bc

Aku yang Tak Diinginkan

book_age18+
12
FOLLOW
1K
READ
love after marriage
pregnant
others
CEO
billionairess
sweet
campus
office/work place
lecturer
assistant
like
intro-logo
Blurb

“Jangan terlalu besar kepala, karena saya menikahimu. Pernikahan ini terjadi, hanya karena saya ingin membalas dendam atas kematian calon istri saya!” Desis Alfa, ia menatap tajam pada gadis yang baru saja resmi menjadi istrinya.“Balas dendam apa? Kenapa anda ingin Membalas dendam pada saya, yang bahkan tidak tau siapa calon istri anda?” Tanya Aleena, bingung.“Jangan memasang wajah sok polos itu di depan saya. Karena sampai kapan pun, kamu tetap pembunuh!” Alfa mencengkram kuat pipi Aleena, membuat gadis itu mendongakkan kepalanya.“S-sakit..” Ringisnya, dengan mata yang mulai berkaca-kaca.“Rasa sakit ini belum seberapa dengan rasa sakit yang saya rasakan karena kejahatan kamu pada wanita yang saya cintai!” Alfa menghempas wajah Aleena kasar, membuat gadis itu tersungkur ke lantai.Aleena hanya bisa tersenyum miris mendengar apa yang suaminya katakan. Ternyata ia telah salah paham dengan niat laki-laki tampan itu. Ia pikir Alfa datang dengan tiba-tiba untuk melamar karena tujuannya baik, namun ia salah.

