Bab 24. Si pemaksa

1135 Words
Karin berlari kearah kelas Kevin begitu bel sekolah sudah berbunyi hingga Dion sudah tak heran lagi jika setiap pulang atau jam pulang Karin akan langsung berlari keluar kelas dengan buru-buru entah kemana tujuannya. “Kak!” seru Karin membuat Kevin dan semua teman Kevin yang belum pulang menatap kearah Karin. kevin menepuk keningnya lalu menoleh kebelakangnya dimana Altar malah mengedikkan bahu. Dikelas Kevin selain Altar tidak ada yang tau jika Karin adalah adik Kevin jadi anak-anak dikelas itu mengira orang yang Karin panggil itu adalah pacarnya karena Karin langsung mendatangi Kevin. “Mau pulangkan aku ikut dong” ucap Karin manja seperti biasa dan tentu bagi kebanyakan orang yang tidak tau hubungan Karin dan Kevin mengira Karin adalah cewek genit tukang cari perhatian. “Kamu kan udah dijemput pak yadi” jawab kevin sembari memakai tasnya. Karin menggeleng “pokoknya aku mau pulang sama kalian aku juga sudah bilang sama Pak yadi buat gak jemput Karin hari ini” katanya keras kepala. “Tapi kan aku sama Altar mau kerja tugas” “Pokoknya aku mau ikut, aku marah nih” Karin menyilangkan tangan didepan perut dengan pipi digembungkan hingga membuat bibir pink nya maju beberapa senti. Kevin menoleh melihat Altar “Giman nih Al masa aku ajak nih bocah” ucap Kevin. “Gak papa kalau memang mau ikut siapa tau bisa bantu-bantu kan nanti” Altar tersenyum seperti biasanya membuat karin meringis senang “Jadi boleh kan” ujarnya. Kevin menghembuskan nafas panjang menatap karin “yang ada kalau nih bocah ikut bisanya cuman bikin rusuh aja. Kamu pulang sana sama Pak Yadi biar aku telfon orangnya suruh jemput kamu” Karin menyambar ponsel Kevin. “Karin gak mau pulang kalau gak sama kalian biarin aja Karin tinggal disekolah biar mama marahin kak Kevin” Dengan nakalnya Karin menjulurkan lidahnya mengejek, Kevin mendesah pasrah. Altar terkekeh pelan “Ya udah yuk pulang nanti keburu sore buat mengerjakan tugas” ajak Altar, Karin melompat “Yes! Yuk Al kita tinggal kak Kevin” tanpa ragu Karin mengaet lengan Altar dan menggandengnya. Altar seperti ingin melepaskan lengan yang dipeluk karin namun Karin memeluknya dengan erat sehingga Kevin yang ada dibelakang mereka hanya bisa menahan tawanya melihat Altar tidak bisa lepas dari karin. “Astaga anak nakal itu” gumam kevin “Hei kalian balik sini!” seru Kevin kemudian. “Kamu bawa celana training gak Rin?” tanya Kevin. “Ada ini di tas kebetulan tadi gak jadi masuk pelajaran olahraga emang kenapa?” jawab Karin. “Kamu ganti dulu sana pake celana ganti rokmu itu, bahaya kalau naik motor pakai rok” Tegur kevin. Karin ingin menolak tapi lebih baik ia segera menuruti perintah kevin untuk berganti setelah itu kembali dengan memakai celana training. Karin tersenyum, Kevin sudah menunggu Karin naik keboncengan motornya tapi cewek itu malah naik keboncengan Altar setela mengambil helm ditangan Kevin. “Aku mau dibonceng Altar” Ucap Karin sambil memeluk pinggang Altar dari belakang, Altar terlihat berusaha melepaskan tangan Karin darinya tapi cewek itu sangat kuat sampai akhirnya Altar pasrah. “Karin jangan jadi anak nakal” tergur Kevin namun Karin semakin erat memeluk Altar, Altar menatap Kevin seakan mengatakan ‘tolong’ lewat tatapannya. “Pokoknya gak mau aku maunya dibonceng Altar kalau kak Kevin yang bonceng udah biasa” Sahut Karin keras kepala. Kevin mengacak rambutnya frustasi dengan kelakuan Karin sebelum kevin melihat Altar dengan wajah nelangsa dimana Karin masih memeluk cowok dengan begitu erat. “Maaf ya Al ngerepotin kamu, gak papa kan tuh anak nemplok begitu” Kevin merasa tidak enak dengan Altar karena ulah Karin. Altar mengangguk pasrah karena tak bisa menandingi keras kepalanya Karin, Karin terlihat semakin berani ketika tau jika dirinya berteman dengan kevin padahal Altar berusaha menjauh dari Karin bukan malah semakin dekat seperti ini. Saat motor mulai melaju barulah karin mulai melonggarkan pelukannya dari Altar “Nah gitu dong ngalah sama cewek itu namanya cowok sejati” kata Karin dan Altar dapat mendengar suara tawa puas cewek itu. Altar tidak tau jenis manusia seperti apa yang sedang dibawanya ini. Motor Altar dan kevin berhenti saat tiba didepan rumah Altar, Karin melompat dari boncengan Altar dan berusaha melepaskan helm dikepalanya dengan susah payah dan ketika berhasil rambut Karin terlihat berantakan, Karin menium rambut yang menutupi wajahnya. Kevin mengambil helm ditangan karin barulah Karin merapikan rambutnya kembali. “Ayo masuk” Ajak Altar membukakan pintu rumahnya mempersilahkan dua adik kakak itu masuk. “Kalian berdua kerjain prakarya aja biar aku pesan makanan buat teman cemilan, mau makanan berat atau ringan?” tanya Karin memastikan. “Terserah kamu ajalah Rin” Sahut Kevin melepaskan tasnya dikursi dekat Karin lalu langsung menyusun beberapa peralatan yang sempat berhamburan ulah dari hewan peliharaan Altar. Meow.. seekor kucing berwarna putih mendekati Altar mengusapkan kepalanya dikaki cowok itu, Karin menoleh matanya langsung membulat. “Aaaa!” teriaknya yang langsung melompat keatas sofa “Kenapa ada kucing disini!” seru karin. Altar mengambil kucingnya “Ini kucingku namanya poli kayaknya mama tadi lupa kasih masuk ke kandangnya, kamu mau pegang?” ucap Altar, Karin langsung melompat menjauhi Altar. “Karin gak suka kucing Al gara-gara dulu hampir buta dicakar kucing” Sahut kevin. Altar ber oh panjang “kalau gitu aku kembaliin Poli ke kandangnya dulu ya” pamit Altar dan Karin mengangguk sambil berlari agar Altar yang memegang kucing bernama Poli itu tidak mendekatinya. Tak lama Altar kembali melihat Karin seakan memastikan si kucing tadi tidak mengikuti Altar lagi, Altar tersenyum geli “Aku sudah masukin poli ke kandangnya dia gak akan ganggu kok” katanya seakan tau ketakutan yang sedang Karin rasakan. “Kucing itu menggemaskan loh kok kamu gak suka” ucap Altar. Karin bergidik ngeri “Menggemaskan apanya gara-gara kucing aku harus operasi nih dimataku” Karin menunjuk ujung kelopak matanya sebelah kanan tapi Altar tidak melihat bekas luka disana. “Tenang aja bekas jahitannya udah hilang berkat keajaiban tangan dokter” Lanjut Karin menambahkan. Altar lalu mangguk-mangguk percaya. Cewek itu lantas bermain ponsel dengan serius sedangkan Kevin dan Altar melanjutkan prakarya mereka yang membuat sebuah miniatur bangunan untuk dipamerkan saat festival sekolah nanti. Selesai bermain ponsel untuk memesan grabfood Karin ikut terjun membantu kedua cowok yang sedang sibuk itu sebisa yang Karin tau bukan malah menghancurkan seperti yang Kevin bilang. Ting.. karin menoleh meraih ponselnya lalu berlari keluar menerima pesanan makanan yang sudah tiba lalu dibawanya masuk untuk segera disantap oleh mereka didalam rumah Altar. “Taraa... makanan sudah sampai ayo makan dulu” Seru Karin. “Eh cuci tangan dulu sana kalian kan habis megang lem” Tegur Karin, Kevin mencebikkan bibirnya sebelum mengikuti Altar untuk cuci tangan barulah mereka menyantap makanan yang karin pesan. Karin menatap Altar “Waktu itu aku sudah janji sama kamu buat traktir kamu makan enak gimana kalau akhir pekan nanti kita jalan-jalan keluar” ucap Karin. Altar mengangkat wajahnya melihat kevin yang ternyata meliriknya “Janji apa kenapa kamu bisa janji begitu gak ajak-ajak” sahut kevin pada karin. Karin melirik sinis kearah kevin “Aku janjinya cuman sama Altar bukan sama kak Kevin lagian kalau kakak mau makan enak bisa beli sendiri” “Ish dasar adik egois” Kevin menjejalkan makanan kemulut Karin. Karin mengangkat dua jari membentuk ‘V’. Altar sendiri hanya menahan tawanya tidak mengatakan apapun karena Altar tau meskipun ia menolak Karin pasti akan memaksanya. _______ Bersambung....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD