Terpesona

1107 Words
Deanisa Menghilangkan sesak didada karena mendengarnya berteleponan mesra dengan kekasihnya, aku memilih pergi dari rumah di pagi hari. Sarapan berdua gagal hari ini karena aku ke bawa perasaan, cemburu dan kesal. Risiko yang harus aku tanggung sekarang. Aku tidak tahu harus lari kemana, aku bukan anak manja yang harus datang mengadu kepada orang tua. Meski itu adalah jalan yang efektif untuk memaksa suamiku agar lebih punya adab saat sedang bersamaku. Aku terlalu takut untuk meminta dengannya, meminta agar dia memposisikan aku sebagai mana mestinya. Menjaga telingaku agar tidak pernah mendengar ucapan manisnya yang diberikan pada wanita lain. Aku pikir dia sengaja untuk mengujiku agar menyerah untuk melepaskannya secara diam-diam, itu namanya gak gentleman. "Jadi loe masih kekeh untuk bertahan, kalau gue mah angkat tangan aja Cha. Lagi pula tetangga loe itu 'kan Al-Kahfi yang anak pengusaha terkaya nomor 2 di Indonesia 'kan, hadeuh ... embat aja Cha gak usah pikir lama-lama lagi. Mana tu cowok ganteng, MasyaAllah Cha, rejeki itu namanya. Sudahlah, tukaran saja." Teman yang aku ajak bicara ini adalah teman masa kecilku, umurnya jauh di atas aku, dulu kami tetanggaan. Ketika dia sudah menikah, kami jadi jarang bertemu. Tadi setelah puas berkeliling jalan yang tidak tentu arah tiba-tiba dia menelponku minta ditemani untuk potong baju di tempat mertuaku dan kami janjian bertemu di kedai makanan dan akhirnya aku mencurahkan semua isi hatiku padanya. Dia sudah aku anggap kakakku sendiri, enak diajak bicara, dewasa dan perhatian. "Kalau aku tukaran berarti aku menyerah dalam pernikahan kami dan aku menyerah atas cobaan yang Allah berikan Kak, bukannya cobaan itu harus dilewati bukan untuk dihindari karena semua itu punya level masing-masing dan jika si cowok yang Kakak bilang ganteng itu hanya akan memanfaatkan aku saja gimana?" . Wajarkan kalau aku curiga dan suudzon padanya karena dia juga tidak mencintai aku. Kebanyakan pria akan jatuh cinta pada wajah seorang wanita barulah isi hatinya dan semua perilakunya. "Gini ya, kita uji nyali saja. Yang namanya cinta itu 'kan gak bisa dipaksa dan kamu mau bertahan dengan suami yang jelas-jelas gak cinta, yang ada kamu dengan si Al-Kahfi itu yang menjadi korban atas percintaan 2 sejoli tersebut. Yakin deh, Al Kahfi juga kesal kalau istrinya seperti suami kamu itu, yang mesra-mesraan lewat telepon. Gak ada orang yang gak cemburu, Cha. " Benar juga sih, memangnya aku harus bertanya dengan pria itu. Apa dia cemburu atau ah ... kita sama, senasib ... ya sudahlah. Ya Allah, kenapa ujian seperti ini yang aku dapatkan. Jangan mengeluh Cha ... semangat, semangat! "Tetapi gak mungkin aku menyodorkan diri pada pria itu secara ... masa' dia bilang tentang poliandri." Dan wanita yang sudah beranak dua di sebelahku ini tertawa ngakak sampai terbatuk-batuk. "Emangnya lucu Kak? Itu 'kan gak etis ucapannya, gak ada akhlak. Dia itu anak ustadz loh kok seperti gak tahu apa-apa, jauh banget dengan kepribadian Bapaknya." "Icha ... Ichax ya iyalah beda karena bukan anak kandung, bapaknya Al-Kahfi itu yang pemilik DM Corp sedangkan si ustadz pemilik pesantren dan beberapa perusahaan yang katanya juga gak terlalu wah, biasa saja. Dan bapaknya Al-Kahfi itu player santernya dan mungkin jiwa kealiman sang Paman tidak melekat padanya." Astagfirullah, kok pagi- pagi gini aku jadi ghibah ngomongin tetangga sebelah yang nyebelin dan ternyata wajar kalau dia ngomong gitu karena bapaknya player. "Nah loe, kalau bapaknya player anaknya pasti juga dong." jawabku, astagfirullah ..m aku terpancing lagi. "Ya nggak juga say, Al-Kahfi itu beda banget dengan ayahnya karena dia gak pernah pacaran dengan siapa pun lalu tiba-tiba menikah dengan si Ratu Drama yang digosipin sebagai pemecah hubungan antara suami loe dan si wanita itu." Aku kok jadi kepo ya, pengen ngulik siapa itu Al-Kahfi. Mungkinkah aku bisa tertarik padanya. Memang dia bisa apa, untuk aku cintai? "Tetapi kak, mereka punya sistem seperti yah, perjodohan kali makanya dia gak mau pacaran." "Siapa bilang, aku ini dekat banget sama adiknya yang namanya Sasa dan dia bilang Abangnya itu kuper sama wanita, malahan ayahnya bilang dia H double O M sama dengan gak suka wanita." "Astagfirullah kakak--" teriakku sambil menutup mulut dan wanita ini tertawa terbahak-bahak. Aku dapat dosa banyak pagi ini, gosip dan ghibah. "Jadi gimana, kalian sama-sama pure sepasang insan yang Allah pertemukan dalam keadaan sudah menikah namun disitu ada celah untuk kalian berjodoh, kenapa tidak ... selagi itu halal." Wanita ini membuka layar ponselnya dan memberikannya padaku. "Lihat, wanita mana yang gak tergiur dengan ketampanan Al-Kahfi, Kakak saja meleleh melihatnya dan sayang seribu kali sayang dia gak mungkin bisa kakak miliki. Dan anehnya kamu diminta sama dia tanpa dia ingin lihat seperti apa rupa kamu dibalik cadar, yang itu artinya dia akan terima kamu apa adanya Dek. Tidak seperti suami kamu itu, yang malah tidak ingin melihat wajah kamu meski sudah pernah lihat. Kalau kakak mah tersinggung digituin, buka aja cadar kamu di rumah kalau perlu kamu bergaya seperti si Lala Lelot itu, bagusan mana kamu dengan dia. " Aku menghela napas panjang, omongan wanita ini, super duper pedas kalau mas Qienan dengar pasti marah karena kekasihnya dikatain. "Haduh Kak, bagusan dia donk dan mungkin aku pikir, Mas Qienan pasti udah gitu-gituan sama dia makanya mungkin udah pas dan gak mau dengan yang gak berpengalaman, seperti aku ini, gak ada yang indah. Depan aja rata apalagi belakang, ya ampun ... gak ada bagian aku yang dia gemesin." "Benar juga kata kamu Dek, si artis itu 'kan sok suci, lebel Keperawanannya beredar di medsos, seolah dia adalah wanita suci yang meskipun bermain akting dengan banyak pria tetapi masih tetap perawan. Bisa saja 'kan semua dokter disogok untuk memberikan hasil tes palsu, gak ada yang gak suka uang di dunia ini, demi nama baik uang akan bicara." Ya-- tentunya uang akan bicara tetapi aku ingin hati ini yang bicara ingin pada siapa untuk berlabuh. Setelah puas aku mencurah kan isi hati dan terasa plong kami pergi dari kedai menuju butik mertuaku. Disana pun aku merasa lebih baik karena mertuaku sayang padaku, tanpa tahu anaknya pagi ini telah menyakiti hatiku karena berselingkuh via telpon di depanku. Kami pulang masing-masing menuju arah yang berbeda setelah selesai mengukur baju dan di perjalanan aku mendengar adzan berkumandang, aku sempatkan saja singgah ke masjid yang terlihat oleh pandanganku. Sepi, hanya ada beberapa orang di sana dan aku bisa mencurahkan isi hatiku di rumah Allah, agar para malaikat bisa membantuku untuk memberi petunjuk yang baik dan pilihan yang lebih baik dari sebelumnya. Ketika sudah selesai aku keluar dari Masjid dan melihat seseorang yang dari pagi tadi dia menjadi bahan gosip dan ghibahku. Rambutnya basah, wajahnya putih berseri, kedua lengan bajunya tersingsing yang berarti dia shalat juga disini. Subhanallah ... begitu sempurnanya ciptaanmu ya Allah. Apakah dia yang Engkau pilihkan untukku? Dekatkanlah jika memang benar dan jauhkanlah jika bukan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD