Seingatku Kah-Sa itu adalah judul n****+. Berulang kali aku berusaha mengumpulkan ingatan yang sudah berantakan akibat dicium Icha dengan penuh nafsu semalam. Paginya pun dia seperti ulat bulu yang tersentuh hingga melengkung dalam pelukan aku, gak mau lepas dan gak mau ditinggal. Sampai pada akhirnya dia mengizinkan aku pergi ke kantor. Aku cari n****+ yang disuruh baca oleh penulisnya itu, kemana ya aku simpan. Duduk, berdiri, duduk lagi. Satu ruangan aku obrak abrik hingga sekretaris aku masuk dan memberitahu, "10 menit lagi rapat staf Pak, dimohon kehadiran Bapak." "Iya, sebentar, buku n****+ yang Kah-Sa itu mana ya, Rizki?" tanyaku. Dia melongo, "n****+ Kah-Sa?" lirihnya. Pasti dia gak tahu karena bukan dia yang bertanggung jawab. "Panggilkan Pak Samsul." "Beliau ikut rapat na