chap-preview
Free preview
1. Gadis pembawa berkah
Aleena Shannum Shaqueena, gadis 19 tahun yang kini tengah berkuliah di salah satu universitas ternama di ibukota. Ia akan mengambil jurusan kedokteran dan juga bisnis, bukan tanpa alasan ia mengambil dua jurusan itu. Sebagai gadis berhenti lembut, ia ingin bisa membantu mengobati orang lain yang tidak mampu pergi berobat. Dan kuliah bisnis, tentu karena ia akan membantu mengurus bisnis ayahnya kelak. Ia tak benar-benar ingin meneruskan perusahaan ayahnya, karena ia sudah sangat percaya pada sang kakak. Tapi ayahnya meminta agar ia tetap bisa membantu kakaknya. Jadi ia setuju untuk ikut serta membantu, tapi suatu saat nanti saat sudah benar-benar siap dan merasa mampu. "Sayang, lusa kamu bisa mendampingi kakak mu untuk datang ke acara perusahaan?" Tanya sang ayah, laki-laki paruh baya itu menatap putrinya dengan tatapan penuh harap. Membuat Aleena tak bisa menolaknya. "Baik, Aleena akan nemenin kakak." Jawabnya dengan tersendiri lembut. "Wah, anak cantik mau datang ke pesta perusahaan? Ini adalah hal yang menggemparkan, nanti kakak carikan kamu jodoh, supaya nggak bosen." Ujar Arsil dengan senyum jahil. Aleena hanya menggelengkan kepalanya pelan, kakaknya selalu saja ingin mencarikan dirinya pasangan. Padahal ia baru akan genap 19 tahun dua bulan lagi. "Papa, kak Arsil tuh. Masa aku yang baru mau 19 tahun yang dicariin jodoh. Harusnya kan dia yang harus cari jodoh dulu." Adunya pada sang Ayah, sejak lulus SMA kakaknya selalu mengatakan jika akan mencarikan Aleena jodoh. "Loh, apa salahnya kakak cariin jodoh. Kamu kan udah dewasa," Arsil berkata dengan santai. "Kakak juga udah dewasa, tapi tetep belum punya jodoh. Jadi harusnya kakak cari jodoh dulu, sebelum jadi perjaka tua." Dengkus Aleena, ia masih terlalu muda untuk memikirkan soal jodoh. Aleena berencana untuk menikah di usia 25 atau 27 tahun, karena ia masih ingin menikmati masa mudanya dengan banyak membantu orang di sekitarnya. Ia ingin menjadi seperti ibunya yang dikenal sebagai gadis dengan hati baik, yang selalu membuat banyak orang merasa diberkati karena keberadaannya. Dulu almarhum ibunya adalah seorang dokter yang dikenal karena kebaikannya. Ibunya sering sekali membantu orang-orang berobat dan memberikan obat gratis untuk mereka yang tidak mampu untuk pergi ke dokter. Dari semua cerita yang diberikan oleh orang-orang yang mengenal ibunya, Aleena ingin meneruskan apa yang dulu ibunya lakukan. Ayah dan kakaknya tidak pernah menceritakan secara detail tentang kebaikan yang dilakukan oleh ibunya. Aleena tahu semua itu dari orang-orang yang mengenal ibunya sejak lama dan tentunya dari orang-orang yang sudah sering dibantu oleh sang ibu. Dulu saat usia sang ibu 19 tahun, wanita itu sudah bisa mendirikan sebuah yayasan dan juga panti asuhan. Karena terlalu banyak melihat anak-anak terlantar di jalan yang harus berusaha mencari uang untuk makan, sehingga mereka tidak bisa bersekolah dan tentunya tidak memiliki pendidikan. Dengan mendirikan panti asuhan itu ibu Aleena berhasil memberi tempat tinggal untuk anak-anak jalanan, dan yayasan yang didirikan untuk membantu anak-anak di panti asuhan miliknya mendapatkan pendidikan. Semakin lama yayasan itu tak hanya mengajar untuk anak-anak panti asuhan, tetapi juga dari anak-anak yang kurang mampu dalam hal pendidikan. Yayasan yang didirikan oleh ibu Aleena tentu saja banyak wanita perhatian orang luar. Sehingga beberapa orang dermawan mulai berdatangan untuk memberikan sumbangan dan bantuan menjadi pengajar di yayasan itu. Di yayasan itu juga ibu dan Ayah Aleena bertemu dan keduanya mulai dekat satu sama lain. Sekarang panti asuhan dan yayasan yang didirikan oleh ibunya sudah dikelola oleh Aleena dan dibantu sang ayah. Ayahnya datang hanya satu bulan sekali saat sudah benar-benar tidak sibuk dengan pekerjaan. Sedangkan Aleena hampir setiap hari datang untuk melihat perkembangan apa saja yang ada di sana. Dan ia juga akan selalu mengecek kekurangan apa saja yang dibutuhkan di panti asuhan juga di yayasannya. Setelah selesai sarapan, Aleena Alina segera berpamitan kepada ayah dan kakaknya. Ia berjalan dengan santai keluar dari kompleks perumahan. Hari ini ia berencana akan membeli beberapa makanan yang ada di tepi jalan. Kebetulan mobilnya ada di rumah salah satu temannya yang ada di ujung jalan jadi sekalian ia akan membeli makanan pedagang kaki lima untuk dibagikan pada beberapa orang yang ia lihat di jalan. Biasanya ada begitu banyak pedagang kaki lima mulai dari makanan dan jajanan pasar hampir di sepanjang jalan. Makanan pertama yang Aleena beli tentu saja nasi bungkus yang selalu menjadi langganannya. Setelah itu ia membeli beberapa jajanan pasar yang menurutnya enak dan juga terjamin. "Mbak Alee makin cantik aja ih, ibu jadi makin seneng liatnya. Pagi-pagi lihat wajah cantik Mbak Alee kaya dapat berkah." Ujar ibu penjual jajanan yang Aleena beli. "Iya, Mbak Alee bener-bener gadis pembawa berkah. Selalu membuat semua orang bahagia kalau lihat Mbak Alee. Apalagi tersenyum ceria gini, duh makin adem hati ibu." Sahut ibu penjual nasi bungkus di sebelahnya. Aleena hanya bisa tersenyum saat pujian-pujian yang sering ia dengarkan kembali terdengar. Ia sudah terlalu banyak mendapat pujian sehingga membuatnya sedikit malu. Apalagi saat orang-orang mengatakan bahwa dirinya adalah gadis pembawa berkah. "Mbak Alee nggak mau sekalian beli teh manisnya?" Tawar bapak-bapak yang ada di samping penjual ibu nasi bungkus. Aleena langsung menatap bapak penjual teh manis itu, iya lupa tidak memesan teh manis seperti biasanya. Ia pun memesan 20 bungkus teh manis untuk sekalian nanti dibagikan dengan nasi bungkus yang ia beli. Sebelum semua pesanannya terbungkus Aleena memilih untuk mengambil mobilnya terlebih dahulu di rumah temannya yang tak jauh dari sana. Setelah menekan bel dan dipersilakan masuk Aleena segera pergi ke kamar temannya. Ia mengetuk pintu dengan perlahan agar tidak terlalu mengganggu sang pemilik rumah. "Assalamualaikum, Aura boleh aku masuk?" Tanyanya meminta izin. "Waalaikum salam, masuk aja Al pintunya nggak dikunci kok." sahut Aura dari dalam kamar. Setelah mendapatkan izin Aleena segera membuka pintu kamar berwarna putih itu dan segera masuk. Dilihatnya sang teman baik yang masih sibuk memoles make up pada wajah cantiknya. Aura adalah gadis yang cantik namun dia selalu merasa kurang percaya diri jika tidak menggunakan make up. Berbeda dengan Aleena yang jarang sekali menggunakan make up untuk kesehariannya. Ia hanya akan menggunakan skin care dan bedak tabur juga lip tint lalu segera pergi keluar rumah. "Subhanallah kamu sudah sangat cantik tanpa menggunakan make up, kenapa harus repot untuk memoles wajah cantikmu itu?" Aleena berjalan mendekati sahabatnya yang kini tengah memakai blush on. "Aku kurang percaya diri kalau nggak pakai make up kamu tahu itu Aleena. Entah kenapa aku selalu merasa kurang pada diriku, padahal kalau melihat kamu aku suka iri. Karena kamu selalu percaya diri apapun keadaannya." Aura memang selalu ingin seperti Aleena yang memiliki kepercayaan diri pada dirinya sendiri. Ia pernah mencoba untuk pergi tanpa menggunakan make up seperti biasanya, tapi baru keluar dari kompleks perumahan ia sudah merasa gugup dan kembali ke rumah untuk memakai make up. "Udahlah lagian kamu udah biasa pakai make up, sudah belum? Aku mau ambil mobil nih." Ujar Aleena sembari mengelus pundak temannya pelan. "Sudah kok, ayo pergi bersama kebetulan pagi ini aku nggak ada jam kuliah. Nanti jam 09.00 baru aku ada jam kuliah, Jadi sekarang aku mau nemenin kamu." Aura beranjak dari duduknya lalu mengambil tas yang sudah ia siapkan di ranjang. Kedua gadis itu keluar dari rumah Aura dengan mobil yang berbeda. Mereka tidak bisa pergi dengan satu mobil yang sama karena jadwal yang berbeda. Alina memberikan beberapa nasi bungkus, teh manis dan jajanan yang ia pesan pada Aura. Agar temannya itu juga bisa membantunya membagikan makanan yang sudah ia pesan pada orang-orang yang mereka lihat di jalan nanti. Biasanya ada banyak orang di lampu merah yang sedang mengamen atau membersihkan kaca mobil. Jadi kebanyakan mereka berdua membagikan makanan di sana. Kadang juga berhenti saat melihat orang yang menurut mereka patut untuk diberi. Setelah semuanya habis Aleena membawa Aura ke panti asuhan. Aura sama seperti dengan Aleena yang sangat menyukai anak-anak terutama bayi-bayi yang masih begitu kecil. Biasanya mereka akan menghabiskan waktu dengan banyak bayi hingga lupa waktu. Sekarang ada sekitar 15 bayi yang ada di panti asuhan itu, mereka bukan semua anak-anak yang dibuang. Beberapa dari mereka ada orang tua yang juga ikut tinggal di sana karena tidak mampu membiayai hidup. Ada juga bayi-bayi yang terpaksa dititipkan di panti asuhan, karena kedua orang tuanya tak mampu menghidupi bayi tersebut. Sedangkan bayi yang sengaja ditinggalkan di depan panti asuhan mereka hanya ada sekitar lima bayi. "Assalamualaikum." Aleena dan Aura mengucapkan salam bersama-sama saat memasuki ruang untuk para pengurus panti. Melihat kedatangan Aleena dan Aura, tiga orang pengurus panti yang sedang ada di sana menatap kedua gadis itu dengan tersenyum lembut. Tiga orang pengurus panti itu adalah orang-orang yang sudah membantu almarhum ibu Alina sejak pertama kali panti asuhan itu berdiri. Mereka adalah Bu lastri, Bu Ulfa dan Bu Asri. Ketiga wanita paruh baya yang sudah tidak memiliki keluarga sejak mereka kecil. Hingga sekarang ketiganya juga tidak berniat untuk memiliki keluarga Jadi mereka tidak pernah menikah. Karena ketakutan yang mereka miliki saat berkeluarga membuat ketiganya enggan untuk menjalin sebuah hubungan rumah tangga. "Waalaikum salam, Aleena sama Aura pagi-pagi kok sudah ada di panti. Apa kalian sedang libur kuliah?" Tanya Bu Ulfa lembut. "Kami ada jam kuliah nanti siang bu, pagi ini sedang tidak ada kegiatan apapun Jadi kami memutuskan untuk datang ke sini." Jawab Aleena sembari menyalami ibu-ibu panti yang sudah ia anggap sebagai ibunya sendiri. Setelah cukup lama mengobrol dengan ibu-ibu panti Aleena dan Aura pergi ke kamar para bayi. Biasanya bayi-bayi itu akan bangun dan mulai berceroteh ria di pagi hari. Membuat keduanya enggan untuk pergi dari panti jika sudah asyik bersama para bayi menggemaskan itu. Aleena sangat telaten mengganti Pampers saat salah satu bayi sudah waktunya berganti Pampers. Ia sangat cekatan ketika harus mengurus bayi, berbeda dengan Aura yang masih bingung saat harus mengurus bayi sendirian. Mungkin karena ia tidak pernah mencoba untuk mengurus bayi sendiri, dan selalu mendapatkan bantuan saat ingin mengurus bayi. Di saat keduanya sibuk mengurus bayi, ada seorang laki-laki datang ke panti untuk memberikan sedikit rezeki. Aleena tidak pernah menolak jika ada orang yang ingin membagi rezeki dengan anak-anak di panti, besar atau kecil rezeki yang mereka bawa ia selalu menerimanya dengan sangat penuh terima kasih. Karena pengurus panti yang lainnya sedang sibuk akhirnya Aleena menemui orang tersebut. "Permisi, ada yang bisa saya bantu?" Tanya Aleena, ia keluar dari ruangan bayi sendiri, karena Aura masih ingin bersama para bayi. "Oh perkenalkan nama saya Dito, kebetulan saya ingin sekali membagi rezeki dengan anak-anak panti di sini. Apakah saya bisa bertemu dengan pemilik panti?" Tanya laki-laki bernama Dito dengan ramah. Aleena tersenyum senang mendengar kabar yang disampaikan oleh Dito. Akhir-akhir ini memang cukup banyak orang datang untuk berbagi rezeki dengan anak-anak panti yang ada di sana. Hal itu cukup membantu untuk Aleena dan orang-orang yang tinggal di panti. Mereka bisa lebih banyak hal yang lebih layak dari biasanya. "Mari silakan duduk, saya Aleena. Putri dari almarhum pemilik panti asuhan ini, kebetulan sekarang saya yang mengelola panti ini menggantikan almarhum ibu saya." Keduanya berkenalan tidak berjabat tangan. Melihat Aleena yang begitu terlihat tertutup dengan pakaian syar'i dan Dito juga terlihat seperti seorang laki-laki yang tidak bisa bersentuhan dengan yang bukan mahramnya. "Begini, ibu saya meminta saya agar segera bergabung dengan salah satu yayasan atau panti asuhan untuk membantu anak-anak yang kurang beruntung. Jadi saya ingin menjadi donatur tetap di panti asuhan ini, apakah nona mengizinkan saya untuk melakukan hal tersebut?" "Tentu kami akan menerima bantuan anda dengan sangat penuh rasa syukur, dan terima kasih banyak atas niat baik anda yang mau membagi rezeki dengan kami di sini." Ucap Aleena dengan senyum tulus yang ia perlihatkan. Keduanya kini lanjut membicarakan persyaratan dan apa saja yang akan mereka lakukan setelah itu setuju untuk menjadi donatur tetap di sana. Persyaratan yang diajukan dari panti asuhan milik almarhum ibu Aleena tentu bukan persyaratan yang aneh dan terlalu menuntut. Mereka hanya mengajukan sebuah persyaratan untuk tidak mengungkit-ungkit apa yang sudah mereka berikan pada orang-orang yang tinggal di panti. Dan tidak menganggap apa yang diberikan sebagai tabungan untuk balas budi orang-orang di sana. Pembicaraan keduanya terus berlanjut sama bahkan tidak terasa mereka juga membahas hal-hal pribadi. Seperti menanyakan kesibukan masing-masing yang sedang mereka lakukan. Dan apakah mereka sudah memiliki pasangan atau belum. Biasanya Aleena tidak pernah seperti ini saat bertemu dengan laki-laki apalagi orang baru seperti Dito. Entah mengapa mengobrol dengan Dito membuatnya sedikit membuka jati dirinya. Dan mengetahui tentang Aleena, tentu Dita terkejut sekaligus kagum dengan gadis muda yang ada di depannya ini. Ia memang sempat mendengar jika anak dari pemilik panti asuhan adalah seorang gadis muda yang begitu baik dan lembut. Dia juga sempat beberapa kali mendengar jika gadis itu sering disebut sebagai gadis pembawa berkah, karena kebaikan yang dia lakukan pada semua orang yang ada di sekitarnya. "A harus pergi sebentar lagi jam kuliahku akan dimulai," Aura datang dengan menundukkan kepala karena sedang mencari kunci mobilnya di dalam tas. Ya sampai tidak sadar jika ada sosok laki-laki yang menatapnya dengan bingung. "Eh ada tamu ya maaf-maaf saya tidak bermaksud untuk bersikap tidak sopan." Aura tersenyum canggung pada Dito yang kini menatapnya. "Kunci mobilnya tadi ada di meja dekat ranjang bayi Arsy." Beritahu Aleena karena ia yakin sahabat baiknya itu lupa meletakkan di mana kunci mobilnya. "Oh iya terima kasih, kalau begitu aku pergi dulu ya Al. Assalamualaikum," Aura segera meninggalkan ruangan, sebelum itu ia memeluk sebentar sahabatnya lalu menunduk untuk berpamitan pada Dito yang juga menatapnya. Setelah kepergian Aura, Dito juga berpamitan untuk pergi karena ia harus segera ke kantor. Sekarang tinggal Aleena sendiri, ia memilih untuk membuka laptop sebentar untuk mengurus lamaran pekerjaan. Rencananya ia akan melamar pekerjaan di salah satu perusahaan, untuk mengasah kemampuannya sebelum membantu sang kakak di kantor.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Pesona Mantan Istri Presdir

read
14.3K
bc

Love Match (Indonesia)

read
173.4K
bc

Ay Lub Yu, BOS! (Spin Off MY EX BOSS)

read
263.8K
bc

Suami untuk Dokter Mama

read
18.8K
bc

Bukan Cinta Pertama

read
52.6K
bc

KUBELI KESOMBONGAN IPARKU

read
46.2K
bc

Pengganti

read
301.9K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook