3. - Pembunuhan

860 Words
Mata Valencia perlahan terbuka rasa sakit kepalanya langsung menyambutnya Tenggorokannya terasa kering, badannya terasa sakit. Ketika kesadarannya benar benar mengambil alih ia melihat sekitar dan merasakan dirinya di ikat di bawah pohon. Valencia melihat kegelapan yang menyambutnya, sunyi Ia melihat ke langit Tepat di atasnya cahaya bulan tidak ada tertutupi bayangan gelap Gerhana... Bisik Valencia yang langsung merasakan dingin di sekujur tubuhnya teringat kejadian 10 tahun lalu tepat gerhana Apakah aku akan berakhir sama? Langit berubah warna menjadi merah menandakan bulan tertutupi penuh Gerhana bulan darah Suara langkah kaki terdengar mendekatinya Valencia menutup matanya merasakan angin terserap ke tubuhnya. Tiba tiba ia merasakan dingin besi berada di lehernya, Valencia membuka matanya melihat pria yang tadi berada di sebelahnya dengan senyum mengerikan dan sebuah pisau yang menempel di lehernya " Bagaimana? " Suara seraknya membuat Valencia membeku " Mari kita akhiri semua, sudah lama kau bermain di luar sana" pria yang menggunakan jaket hitam itu menyeringai " Atau kau ingin bersenang senang lebih lama? " Pria itu melihat d**a Valencia memperhatikan tubuh wanita itu "hmmm... Lumayan " Setelah suaranya jatuh sebuah panah melesat ke arah pria yang berdiri di sebelahnya memegang pisau belum sempat bereaksi pria itu terjatuh dengan tusukan panah di dadanya " Siapa? " Triak pria di sebelah Valencia yang masih berdiri menggenggam kayu Valencia merasa jantungnya benar benar akan berhenti berdetak sekarang Sebuah anak panah melesat lagi ke arah pria itu tanpa disadarinya, pria itu langsung terjatuh meskipun kesadarannya masih Derian keluar dari balik pohon langsung menuju Valencia dan melepaskan ikatan talinya " Valencia, cepat " Derian langsung menarik tangan wanita itu Valencia masih kaku, jantungnya kembali berdetak kencang " Derian " bisiknya lirih dengan air mata yang langsung lolos dari matanya Derian langsung mengangkat wanita itu menaiki kudanya dan langsung memacu kudanya dengan cepat Derian tau salah satu pria itu masih sadar Di tengah pelariannya tanpa keduanya sadari sebuah belati tajam melesat kearah mereka dan mengenai lengan Valencia Kuda meringkik ketakutan dan menjatuhkan keduanya " Aakhh " teriak Valencia ketika merasakan lengannya yang tergores belati terbuka menganga mengalirkan darah disambut dengan kejatuhannya yang tidak bisa di hentikan terus berguling ke bawah Derian yang sigap langsung melompat tapi tidak bisa menahan wanita itu Di dalam kegelapan pepohonan dan langit yang berwarna merah Valencia tidak bisa melihat apapun merasakan kepalanya berputar dan terus berguling menuju jurang yang tidak ia ketahui hanya suara teriakan Derian yang memanggil namanya terdengar di telinganya saat merasakan udara bebas mengelilingi kejatuhannya. ***†*** Seorang pria berjalan memasuki kamarnya yang gelap hanya ketukan sepatunya yang terdengar menggema di ruangan itu, mata emasnya berkilau di gelapnya ruangan itu ia melepaskan jubah kebesarannya. Pria itu berjalan ke arah balkon melihat ke atas langit yang menampilkan cahaya kemerahan " Gerhana " gumamnya dengan senyum yang menyilaukan, pria itu menutup matanya merasakan gelapnya malam dan suasana yang mencekam Suara derap langkah yang terdengar mendekatinya tidak mengganggu kenyamanannya untuk membuka matanya " Yang mulia... " Sapa pria yang baru saja tiba dan berdiri di belakangnya " Malam yang indah, bukan begitu Edwin? " Suara berat dengan sedikit kemalasan terdengar acuh tak acuh menjawab pria yang menyapanya Pria yang di panggil Edwin itu menengadah melihat langit merah yang di atasnya ia meneguk ludahnya " Gerhana bulan darah " bisiknya Pria bermata emas itu membuka matanya dan tersenyum berbalik ke arah pria yang berdiri di belakangnya " Semuanya sudah siap Yang Mulia.. " Pria bermata emas itu langsung berjalan mengambil jubahnya dan pergi ke menara tertinggi di istananya diikuti oleh Edwin Pintu besar di menara itu terbuka menampilkan seseorang yang berjalan lurus ke arah kursi kebesarannya " Salam Yang Mulia " suara dua orang kesatria yang berdiri mengapit seorang wanita yang bersimpuh dengan tangan terikat Peria itu tersenyum mengejek melirik kearah wanita yang bersimpuh di depannya " Malam ini adalah malam yang indah, bukan begitu Ladora? " Pria itu melirik ke arah jendela yang menampilkan langit merah darah " Kau adalah iblis! " Teriak wanita yang di panggil Ladora Pria itu tertawa mendengar kata kata wanita itu " Bagaimana? Apa kau sudah siap? " Pria itu menarik sudut bibirnya membentuk senyum yang terkesan mengerikan Wanita itu mendengus tidak berniat menjawab pria di depannya " Tidak ingin mengatakan sesuatu? Atau kau ingin aku menyeret orang juga mati bersamamu? " " Tidak " " Ah sayang sekali tidak ada kata kata indah yang bisa aku dengarkan dari mulut kotormu itu. Apa kau siap mati kalau begitu? " Wanita itu masih terdiam " Menyebutkan nama orang yang menyuruhmu mungkin? Atau kau sendiri yang berniat melakukannya? " Seriangaian pria itu muncul di wajahnya yang menawan " Kau b******n yang sebenarnya! " Pria itu lagi lagi tertawa mendengar makian wanita itu " Kau wanita pemberani rupanya" pria itu tertawa meremehkan "Dimana hormat mu kepada rajamu? Setelah melakukan kesalahan dengan mencoba meracuniku dan merangkak ke ranjangku kau mulai berani mengutukku? " Tidak ada lagi senyum main main di wajah tampannya " Edwin " panggil pria bermata emas itu ia langsung berdiri dan berjalan keluar " bunuh dia.. " Perintahnya adalah hal yang mutlak dan harus di laksanakan Hanya bagi mereka yang setia kepadanya Dan perintah rajanya Sorazen Tyndomére adalah hal yang mutlak untuk Edwin. *****†*****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD