۝ Chapter 04 ۝

1034 Words
"Aku akan pergi ke kota dan mungkin akan pulang nanti malam." ucap Dalton sambil mengenakan jaket tebal miliknya yang tergantung di atas gantungan pakaian yang berada di dekat pintu masuk. Ucapan sang anak tentu saja membuat Gail terkejut karena selain waktu sudah menunjukkan sore hari, tidak biasanya juga dengan keinginan sang anak sulung untuk pergi ke kota untuk melakukan beberapa pekerjaan di sana. Awalnya, Gail menolak keinginan sang anak tapi, karena Dalton menjelaskan bahwa bayaran yang akan dirinya dapatkan dari pekerjaan yang akan dia lakukan malam ini, membuat gail mau tidak mau mengiyakan keinginan sang anak untuk pergi ke kota. "Baiklah, aku akan menjemputmu di persimpangan jalan di depan, setelah jam kerjamu berakhir. Namun, Dalton menolak karena pemuda ini tidak tahu tepatnya pukul berapa dirinya akan pulang. Karena itu, Dalton mengatakan bahwa dirinya akan pulang sendiri sebelum akhirnya dia tiba di rumah seperti biasanya. Mendengar jawaban sang putra, Gail hanya menghela napasnya berat. DIa memang sangat jarang melakukan pekerjaan di sore hari seperti hari ini tapi, karena memang uang adalah satu-satunya hal yang membawa mereka pada kehidupan yang jauh lebih layak dari sebelumnya, setidaknya untuk bekal mereka melewati musim dingin yang tidak menentu dan mungkin akan menjadi sangat buruk di puncaknya nanti. "Baiklah, aku tidak akan menjemputmu kalau begitu. Jadi, mungkin kau akan menemukanku sudah tertidur jika kau kembali nanti." mendengar jawaban Gail, Dalton hanya mengangguk sebelum dirinya pergi dari rumah dengan pakaian serba tebal dan sebuah topi rajut yang dia kenakan untuk menghangatkan kepalanya. Salju mungkin belum turun tapi udara sudah cukup tipis dan cukup untuk membuat seseorang merasa sangat kedinginan jika ke luar tanpa pakaian yang lengkap dan hangat. Dalton yang sudah menyelesaikan semua pekerjaannya di kandang ternak, Dalton merasa bahwa dia tidak harus khawatir dengan semua pekerjaan yang berada di rumahnya dan bisa lebih fokus untuk bekerja di luar. Karena rumahnya yang berada di ujung desa, membuat pemuda ini berjalan hingga ke perempatan jalan menuju ke jalan utama lain yang mengarah ke pasar yang berada di tengah kota, di mana pemuda itu menghampiri sebuah toko pakan ternak dan pupuk yang biasa dia datangi untuk membeli pupuk ketika musim tanam tiba, meski tak jarang keluarganya menghutang untuk sekantung pupuk, dan menggantinya ketika hasil panen mereka berhasil dijual pada tengkulak. Dan malam ini, dia akan bekerja pada pemilik toko pupuk tersebut. Tiba di toko, Dalton langsung disambut oleh si pemilik. Pemilik berwajah sedikit tidak ramah itu terlihat menyeramkan dengan janggut dan kumis tebal nyaris seluruhnya berwarna putih dengan kepala botak dan dahi yang terlihat berurat di beberapa bagian membuat tatapannya yang sudah terlihat sangat tajam, semakin menjadi sangat tajam, membuat siapa pun yang melihat pasti akan langsung ketakutan karena selain wajahnya yang terlihat seram, tubuhnya pun buntal dan membuat penampilannya semakin menyeramkan. "Aku senang kau tidak datang terlambat hari ini." "Aku sudah berjanji akan datang dan tidak mungkin mengingkarinya, Mr, Linstown." jawab Dalton terdengar meyakinkan tapi, mungkin Mr. Linstown tahu bahwa apa yang diucapkan oleh pemuda itu adalah semata untuk mendapatkan hatinya dan mendapatkan cara untuk bisa tetap bekerja di toko itu selama yang dirinya inginkan. Kendati demikian, Mr. Linstown sama sekali tidak keberatan mengingat tenaga Dalton memang cukup membantuknya selama dia membuka toko. Setidaknya itu yang dia lakukan untuk mendapatkan tenaga murah yang berkualitas, mengingat Dalton memiliki peternakan dan ladang pertanian yang tentu saja, tenaga pemuda itu cukup besar untuk sekedar mengangkut beberapa karung pupuk dari dalam toko ke atas gerobak milik pelanggan mereka. Sore itu, meski pun setelah dirinya datang dia langsung diminta untuk membereskan semua barang dagangan yang dipajang di depan toko ke dalam dan segera bersiap untuk menutup toko, pekerjaan Dalton tentu tidak hanya sekedar di sana. Usai membereskan semua barang-barang yang berada di luar ke dalam toko, Dalton ikut bersama dengan Mr. Linstown ke rumahnya, hanya saja, mereka tidak benar-benar pergi ke rumahnya melainkan pergi ke gudang yang berada di belakang rumah lelaki tua itu untuk membereskan beberapa pupuk yang sudah dia beli beberapa hari lalu dari kota, menumpuknya di gudang dan menunggu Dalton untuk membereskan semua pupuk-pupuk itu dan memasukkannya ke dala, karung-karung yang sudah disediakan oleh Mr. Linstown dan jika semua pupuk itu sudah dimasukkan ke dalam karung, maka Mr. Linstown akan bisa menjualnya di toko miliknya dengan mudah. Dan malam itu, bukan hanya memasukkan semua pupuk yang ditumpuk di atas lantai,belum tersentuh, Dalton juga diminta untuk menyapu juga membersihkan lantai gudang itu dengan bersih sebelum meninggalkannya. Dengan satu anggukan, Dalton pun mengiyakan perintah yang diberikan oleh lelaki berwajah menyeramkan itu padanya. Jadi, setelah diperintahkan seperti itu oleh Mr. Linstown, Dalton pun mulai menanggalkan jaket tebalnya dan hanya menyisakan pakaian yang dia pakai di balik jaket tebal tersebut untuk mengerjakan semua pekerjaan yang diberikan kepadanya oleh Mr. Linstown. Dan setelah beberapa jam berlalu, akhirnya pekerjaan yang diberikan oleh Mr. Listown pun sudah berhasil dia kerjakan, Dalton langsung mengunci pintu gudang tersebut dan mengetuk pintu rumah Mr. Linstown untuk memberikan mengatakan bahwa pekerjaan yang diberikan kepadanya suadah selesai dia kerjakan. Mendengar ucapan Dalton, Mr. Lindstown hanya mengiyakan tanpa berniat sedikit pun untuk mengecek gudang miliknya karena semua pekerjaan yang dikerjakan oleh Dalton, sudah dia percaya. "Aku akan menunggumu di toko besok pagi. Aku inginn kau mengecek beberapa barang dan membersihkan gudang juga mengirim beberapa pesanan pelanggan. Aku juga tidak ingin kalau kau terlambat besok." Mr. Linstown memperingati tapi, tentu saja Dalton tidak akan terlambat untuk pekerjaan yang datang kepadanya. Setelah memberitahu Dalton untuk tidak terlambat, pemuda itu pun mendapatkan bayarannya untuk membereskan toko, juga pupuk-pupuk dan gudang yang berada di belakang rumahnya hingga bersih. Berterima kasih, itu yang diucapkan oleh Dalton sebelum pemuda itu berpamitan pulang. Hari sudah benar-benar gelap dan sepi malam itu. Tapi, karena Dalton yang harus pulang, mau tidak mau dia harus berjalan melewati jalanan desa yang benar-benar sepi, tidak ada lagi yang terlihat berjalan-jalan di jalanan yang sangat sepi dan gelap itu. Kendati pun gelap, Dalton sama sekali tidak membawa penerangan apa pun bersamanya untuk membantu menerangi jalanan di hadapannya. Membuat pemuda itu hanya berjalan dengan cahaya dari bintang-bintang di langit, membuatnya tidak bisa berjalan cepat untuk tiba di rumahnya. Namun, saat sedang berjalan perlahan tanpa disengaja dia melihat ada cahaya lampu tepat berada di belakangya, membuat dalton penasaran dan memilih untuk menunggu agar dia bisa tahu siapa yang datang berjalan ke arahnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD