga gak bisa ikutan festival tahunan soalnya ada sedikit masalah yang harus aku selesaikan” jawab Altar dari pesan yang cowok itu kirimkan. Kevin mendesah pasrah “Aku heran sebenarnya masalah apa sih yang dimaksud Altar sampai susah banget buat cowok itu buka diri ketempat ramai kalau gini terus aku yang susah jadi ketua kelas terus untuk bujuk dia” helaan nafas berat keluar dari bibir Kevin. “Kayaknya harus orang tertentu yang bisa bikin Altar bisa berbaur sama yang lain biar gak ngedekem di perpus melulu, tapi siapa?” batinnya. “Kak aku udah selesai ayo berangkat” seru Karin, Kevin beranjak dari duduknya bersiap untuk menjemput mama mereka dibandara. ____ Bersambung... Semoga hari kalian menyenangkan
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD