Chapter 1 - A girl from SEA

1706 Words
“Astriii, aina ant ?” (Astri dimana kamu) Majikan perempuannya memanggil.  “Na’am ya sayyida,.” (ya nyonya,) Astri dengan tergopoh-gopoh mendatangi majikannya yang cantik itu. Berwajah aristokrat, wanita arab ini benar-benar menampakkan keanggunannya. Di mata Astri kecantikan majikannya ini sangatlah sempurna.   Walaupun masih tersisa  sedikit kesombongan di wajahnya. Majikannya selama ini selalu bersikap baik padanya, meskipun begitu ia jarang sekali tersenyum pada Asri. Tapi buat Astri itu bukan masalah, yang penting majikannya itu tak pernah menyakitinya.  Sudah hampir 2 bulan Astri menetap di rumah keluarga yang sangat kaya raya ini. Buat Astri rumah ini  bak istana. Ameera, majikan perempuannya memang seorang putri kerajaan arab.  Meskipun rumahnya putri Ameera bukanlah di istana raja arab, tapi layaknya istana putri Ameera mempunyai beberapa orang pelayan. Ada yang bagian bersih-bersih rumah, ada yang khusus masak dan ada sopir keluarga.  Astri diberi tugas mengurus anak majikannya ini mungkin karena pernampilan Astri yang bersih sehingga Maryam, anak majikannya yang masih berusia 2 tahun itu langsung menyukainya. Sejak pertama kali datang, Maryam langsung nempel padanya. Sehingga akhirnya pengasuhan Maryam diberikan pada Asri setelah sebelumnya  seorang pelayan Filipina yang mengasuhnya.  “Astri, pegang Maryam dan mandikan ia segera.” Majikannya itu berkata dalam bahasa Arab. Maryam turun dari gendongan majikannya itu dan berlari ke arahnya.   Astri menangkapnya dan menggendong anak asuhnya yang sangat menggemaskan ini. Asri mengerti bahasa Arab, karena latar belakang pendidikannya sebagai anak pesantren. Meskipun begitu dia bertindak seolah-olah kemampuan bahasa arabnya itu hanya pasif saja. Dan tidak memahami kalimat-kalimat yang kompleks.  kepada Maryam sendiri ia selalu berbahasa Indonesia. “Biar Maryam pintar bahasa Indonesia” begitu Astri sering berkata dalam hatinya.  Astri punya alasannya sendiri kenapa ia tidak mau berbahasa arab meskipun ia menguasai bahasa itu dengan boleh dibilang lancar. Buatnya biarlah orang mengira bahasa arabnya pasif dan hanya mengerti sedikit-sedikit.  Datang bekerja di negeri teluk ini pun ia punya tujuannya sendiri, selain untuk  memenuhi kebutuhan finansial keluarganya Astri punya tujuan dan mimpi lain dari negeri ini.   “Dan, Asri jangan lupa pakaikan dia baju yang bagus.” Astri mengangguk tanda ia mengerti. “Zayn mau datang.” Tambah majikannya itu.  Siapa itu Zayn ? Astri hanya diam tapi tetap mengikuti perintah majikannya yang cantik itu.  Kala itu sudah  menunjukkan jam 8 pagi  saat Astri membawa Maryam menuju kamar mandi yang terletak di lantai dua rumah itu. Kesibukan di dapur rumah besar itu sudah dimulai sejak pagi hari. Mereka mempersiapkan makanan mulai dari sarapan pagi hingga makan malam.   Tak lama kemudian Putri Ameera dan suaminya duduk di meja makan, Mereka berdua menikmati hidangan sarapan pagi yang disajikan oleh koki mereka.  Suami majikannya ini adalah seorang pria arab keturunan Inggris dari pihak ibunya. Berwajah tampan dengan wajah percampuran arab-eropa. Hidungnya mancung dan kulitnya lebih terang dari kulit orang arab teluk kebanyakan. Tidak heran Maryam, anak mereka demikian cantik dan menggemaskan. Astri bahkan sempat terpesona dengan ketampanan majikannya itu, wajar lah sebagai seorang gadis yang punya mata, melihat sesuatu yang bagus pasti akan suka. Tapi mengingat tingkah laku majikannya ini, membuatnya  bergidik… ngeri. Untung aku sudah disini. Paling tidak disini ada Putri Ameera dan Maryam sehingga laki-laki itu tidak berbuat hal-hal yang tidak baik padaku. “Assalaamu alaik.” Seorang laki-laki yang tak kalah tampan dan gagah memasuki ruang makan dimana Putri Ameera tengah menikmati sarapan pagi bersama suaminya. Tapi pria tampan kali ini seratus persen arab.  “Wa alaikassalam, Ya Zayn, masuklah.” Ameera menjawab salam. “Silahkan Zayn. Apa kabar mu?” dengan ramah suami Ameera mempersilahkan iparnya itu masuk. “Alhamdulillah.” “Duduklah, sarapan bersama kami.” (Ameera) Zayn memandang Amar dengan air muka yang tidak begitu ramah seperti biasanya.  Zayn kemari karena ia menemukan sesuatu dan itu tentang Amar. Baru-baru ini Ia mendengar berita miring tentang  iparnya ini, tapi ia ragu mengungkapkannya karena ia tahu Ameera sangat mencintai suaminya. Dan ia pun tak ingin rumah tangga adiknya berantakan karena berita itu. Dan kunjungannya kali ini ingin memastikan kondisi adiknya, apakah adiknya itu baik-baik saja berkaitan dengan berita miring itu. Kebahagiaan adiknya adalah hal penting baginya.  Zayn duduk di sebelah adiknya, Putri Ameera. Astri mengantarkan Maryam yang telah rapi selesai mandi dan berpakaian untuk ikut sarapan di meja makan. Maryam duduk di depan ibunya, di samping ayahnya.  Astri kemudian meninggalkan ruang makan itu.  Dua pasang mata mengikuti kepergiaannya, mengikutinya dengan pandangan nanar. Terpana melihat makhluk cantik yang baru saja berlalu. Padahal Astri selalu menutupi auratnya secara lengkap, ia selalu berhijab dan tak pernah melepaskannya, kecuali setelah ia berada di kamar tidurnya. Kedua pasang mata itu cepat  beralih sebelum Ameera sempat memergoki. Zayn menatap tajam mata iparnya itu, ia menyadari bahwa iparnya itupun memandangi pelayan adiknya itu dengan mata lapar, seakan-akan seekor harimau yang siap menerkam mangsanya. Amar balik menatap mata Zayn tak kalah tajamnya, seakan ia berkata, itu tangkapanku, jangan kau sentuh dia. Tapi kemudian Amar berkata, “What Zayn , have I done something wrong..?” tanya Amar pura-pura polos. Amar sedikit heran melihat iparnya seperti ini, tidak biasanya Zayn seperti ini. Iparnya ini selalu ramah padanya dan mereka berteman baik. “Nothing..!” jawab Zayn pendek. Di meja makan. Maryam merengek pada ibunya, “Mom, aku ingin berenang di belakang.” Mereka memang mempunyai kolam renang pribadi di bagian belakang rumah. “Habiskan dulu makananmu, sayang. Baru kita bicarakan tentang berenang.” Tapi Maryam terus merengek meminta janji ibunya bahwa ia diperbolehkan berenang setelah selesai makan. Ayah Maryam tidak lama di meja makan, tiba-tiba ia merasa gerah satu meja dengan iparnya itu. Setelah menyelesaikan makanannya ia pamit ke dalam kamarnya, bersiap untuk pergi ke kantornya, meninggalkan Ameera, Maryam dan Zayn. Ameera sendiri tidak menyadari ketegangan yang ada karena disibuki oleh rengekan Maryam. “Mom, boleh ya berenang..” rengek Maryam terus. “Maryam, kau baru saja mandi, masa berenang lagi.?” “Iya mom, tapi aku ingin berenang.” Rengekan Maryam dengan suaranya yang cadel dan kini suaranya mulai meninggi. “Jangan berteriak Maryam.” “Kalau begitu boleh yaa.” Pintanya kali ini dengan suara yang lebih lembut. “Berenang, berenang.. berenang.!” Maryam terus merengek pada ibunya, minta ditemani berenang. “Ameera sudahlah, temani dia berenang.” Ujar Zayn. “Tapi aku lagi berhalangan, Zayn.      Bagaimana pula aku menemaninya berenang.?”  “Biarkan pembantumu yang nyebur ke kolam bersama Maryam. Kau cukup di tepi kolam saja bersamaku.” Ameera menatap kakaknya itu dengan curiga. “What Ameera ? ada yang aneh ?” tanya Zayn. “Okay, baiklah.” Dengan perasaan yang kurang senang dan masih dengan tatapan mata yang curiga, akhirnya Putri Ameera menyetujui kakaknya. Zayn, kakak laki-lakinya ini memang biasa mengunjunginya, Mereka sangat akrab, bahkan dengan suami Ameera, Zayn juga akrab, dan mereka kadang menghabiskan waktu bersama. Demikian juga dengan istri Zayn, wanita itu sangat baik dan lemah lembut. Ameera tahu kakaknya ini pun sangat mencintai istrinya.  tapi semenjak kematian istrinya 3 bulan yang lalu,  ia nyaris tidak pernah mengunjunginya adiknya lagi. Dulu, pria tampan itu  beserta istri-nya sering datang mengunjunginya itu paling tidak 1 bulan sekali atau bahkan sebulan dua kali mereka bertemu. Kematian istrinya itu menyebabkan laki-laki membenamkan diri di pekerjaannya sebagai pelarian dari kesedihannya.   “Astriiii… kemari!”  Ohh namanya Astri.. (Zayn) Astri datang sambil tergopoh-gopoh. “Ya Saiyyida.” Ia berdiri agak jauh di depan majikannya itu sambil menundukkan wajahnya. “Temani Maryam berenang ya, jangan lupa ganti bajunya dulu.” “Tamam Saiyyida” jawabnya “Oya Astri, kamu juga ikut berenang, temani  dia dalam kolam. Pakai baju yang pantas dan sopan ya, seperti celana panjang dan kaos lengan panjang, okay.”  Huh ! tak usah disuruhpun aku tak akan membuka auratku disini, gerutu Astri dalam hatinya. Astri melirik sekilas, ia melihat mata laki-laki tampan di samping majikannya itu yang memandanginya dengan tajam.  Astri kemudian menggandeng tangan Maryam, membawanya pergi dari ruang makan untuk ganti pakaian dan kemudian langsung ke kolam berenang. Area belakang rumah mereka itu berupa kolam renang tertutup yang di keliling taman kering dari batu-batuan dan bbrp tanaman yang sangat indah. Astri memasuki area kolam renang bersama Maryam. Astri menggunakan celana panjang training dan baju kaos lengan panjang, serta tentu saja mengenakan jilbab instan. Sedangkan Maryam menggunakan baju renang anak-anak dengan rok  berenda di bagian pinggulnya. Astri memakaikan ban renang kepada Maryam dan kemudian mereka berdua menceburkan diri ke dalam kolam renang. Kolam itu lumayan dalam sekitar 1 m dibagian dangkalnya dan makin ke tengah  makin dalam hingga sedalam 1.5 m, tapi ke ujung sebelah sana kembali dangkal menjadi 1 meter lagi. Putri Ameera dan kakak laki-lakinya Zayn, sudah lebih dulu berada di bangku di pelataran kolam renang. Mata laki-laki itu tak lepas dari Astri, sekali-kali ia mengalihkan pandangannya supaya adiknya tidak terlalu curiga akan ketertarikannya pada gadis pelayan itu. Gengsinya terlalu tinggi sehingga tentu saja ia malu tertarik dengan pelayan yang biasanya dari negeri ketiga. Sekali lagi, hanya seorang pelayan ! dan dari negera miskin. Tapi gadis ini memang cantik. Entah dari mana ia berasal, wajahnya menunjukkan ia dari daerah asia tenggara, hmmm biasanya Indonesia, atau Philipina, pikir Zayn. Ia  tidak  menyangka ada gadis dari asia tenggara secantik ini terdampar menjadi pembantu rumah tangga… hmmm aneh.. kenapa juga tidak menjadi artis atau model ? Mungkin gadis ini punya darah campuran dari ras lain sehingga penampilannya seperti orang asia tenggara,tapi ya cantik,.. cantik yang tidak biasa.  “Well  Zayn, bagaimana kabar keponakanku yang lucu ? tak kau bawakah? Aku pun bisa mengasuhnya di sini, Astri bisa membantuku.” “Kau tahu kan kalau Thariq di asuh Maha. Adik kita itu sangat mencintainya.ia mengasuhnya dengan baik.” “Ya, sepertinya dia sudah pantas  memiliki anak.”  “Mungkin kita harus ikut campur dalam perjodohannya.” Zayn menimpali ucapan adiknya. Tiba-tiba suara Amar terdengar, “Ameera,  aku mau pergi. Kemari sebentar.” Ameera mendatangi suaminya, meninggalkan Zayn sendirian di tepi kolam, memandangi pemandangan indah yang kini tersaji di hadapannya. Wow ini kesempatanku menatapnya dengan leluasa tanpa harus rikuh pada Ameera, pikir Zayn.  Memang cantik dia, special, dan ia terlihat wanita baik, sopan, berbudi luhur, dan amat terpelajar. Well, itu pandangan dari luar ya..Zayn menganalisa dalam hatinya. Melihat bagaimana gadis itu menundukkan pandangan matanya, berjalan dengan hati-hati. Dan Wajah itu,…. Hmmm sexy sekali.. itu baru wajah.. apalagi yang lain, pikirannya mulai bergerak nakal. Hmmm… “Baiklah Zayn.,,” hatinya berkata sesuatu, memutuskan sesuatu,  yang bahkan mengejutkan dirinya sendiri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD