Tidak sebentar Owka mengajak Bian keliling komplek yang tidak terlalu besar itu, entah sudah berapa putaran dan munculnya di sana lagi di sana lagi. Tapi Bian yang sangat antusias itu lebih penting dari pada bosan dengan jalan yang itu - itu saja, belum lagi jalanan di dalam komplek Jani itu tidak mulus lagi, hanya sisa aspal lama dengan lobang - lobang yang di timbun batu atas inisiatif warga saja.
Setelah sepuluh menit, barulah Bian duduk, masih dipangkuan Owka sang papap dadakan. Lama - lama dia agak terkulai karena mengantuk. Jani hendak mengambil dan memindahkan Bian ke pangkuannya, tapi mendapat dorongan dari tangan Bian sendiri yang rupanya masih setengah sadar. Tentu saja Jani melotot dibuatnya, masa dia ditolak Bian?
Owka menghentikan mobilnya supaya bisa membetullan posisi dudu
