Bab 18. Gadis keras kepala

1207 Words
Sekolah tiap hari senin akan melakukan hal wajib untuk memperingati pahlawan memperebutkan sang merah putih memastikan bendera berkibar cantik diatas sana. Hari sangat panas membuat Karin yang tak sempat sarapan merasakan matanya berkunang-kunang ini gara-gara Kevin terlambat membangunkannya tadi pagi sehingga sedikit lagi Karin hampir terlambat ke sekolah. Karin mengerjap beberapa kali tapi matanya tak bisa fokus untuk mempertahankan gerakan hormatnya pada sang merah putih ketika badannya ambruk untung Dion berdiri dibelakangnya yang dengan sigap membantu karin tanpa membuat barisan rusak. Dibelakang ada petugas pmr jadi Dion mempercayakan Karin pada petugas kesehatan sekolah lalu Dion melanjutkan upacara meski hatinya tak nyaman karena tak bisa menemani Karin. Karin berbaring lagi di uks kali ini sakitnya beda halnya dengan minggu kemarin yang terluka gara-gara nabrak Doni sekarang malah pingsan gara-gara gak sarapan. Kebetulan petugas pmr hari itu adalah kakanya sendiri. Kevin menatap adiknya antara khawatir dan juga geram namun karena tau Karin belum sarapan Kevin memutuskan pergi ke kantin untuk membelikan makanan agar saat karin bangun anak nakal itu bisa langsung makan sebelum minum obat. Hanya ada beberapa orang yang tau kalau kevin adalah kakak karin disekolah itu karena banyak yang tidak percaya selain wajah keduanya yang tidak ada mirip-miripnya Karin juga berkelakukan mengerikan sangat berkebalikan dengan Kevin. Sedarah bukan berarti berkelakuan sama. “Kevin kamu gak balik ke lapangan” panggil Resky teman Kevin yang bertugas jadi anak kesehatan hari ini untuk membantu anak-anak yang suka pingsan dadakan atau hanya sekedar pura-pura. “Kamu duluan aja aku mau mau mastiin ini anak pingsan beneran atau cuman drama” jawab kevin, Resky mengangguk dan membiarkan Kevin menunggu Karin bangun. Minyak aroma terapi kevin oleskan dileher dan hidung Karin sampai akhirnya kelopak mata cewek itu bergerak dan terbuka pelan “Kak Kevin aku lapar” ucap Karin untuk pertama kalinya. Kevin ingin memarahi Karin tapi ia tidak tega jadi Kevin memilih membukakan tutup botol air mineral untuk karin sebelum menyodorkan makanan untuk adiknya itu. “Jangan bikin kakak khawatir kenapa sih Rin, tadi udah kakak bilangin buat jangan lupa sarapan karena mau upacara tapi liat ini kamu pingsan kayak gini cuman gara-gara kelaparan padahal makanan yang disediain buat kamu itu banyak” ucap Kevin. Karin mengunyah roti didalam mulutnya memperhatikan kevin yang sedang mengomelinya seakan Karin sedang menonton opera yang membosankan didepannya. Kevin mendesah panjang sambil mengusap rambut Karin. “Kakak tuh gak suka liat kamu kayak gini lain kali sebelum berangkat sekolah sarapan dulu tapi sebelum itu bangunnya jangan suka telat, paham gak” Kevin menarik tangannya dari kepala karin “Kamu habiskan makanannya terus ini minum obatnya kakak mau ke lapangan lagi lanjut bertugas” pamit kevin, karin mengangguk sambil memakan rotinya dengan lahap. Saat upacara selesai Dion langsung berlari menemui Karin memastikan sahabatnya itu sudah sadar namun yang Dion temukan Karin sedang memakan banyak makanan rasanya Dion percuma khawatir pada Karin jika orang yang dikhawatirkan malah dengan lahap memakan semua makanannya. Dion mengelengkan kepalanya “Ck! Ck! Kirain pingsan beneran taunya malah makan disini” ucap dion. “Aku lapar yon” jawab Karin apa adanya “Tapi udah kenyang kok berkat kak Kevin” Karin turun dari tempatnya menghampiri Dion “Ayo balik ke kelas” ajaknya melewati Dion begitu saja. Dion mengikuti Karin dari samping “kamu beneran udah gak papa?” “Iya gak papa soalnya tadi pingsan gegara kelaparan” jawab Karin. “Kalau gak mau kelaparan dan pingsan kayak gini makannya sebelum berangkat sekolah sarapan dulu” tegur Dion, Karin terkekeh pelan “ya mau gimana lagi Yon aku buru-buru soalnya takut terlambat kesekolah” Karin nyengir tanpa dosa lalu mereka masuk ke kelas dan mulai pelajaran. Ting.. karin melihat ponselnya melihat pesan yang dikirim oleh Altar “Aku ada ditempat biasa kamu bisa kan datang kesini” tulis Altar pada pesan yang dikirimnya pada Karin tepat setelah bel istirahat berbunyi. Karin menyimpan ponselnya kembali kemudian bangun dari bangkunya “Karin kamu mau kemana!” seru Dion. “Aku ada urusan penting yon!” jawab Karin sambil berlari, Dion memasukkan buku kedalam tas “Pasti gara-gara ada new album nih tuh anak jadi kayak gitu” gumam Dion. Karin melangkah dengan cepat tentunya disela langkah yang diambilnya ia harus waspada untuk tidak menabrak orang sembarangan seperti biasanya meski tidak disengaja tapi hasilnya beneran sakit, Karin tidak ingin diurut seperti saat ia menabrak Doni beberapa hari lalu. Cewek itu langsung menuju tempat yang biasa Altar tempati terlihat cowok yang sedang Karin cari tengah melihat keluar jendela sampai Altar menoleh dan menyadari kedatangannya. “Hai” sapa Altar ramah seperti biasa. Karin duduk dikursi depan Altar yang dibatasi oleh meja, Altar mengeluarkan anting Karin dari sakunya lalu menyodorkan benda kecil itu pada siempunya “Ini punyamu” kata Altar. Karin tersenyum sumringah “Makasih banyak ya Al, kalau sampai benda ini hilang bisa habis aku kena jewer mama” balas Karin, Altar ikut tersenyum entah kenapa melihat cewek didepannya ini tersenyum lebar dengan ciri khasnya sendiri membuat Altar sedikit kagum sekaligus geli. Senyum Karin langsung berubah datar dalam sekejap lalu cewek itu mengangkat kedua tangannya didepan melihat jarinya yang ada sepuluh, karin terlihat seperti menghitung sesuatu sebelum menepuk keningnya sendiri. “Apa ada masalah?” tanya Altar. Karin sedikit mendongak menatap Altar “Kamu sudah membantuku berulang kali tapi aku sama sekali belum melakukan apapun untukmu” jawab Karin dengan polosnya. Altar tertawa pelan “Kalau begitu kamu harus melakukan sesuatu untukku bukan?” tanya Altar, Karin mengangguk antusias “Tapi aku harus melakukan apa?” katanya balik dengan wajah bingung. Senyum Altar menghilang dalam sekejap berubah serius ketika menatap Karin haruskah ia mengatakannya pada Karin sekarang? Altar memejamkan matanya jika ia tidak mengakhirinya sekarang itu akan berakibat buruk. “Kamu yakin ingin melakukan sesuatu untukku?” tanya Altar sekali lagi, Karin mengangguk antusias dengan bola mata yang berbinar-binar membuat Altar nyaris tidak tega untuk mengutarakan apa yang ingin dia katakan. “Apapun?” tanya Altar. “Iya asal aku bisa melakukannya aku akan lakukan” jawab Karin. Altar tersenyum “Kalau begitu mulai sekarang anggaplah kita tidak pernah saling mengenal” ucap Altar. Senyum dibibir Karin memudar perlahan dengan sebaris kalimat yang Altar ucapkan “kenapa?” tanya Karin tak paham “Kamu bisa meminta apapun dariku tapi aku gak bisa kehilangan teman baru sepertimu” katanya lagi. “Akan lebih baik kamu menjauhiku mulai sekarang karena semakin kita saling mengenal akan menimbulkan suatu keterikatan yang tak jelas lebih baik anggap saja aku tak pernah bertemu denganmu dan bersikaplah seakan aku tak pernah ada dalam deretan nama orang yang pernah kamu kenal sebelum kamu menyesalinya dikemudian hari karena telah mengenalku” Ucap Altar menjelaskan. Karin tercengang sembari matanya memperhatikan Altar yang berdiri dan meninggalkannya. Ini pertama kalinya dalam hidup Karin ada orang yang dengan terang-terangan mengatakan seperti itu padanya dan perasaannya merasa tidak nyaman karena ia sudah menganggap Altar sebagai teman dekatnya. Karin berbalik melihat Altar namun cowok itu sudah berbelok arah sehingga Karin tak bisa melihat wajah Altar hanya dapat melihat bahu cowok itu sekilas, Karin mendesah pasrah lagi pula itu keputusan Altar dan dia tidak bisa mengubah keputusan yang cowok itu berikan. Keputusan Altar adalah hak cowok itu, Karin menghembuskan nafas tapi kemudian terseyum “Keputusan memang hak semua manusia dan aku tidak suka keputusan sepihak seperti ini jadi tunggu saja karena aku akan melakukan sesuatu yang keren nanti untuk membuat Altar mau berteman denganku lagi” Karin menggenggam anting yang Altar berikan barusan. “Mana bisa aku melepaskan teman sebaik Altar, udah baik ramah lagi” Karin tertawa sendiri sampai membuat Dika petugas jaga perpus bergidik ngeri memperhatikan Karin tertawa dan bicara sendiri seperti itu tanpa berani menegurnya. “Dasar cewek aneh” gumam Dika sambil bergerak menjauh. _____ Bersambung..
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD