Bab 1
Happy Reading
***
Bib ... Bip ... Bip
Suara alarm ponsel terdengar di balik bantal. Fatin membuka matanya secara perlahan lalu memandang dunia. Ia pernah bermimpi ketika bangun pagi ia langsung dapat mendengar lagu klasik sambil menyesapsecangkir kopi. Kamarnya berubah menjadi seperti kamar Keylie Jenner, yang memiliki kata Mahal di setiap inchinya. Fatin juga membayangkan dia berlenggak-lenggok di panggung besar Victoria Secret menjadi Gigi Hadid. Tapi ia menghadapi kenyataan bahwa dirinya sekarang hanya wanita yang sedang mengejar karir di Jakarta seorang diri. Kost di dekat kantor dengan luas 3x3 meter itupun dibandrol dengan harga selangit untuk ukuran kost-kostan.
Ada beberapa alasan kenapa ia tinggal disini karena ia tidak perlu mengeluarkan uang transportasi. Cukup berjalan kaki lalu melangkah ke tower tempatnya bekerja. Dia juga tidak menghabiskan waktu di jalan, karena ia tahu bahwa Jakarta sangat macet.
Beberapa menit kemudian, setelah mandi Fatin memilih pakaian. Dia mengenakan kemeja putih, rok span berwarna abu-abu tua. Rambutnya ia tata rapi dengan hairnet. Jas berwarna senada ia kenakan. Alasan ia berkarir di Jakarta karena
1. Lapangan kerja menjanjikan, karena ia tahu bahwa perusahaan besar selalu mendirikan kantor pusat di Jakarta.
2. Di Jakarta apapun bisa dijadikan uang, karena pusat ekonomi ada di sini.
3. Konser besar dan Event-Event penting selalu ada di Jakarta, dan itu merupakan tujuannya datang ke Jakarta.
4. Pusat perbelanjaan di Jakarta sangat banyak dan mall mall besar berada di Jakarta. Setiap gajian jiwa shopping nya meronta-ronta.
5. Ingin merantau kerena ia ingin mandiri.
Fatin menatap penampilannya sekali lagi, lipstik berwarna nude menjadi pilihan nya kali ini. Fatin tersenyum lalu menatap ke arah jam melingkar di tangan nya menunjukkan pukul 07.30 menit. Ia harus berjalan kaki menuju kantornya sambil menyapa para security dan tukang kebun yang bertugas.
Beginilah aktivitasnya sehari-hari, selama ia tinggal di Jakarta. Menjadi wanita karir adalah mimpinya sejak dulu, mengenakan jas dan rok dan selalu terlihat cantik. Dia bukan wanita yang bisa berbisnis, jujur ia masih belum bisa melakukan itu.
Menjadi sekretaris direktur utama merupakan impian wanita wanita cantik diluar sana. Persaingan yang ketat, melalui tahap yang cukup sulit mulai dari psikotes hingga interview user dan direktur sudah ia lewati dan hingga ia di titik sekarang.
Sebagai sekretaris ia membantu administrasi direktur utama. Mengatur agenda, mengetik, mengurus, dan menata dokumen, menjadi perantara dengan pihak eksternal, menyiapkan rapat atau kegiatan lain, dan sebagainya. Ia murni menjadi seketaris bukan cerita di n****+ n****+ romance yang sekaligus ngurus urusan peribadi bos. Sekretaris berbeda dengan asisten pribadi. Sekretaris lebih fokus pada urusan kantor sementara asisten pribadi bertugas mengerjakan hal-hal personal atasan.
Romance office antara boss dan sekretaris merupakan salah satu cerita klasik di seluruh perusahaan dan menjadi santapan umum. Namun tidak berlaku baginya, ia sudah dua tahun bekerja di sini, namun atasanya tidak memberinya kesempatan untuk dekat ataupun sekedar bercanda. Bahkan untuk makan siang bersama saja tidak pernah, mereka hanya berbicara tentang pekerjaan selama di kantor. Boss tampan dan sekretaris cantik, memiliki percintaan yang paling romantis sejagat hanyalah mitos belaka.
Jujur Evan adalah Boss terkeren yang pernah ia lihat. Perrtama kali menjadi sekretaris ia menganggap bahwa Evan adalah Boss paling tampan. Dia pikir bahwa boss nya itu adalah pria gemuk, perut buncit dan berkepala botak. Namun yang ia dapat di luar expetasinya. Ia pernah membayangkan dan berharap bahwa mereka memiliki hubungan personal. Namun yang ia dapat hanya pergi kerja, ngurus administrasi dan lalu pulang menerima gaji. Tidak ada bonus ataupun lembur. Karena Evan mempersilahkannya pulang jika sudah jam 5 sore, tidak perlu menunggunya pulang.
Ah, Boss seperti itu. Bertahun-tahun hanya seperti itu aktivitasnya. Ia juga tahu bahwa Boss nya memiliki teman dekat wanita, salah satunya artis muda berbakat namun katanya hubungannya kandas tidak di restui orang tua. Lalu sekarang pria itu akan menikah dengan wanita yang bernama Mili. Ia dengar bahwa calon istri Boss nya itu adalah satu pemilik akun bisnis online shop. Fatin hampir tidak percaya, karena ia sering checkout baju di akun milik bossnya itu. Pakaian yang ia kenakan saat ini juga berbelanja di sana. Pengikut akunnya sudah 1 juta. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana mereka sibuk nya setiap hari mempacking barang hingga ribuan.
Apalah daya dirinya hanya karyawan biasa untuk bersaing mendapatkan Boss tampan seperti di cerita romance hanyalah khayalan saja. Fatin kembali ke tempat duduknya. Ia menatap ke arah komputer sambil menunggu bossnya datang. Notifikasi masuk dari ponselnya, ia melihat chat dari Jimmy. Jimmy adalah temannya di kantor divisi marketing, memiliki wajah rupawan dan dia mengakui bahwa dirinya gay. Jimmy memiliki kekasih dan mereka tinggal bersama di apartemen. Ini Jakarta apapun bisa terjadi diluar dugaannya.
"OMG, gue punya Marketing Director baru !"
Jimmy
"Oh ya, siapa?"
Fatin
"Nanti gue cerita, istrihat makan bakso malang di samping kantor. Gue pingin yang pedes-pedes"
Jimmy
"Ngidam apa Lo?"
Fatin
"Ngidam baby, eke datang bulan"
Jimmy
"Uh, dasar"
Fatin
Fatin memasukan ponsel di laci, karena ia mendengar derap langkah masuk. Ia memandang tubuh Evan rawakan bertubuh tinggi besar tidak atletis seperti binaragawan namun terlihat profesional. Ia yakin Boss nya itu menjaga tubuhnya dengan baik. Seperti biasa penampilannya sangat rapi, mengenakan kemeja putih dan celana hitam.
"Pagi Fatin" ucap Evan memandang Fatin yang berdiri menyambut kedatangannya. Wanita itu mengenakan pakaian yang ia lihat dua tahun lalu. Selalu mengenakan warna yang sama, jas dan rok span. Rambutnya juga tidak pernah berubah selalu tertata rapi dengan hairnet.
"Pagi juga pak" Fatin menatap Evan masuk ke dalam ruangannya. Fatin lalu duduk kembali menatap berkas-berkasnya.
Fatin menyalakan komputer, sambil menunggu panggilan Boss nya untuk mengambil berkas yang sudah di tanpa tangani.
"Fatin"
Fatin lalu berdiri, ia melangkah masuk ke dalam ruangan. Menatap Evan, sarapan yang ia sediakan masih belum di sentuh olehnya. Terlihat jelas wajah tidak bersahabat.
"Iya pak, ada apa?" Tanya Fatin.
Evan memandang Fatin, wanita itu berdiri tidak jauh darinya, "Duduk lah"
Fatin lalu duduk di kursi kosong, "Ini kamu benerin lagi ya. Ada kesalahan pada tanggal, kamu ubah tanggal sekarang lalu berikan ke saya"
Fatin menatap berkas, ia menulis tanggal kemarin, "Baik pak"
Padahal jika ada surat tagihan ia selalu membuat tanggal kemarin dan lalu ditanda tangani hari ini. HRD dan accounting juga tidak mempermasalahkan tanggal.
Fatin mengambil berkas itu lalu melangkah ke ruangannya lagi. Ia membenarkan tanggal lalu mengganti tanggal hari ini.
"Fatin"
Fatin secara reflek lalu berdiri, ia melangkah masuk ke dalam padahal ia baru saja ingin mengeprint berkas.
"Iya pak"
"Ini juga salah, kamu benerin lagi. Tolong ini semua periksa lagi, saya mau semua berkas tanggal hari ini," Evan menyerahkan berkas-berkas itu kembali pada Fatin.
Fatin menarik nafas, ia mengambil berkas-berkas itu, "Baik pak"
Fatin kembali ke ruangannya, ini merupakan hal yang tidak masuk akal. Padahal bukan kali ini Evab tanda tangan, melainkan sudah setiap hari dia melakukan seperti ini. Butuh waktu untuk memperbaiki berkas berkas itu. Ia yakin mood Boss nya sedang tidak baik.
"Fatin ... !"
Fatin menarik nafas, ia melangkah ke ruangan Boss nya lagi.
"Iya pak"
"Sudah selesai berkas-berkasnya?" Tanya Evan, menatap seketarisnya.
"Ini lagi dikerjain pak"
"Kamu lama sekali"
"Maaf pak"
"Saya kasih kamu waktu 10 menit, selesaikan segera"
"Baik pak"
Fatin menahan amarah agar tidak marah. Ia hanyalah seorang karyawan biasa. Jika membantah bisa jadi nanti kontraknya tidak diperpanjang. Fatin menarik nafas, ia dengan cepat mengeprint berkas-berkas itu lagi. Mengganti tanggal nya semua. Ia bersumpah mulai besok, jika disuruh membuat berkas ini lagi, ia akan membuat tanggal berikutnya.
Tidak butuh waktu lama Fatin sudah menyelesaikan pekerjaan nya. Ia mendengar suara dari balik pintu.
"I told you, I can't believe, Raja and Mili have a relationship. I do not see it" ucap Evan di balik telfonnya.
"But I saw the two of them hugging yesterday on the street. Raja, get on a motorbike and Mili hugs him. My eyes are not blind and my eyes are not minus either" Sorcha mulai menceritakan apa yang telah ia kepada Evan.
"Come on, kamu harus percaya kata-kataku. Mereka itu memiliki hubungan. Oke, aku akui bahwa aku menyukai Raja, dia keren, dia tampan, dia super cerdas dan kaya raya di Jerman. Karena profesinya sebagai dokter profesional dia mendapat apresiasi dari masyarakat di sana"
"Tapi aku percaya bahwa mereka memiliki hubungan. Apa kamu tidak menyadari ketika fitting baju, Raja mengambil peran kamu di sana"
"I know, itu hanya kebetulan saja kan" Evan mulai membantah dan masih tidak percaya.
"Tidak ada yang kebetulan di dunia ini. You can investigate them. I'm sure they often meet behind you and me"
Sorcha menarik nafas, "Aku akan mundur dan tidak berharap terlalu banyak kepada Raja. Karena rasanya percuma, Raja tidak menanggapi aku dan tidak mencintaiku. Lebih baik aku menyari pria yang mencintaiku pada mencintai orang yang salah"
"b******k" umpat Evan.
"Before it's too late, cancel your marriage" ucap Sorcha pada akhirnya.
"Jangan terlalu buru-buru mengambil tindakan. Pernikahan dan bisnis dua hal yang berbeda"
"Oke"
"Ask, what happened to them? I don't want, you hurt. Enjoy your life, there are still many women who like you. I hope you understand" Sorcha menasehati Evan.
Evan menarik nafas, "Oke, Thank you" Evan mematikan sambungan ponselnya. Ia lalu duduk menahan emosi. Ia menggeram hingga buku-buku tangannya memutih.
Sementara Fatin hanya diam, setelah percakapan itu selesai. Fatin lalu mengetuk pintu. Ia memandang Evan yang menatapnya.
"Pak berkasnya sudah selesai, apa saya taruh di meja saja"
Evan mengangguk, menatap Fatin meletakan berkas di atas meja. Evan menyandarkan punggungnya di kursi.
"Apa kamu mendengar percakapan saya?"
"Enggak pak" ucap Fatin spontan.
"Saya tidak percaya bahwa kamu tidak mendengar percakapan saya" Evan lalu menandatangani berkasnya.
Fatin meremas jemarinya tidak gatal, memandang Evan,
"Sedikit pak"
"Terus"
"Saya tidak bisa menanggapi apa-apa karena bukan urusan personal saya. Itu diluar wewenang saya pak. Saya akan bersikap profesional. Anggap saja saya tidak mendengar"
"Ok, jangan lupa tutup pintunya kembali"
"Baik pak"
***
"Marketing Director udah ganti ya?" Tanya Fatin.
"Iya udah, namanya Bu Dina Belida di panggil Dina"
"She is the most beautiful woman in the marketing division, her curly hair looks very sexy" ucap Jimmy, lalu mengibaskan rambutnya.
"Really?"
Jimmy memasukan bakso ke dalam mulutnya, "Yes, rambutnya seperti mie goreng"
"Enak dong indomie"
"Ember, cantik gila, kibas-kibas manja"
"Gue nggak liat yang mana sih orangnya" ucap Fatin penasaran, ia menyesap teh manis. Sambil melirik jam melingkar ditangannya menunjukan pukul 12.30 menit. Masih tersisa 30 menit untuk dirinya dan Jimmy kembali ke kantor.
"Orangnya rada sibuk gitu sih, mungkin project baru kali ya di suruh big Boss" ucap Jimmy, ia mulai menyelidiki atasan barunya.
"Hotel baru di Bandung itu kan?"
"Iya bener itu, tadi sih Boss Masih meeting sama arsiteknya, pak Evan sih mau dijadiin resort gitu" Fatin mulai bercerita, rumor hotel baru memang sudah rundingkan di seluruh pejabat hotel dan melibatkan seluruh devisi. Karena Boss nya ingin hotel itu selesai dalam waktu 3 bulan, sebelum tahun baru.
"Lo di ajak nggak sama Boss ke Bandung liat hotel" tanya Jimmy.
Fatin mengehela nafas, "Di ajak makan siang bareng aja nggak pernah, boro-boro diajak ke Bandung. Sampe kucing gue bertanduk juga nggak bakalan ngajak gue"
"Biasa nih di kantor-kantor lain. Sekretaris sama Boss biasanya affair gitu kan. Lah gue boro-boro affair, dua tahun gue jadi sekretaris nggak pernah ngapa-ngapain. Gue ngarep lembur biar bisa berduaan, ya minimal kissing lah sambil grep-grep manja" ucap Fatin terkekeh.
"Yee ngarep aja Lo, tapi enak kali ya di kissing pak Evan !"
"Enak sih kayaknya, gue liat tiap hari Boss. Rasanya tuh pengen aja narik dia, lalu nyium dia gitu ke dinding sampai kehabisan nafas"
"Lah kebalik, harusnya pak Evan yang ngarep gitu sama Lo"
"Ya beda lah, ini kan ceritanya sekretaris ngejar Boss. Lagian udah nggak jaman Boss affair sama seketaris. Yang seru tuh seketaris buat Boss jedak-jeduk"
"Jedak-jeduk pala Lo"
Fatin lalu tertawa, "Gue pikir nih ya, gue jadi sekretaris bakalan jadi g***n nya Boss. Kan lumayan dapat apartemen, mobil baru, pokoknya jadi simpenan pas Evan gue mau"
Jimmy melirik Fatin, "Ya lo usaha lah, entar kalau Lo dekat sama pak Evan, gue keciprat jabatan minimal supervisor gitu, kan ada Lo yang rayu rayu manja"
"Nggak berani gue, pak Evan, dulu mantannya artis. Mana level sama gue yang admin doang"
"Lo cantik Fat, sumpah Lo cantik. HRD rekrut Lo, karena Lo cantik cocok jadi sekretaris pak Evan. Tapi emang selera Boss aja bukan Lo, makanya malas liat Lo"
"Bener males banget pak Evan liat gue, selera Boss ya lumayan high. Minimal enterpreneur, punya usaha, fashionabel, punya butik. Ya seperti itu lah kayak calonnya sekarang. Baju gue aja beli aja di tempat calon istrinya Boss, baru tau gue, waktu itu pak Evan kasih tau nama akun marketplace calon istrinya"
"I see, apa nama akunnya?"
"Happy Shopping"
"Lo di blacklist dari daftar calon pak Evan. Lo nggak level jadi jangan ngarep"
"Ya nggak lah. Gue mah syukur syukur kerja nggak di pecat. Tapi kalau doi mau, gue gass lag. Nggak bakalan gue tolak, palingan gue tolakin ke kasur"
"Anjir, jiwa lonthai Lo keluar"
"Ember"
Jimmy dan Fatin lalu tertawa terbahak-bahak. Mereka selalu ada untuk dijadikan bahan gibahan. Dan pembahasan yang sama dan selalu berulang-ulang.
"Boss kan katanya mau nikah, tapi kok kayaknya nggak ada happy happynya" tanya Jimmy.
"Tau tuh aneh"
"Terus, yang mana sih calonnya? Cantik Lo atau dia?"
"Cantik gue lah kemana-mana" ucap Fatin penuh percaya diri lalu tertawa. "Jujur serius, calon istri Boss emang cakep parah, kayak model gitu. Tapi katanya bukan model, gue liat kemarin sih keren abis. Elegan gimana gitu, kayak Kate Middleton. Tapi versi lebih sexy"
"Terus, jadi nikah?"
"Katanya sih udah fitting baju dan sewa gedung juga"
"Terus"
Fatin teringat jelas percakapan Boss nya tadi siang. Hubungan percintaan mereka sedang tidak baik-baik saja.
"Ya nggak tau, gue sih ngarep cancel"
"Uh dasar Lo"
"Gue sih ngarep gitu Jimmy. Biar ada harapan buat gue masuk ngambil hati Boss" Fatin terkekeh.
"Saat pak Evan patah hati, Lo masuk pura-pura jadi penyelamat hati dia"
"Bener banget !"
"Lo keren abis nek"
"Iya lah gue keren"
"Gue harap impian Lo tercapai"
"Aminnnn"
"Ya ampun, impian temen gue cuma jadian sama om om g***n"
"Biasalah"
***