۝ Chapter 06 ۝

1267 Words
"Ini adalah bayaranmu untuk hari ini." Ucap si tua Linstown sambil memberikan beberapa keping uang pada Dalton yang sudah menyelesaikan pekerjaannya lebih cepat hari ini. "Apa ada lagi yang harus kukerjakan tuan Linstown?" Tanya pemuda itu sambil menyeka keringatnya menggunakan handuk kecil yang dia bawa. Terlihat sekali bahwa dia sangat lelah rapi dia tidak memperlihatkannya sama sekali. Bahkan Dalton masih sempat tersenyum menanggapi "Untuk hari ini, kurasa cukup. Kau bisa pulang dan istirahat di rumah. Kurasa, besok kita akan punya banyak pekerjaan." "Benarkah?" "Ah, aku memesan banyak sekali pupuk untuk stok selama musim dingin nanti jadi, ketika musim dingin, aku tidak perlu lagi membeli semua keperluan untuk kujual lagi nantinya." Jelas si tua Linstown sambil menghitung uang-uang yang dia dapatkan dari hasil penjualan hari ini. Dalton yang memang merasa bahwa tenaganya sudah tidak lagi dibutuhkan, memilih untuk pergi dari toko milik si tua Linstown setelah berterima kasih untuk pekerjaan yang dia dapatkan hari ini. Hanya saja, sebelum Dalton benar-benar meninggalkan toko dan si tua Linstown yang masih sibuk menghitung keuntungan tokonya hari itu, Dalton kembali berbalik saat suara parau Linstown memanggil namanya. "Kudengar dari ayahmu, kalau kau akan pergi ke rumah salah satu bangsawan untuk bekerja selama musim dingin nanti?" Dalton mengangguk, mengiyakan pertanyaan yang diajukan oleh si tua Linstown kepadanya. "Iya. Aku harus tetap mendapatkan uang selama musim dingin, setidaknya aku tidak menjadi beban keluargaku dan mereka bisa mendapatkan cukup bahan makanan selama musim dingin nanti." Jawab Dalton sambil cengengesan di hadapan si tua Linstown. Hanya saja, pria tua itu hanya menghela napas saat dia mendengar jawaban pemuda di hadapannya saat ini. "Hasil panen tahun ini benar-benar buruk, tidak sedikit petani kita yang mendapatkan gagal panen, dan sisa hasil panen yang ada pun sangat sedikit dan tidak cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan keluarga untuk menghadapi musim dingin tahun ini." Dalton kembali mengangguk. Ucapan si tua Linstown memang benar, hasil panen tahun ini memang adalah yang terburuk dengan semua hal yang tidak bisa diprediksi, terutama dengan musim dingin yang akan mereka lewati tahun ini, belum tentu akan mudah, seperti ketika mereka melewati musim-musim yang lainnya. Bahkan ketika dia dan sang ayah menjual hasil panen yang mereka dapatkan pada tengkulak, hasilnya sungguh di luar ekspektasi mereka, harga yang sangat murah untuk kualitas sudah dirinya perhitungkan, sungguh adalah sesuatu yang sangat mengecewakan, mengingat bahwa hasil panen yang mereka lakukan tahun ini, adalah penopang kehidupan mereka tapi, semuanya hancur karena hasil yang sama sekali tidak memuaskan. Sebagian besar gandum dan jagung membusuk sesaat sebelum dipanen, tidak ada yang tahu kenapa tapi, karena pembusukan itu, semua orang menjadi sangat terpuruk, bahkan beberapa petani nyaris kehilangan seluruh hasil panen mereka dan hanya sedikit yang bisa mereka selamatkan dari sekitsr tiga hektar lahan. Semua orang termasuk ayahnya nyaris jatuh sakit karena syok tapi, dirinya cukup beruntung karena sang ayah masih bisa mencari uang dengan melakukan pekerjaan lain, di samping ladang mereka yang sudah collapse. Atas gagal panen tahun ini, tak jarang orang-orang menyangkutkannya dengan kutukan yang pernah dilontarkan oleh penyihir yang mereka bilang tinggal di dalam black hills, sebuah hutan yang memang berada tak jauh dari desa mereka. Hutan yang selalu tertutup oleh rimbunnya pepohonan dan lembabnya udara. Hutan yang tidak pernah berani dimasuki oleh siapa pun oleh generasi mana pun karena, mereka semua percaya bahwa di dalam black hills ada penyihir wanita yang suka memakan tubuh anak-anak. Dalton masih ingat cerita dari kakek dan juga ayahnya mengenai seorang wanita yang dulu pernah tinggal di kota mereka dan dituduh sebagai seorang penyihir. Namanya Beatrix Essme. Beatrix adalah wanita yang sangat ramah, awalnya. Tapi, meski pun tidak ada bukti yang benar-benar tertuju kepadanya, warga di kota kecil itu tetap mengeksekusi Beatrix karena mereka yang kehilangan anak-anak mereka tanpa kabar, mendapati seseorang mengatakan kepada mereka bahwa sebelum menghilang, anak-anak mereka sempat diberi beberapa makanan tepat di depan rumah wanita itu hingga akhirnya, anak-anak itu dinyatakan menghilang. Bukan hanya satu, tapi ada lima orang anak yang menghilang. Dan semua informasi yang diberikan oleh orang-orang mengenai Beatrix, adalah sama. Semuanya mengarahkan Beatrix pada laporan sebelum anak-anak itu menghilang dari rumah mereka. Warga yang terprovokasi, diikuti oleh orang tua anak-anak yang marah karena hal tersebut, datang ke rumah Beatrix Essme. Malam itu, warga di kota kecil itu membawa obor, garpu rumput, serta perkakas tajam lainnya yang mereka miliki untuk melampiaskan rasa penasaran mereka mengenai cerita-cerita yang beeredar, mengenai Beatrix Essme yang sudah menculik anak-anak mereka. Malam itu, semuanya kacau. Warga di kota kecil itu semuanya murka. Mereka menyeret Beatrix Essme, menggantungnya di sebuah pohon di dalam hutan black hills sambil terus mengintrogasi wanita itu untuk mengatakan di mana dirinya menyembunyikan anak-anak. Jika anak-anak itu masih hidup, orang tua mereka menuntut anak-anak mereka dikembalikan tapi, jika sudah mati pun, mereka megiginkan jasad anak-anak mereka untuk dikuburkan. Hanya saja, Beatrix Essme tidak menjawab sama sekali. Malam itu, karena murka dan tidak mendapat jawaban mengenai keberadaan anak-anak mereka, akhirnya warga pun mulai menggeledah, membongkar dan menghancurkan dinding-dinding, juga lantai rumah Beatrix untuk mencari keberadaan anak-anak mereka tapi, mereka sama sekali tidak menemukan keberadaan anak-anak mereka di rumah itu. Hanya saja, dari aksi pembongkaran itu, mereka menemukan beberapa tulang belulang yang berserakan di dalam tanah, di ruangan bawah tanah yang berada di rumah tersebut. Selain tulang-belulang, warga juga menemukan altar pemujaan di tempat terpisah, jauh dari rumah Beatrix Essme. Entah seperti apa detailnya tapi, Dalton mendengar bahwa di altar itu terdapat banyak sekali lilin, kepala seekor kambing dan simbol-simbol aneh yang dibuat dari ranting kering yang digantung di atas dahan-dahan pohon, terlihat sangat mengerikan untuk mereka yang sudah pernah melihatnya bahkan, mereka juga menyebutkan bahwa aroma dupa atau apa pun itu tercium sangat kuat di hidung mereka, menyengat, hingga rasanya sangat mual. Karena hal tersebut, warga yang sudah semakin yakin bahwa Beatrix Essme adalah seorang penyihir, memilih untuk melampiaskan semua kemarahan dengan menganiaya tubuh Beatrix yang digantung. Hanya saja, semakin dipukul, semakin disiksa, semakin Beatrix tertawa terbahak-bahak, seolah apa yang dilakukan oleh warga di kota keci itu sudah seperti sebuah permainan untuknya. Mereka, orang tua anak-anak yang hilang, mendesak wanita penyihir itu untuk mengatakan di mana anak-anak mereka berada saat ini akan tetapi, Beatrix sama sekali tidak mengatakan di mana anak-anak yang sudah diculik olehnya disembunyikan, Beatrix hanya terus terawa dan tertawa di tengah tubuh yang sudah bersimbah darah. Kesal dengan tingkah Beatrix, warga kota kecil itu memutuskan untuk membakar rumah Beatrix, menghancurkan altar pemujaannya hingga akhirnya mereka juga memutuskan untuk membakar tubuh Beatrix Essme yang masih terikat. Namun, mereka terkejut karena Beatrix Essme sama sekali tidak mati bahkan setelah tubuhnya menjadi arang. Bahkan, dari cerita yang didengar oleh Dalton dari sang kakek, Beatrix Essme sempat melontarkan kutukan pada warga di kota kecil itu, meski tidak terdengar tapi mereka melihat bibir Beatrix terus komat-kamit merapal sesuatu yang entah apa tanpa menghiraukan semuanyang diteriakkan oleh warga. Dan karena kesal, akhirnya warga memilih menurunkan tubuh Beatrix Essme yang secara ajaib, perlahan luka bakar di tubuh wanita itu sembuh. Membuat mereka semua terkejut dan ketakutan di saat bersamaan. Karena, secara logika, tidak akan pernah ada manusia biasa yang mampu melakukan hal tersebut. Karena takut Beatrix Essme benar-benar pulih dari semua luka bakar yang dia derita dan malah membawa bencana untuk mereka, salah satu warga memutuskan untuk memenggal kepala Beatrix Essme kemudian menguburkannya di sisi lain, sementara tubuhnya dibakar bersama dengan pohon yang tadi digunakan untuk menggantung tubuhnya. Hanya saja, mereka tidak pernah tahu bahwa sesuatu yang pernah dirapalkan oleh Beatrix Essme, adalah sesuatu yang seperti tidak bisa ditarik kembali dan menjadi bencana hingga hari ini. "Aku akan kembali lagi besok." ucap Dalton sambil menyeka keringatnya kembali mengunakan handuk kecil yang dia miliki sebelum pergi meninggalkan si tua Linstown yang masih sibuk menghitung uang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD