Keberuntungan Kalender Kolor

1030 Words
"Biar Ardan aja, om, yang jemput Adel sama Adeev," tukasnya melalui sambungan telepon. Akib jelas bingung. Tapi berhubung ia sedang sibuk, ia iyakan saja. Istrinya harusnya bisa tapi mungkin sibuk mengurus mami mertuanya. Tampaknya hari ini jadwal pemeriksaan kesehatan ke rumah sakit. Walau ada anak yang lain, ia kan tahu kakak-kakak iparnya juga sibuk. Ya memang harus ada yang mengalah untuk beberapa hal yang juga penting. Ardan beryeye ria. Setahunya, Adel dan Adeeva pulang jam tiga sore. Ya karena keduanya bukan bersekolah di sekolah negeri yang ikut jam aturan biasanya. Ia memeriksa penampilannya dulu di depan cermin. Ini sudah menjadi semacam kebiasaan karena perasaan trauma yang belum juga hilang. Ia ingat-ingat warna kolor yang ia gunakan hari ini. Warna apa ya? Seingatnyaaaaa kalau bukan warna cokelat, berarti warna kuning. Tapi kalau diingat-ingat lagi, dari deretan kolor yang ia gantung berdasarkan warna dan tanggal maka tanggal hari ini..... 31! Ia sempat menoleh ke arah kalender di atas meja. Kemudian kembali mengingat-ingat tapi tetap saja tak ingat. Akhirnya ia membuka ponsel dan mencari daftar warna kolor yang ia buat dalam bentuk kalender. Jadi ia tahu warna apa yang digunakan hari ini. Lalu ternyata? Warna orange, pemirsa. Nah selanjutnya adalah mengecek bagian p****t, hanya sekedar untuk memastikan kakau tidak ada yang bolong. Nah, untuk berjaga-jaga, ia masuk ke dalam kamar yang ada di dalam ruangan kerjanya ini lalu mengambil celana cadangan. Untuk berjaga-jaga. Yang namanya bencana kan tak ada yang tahu ya? Setelah melipatnya dengan rapi dan ia masukkan ke dalam tas, ia membawanya bersama ponsel, dompet, dan kunci mobil. Tapi sebelum turun ke tempat parkiran, ia bergerak menuju ruangan papanya untuk memohon restu sedalam-dalamnya. "Pak Wira ada di dalam, pak." Ia mempersilahkan anak bosnya ini untuk masuk. Mumpung tidak ada tamu. Ardan segera masuk lalu tiba-tiba bersujud di kaki papanya. Hal yang membuat Wira tak berkedip melihat kelakuannya yang selalu mengejutkan. Seharusnya memang tak perlu terkejut. Bukan kah ia sudah tahu kelakuan anak-anaknya absurd semua? Kalau pun mau disalahkan, salahkan dirinya saja yang menikahi mama mereka. Hahaha. Siapa suruh tak pilih-pilih jodoh? "Ardan mohon restu, pa, sedalam-dalamnya biar jodoh Ardan bisa ketemu secepatnya." Papanya hanya bisa terkekeh sambil geleng-geleng kepala. Ia bahkan kehilangan kata-kata untuk berucap. Begitu Ardan tegak, ia memberi hormat. "Ardan kabur, pa. Assalammualaikum!" Ia buru-buru pamit. Padahal belum jam pulang kerja loh. Untung saja, papanya itu adalah lelaki terbaik di dunia ini. Coba kalau papanya seperti mamanya? Mana bisa ia kabur dari kantor jam segini? Kalau bisa disuruh kerja 48 jam tanpa berhenti, pasti dibuat begitu. Hihihi. Gak kok. Mamanya tidak segalak itu apalagi sama calon menantu kayak kamu eeeeh! Ia berjalan santai sambil bersiul-siul. Kalau penampilannya begini, satu kantor juga sudah tahu. Pasti bolos kan? Hahaha. "Enak banget jadi anaknya bos. Bisa keluar-masuk seenaknya!" Nyinyiran tetap ada. Anehnya memang dari para lelaki. Tahu kenapa? Karena Ardan itu lucu. Jadi cewek-cewek suka. Sukanya karena ia lucu? Iya. Sialnya, bukan suka untuk dijadikan pendamping hidup. Miris? Hihihihi. Enggak kok. Mungkin belum jodoh aja. "Paling nongkrong lagi," gumam Wira. Yeah, paling anaknya ke mana sih? Mainnya juga gak jauh-jauh amat. Ya kan? Dan mobilnya baru saja meluncur dari parkiran, masuk ke jalanan Jakarta yang mulai padat. Ya sudah siang hari tapi kan harus menunggu tengah malam dulu baru Jakarta lengang. @@@ "I met Abi yesterday in the front of the mosque!" Ia disuruh membuat kalimat dalam bahasa Inggris dan ini lah kata-kata yang ia keluarkan dari mulutnya. Alhasil? Ya disorak teman-temannya lah. Bahkan guru cantiknya yang berdiri di depan sana pun terkekeh. Senin lalu, Adel bertanya arti I love you pada Fabian. Hal yang tentu saja membuat rusuh. Gurunya bahkan kehilangan kata-kata. Kagum dengan cara modusnya. Hahaha. Diajari siapa? Aaaah tentu saja kakak sepupunya yang sableng dan merupakan suhu playboy! "Jadi cewek memang harus ada jual mahalnya. Tapi nih ya menurut abang, gak ada salahnya kalau cewek yang terus terang lebih dulu!" Itu adalah tips ala Ferril yang kemudian kepalanya dijitak Farrel karena Farrel mendengar ucapan itu. Hahaha. Adik bungsunya kan memang sembrono. Bocah kok diajari macam-macam? Yeah namanya juga Ferril ya? Kalau lurus artinya Farrel kan? Adel duduk kembali di bangkunya setelah mendapatkan tepuk tangan yang riuh. Tentu saja perempuan yang duduk di sebelah Fabian tak suka dengannya. Tapi Adel? Ya mana perduli sih. Yang penting hatinya bahagia. Ya gak sih? Beberapa menit kemudian bel pulang berbunyi. Murid-murid mengucapkan salam dan terima kasih kepada bu guru Melati yang sudah mengajari mereka bahasa Inggris hari ini. Adel sibuk dengan buku-bukunya sembari melirik ke arah Fabian. Yeah tentu saja mencari kesempatan untuk... "TETEEEEEEH!" Adeeva sudah berteriak di ambang pintu kelasnya. Tata yang berdiri di sampingnya menutup telinga. Bisa pekak telinganya lama-lama. Meski dari orok sudah kenal dengan makhluk bernama Adel dan Adeeva. Harusnya sih telinganya sudah terbiasa. Apalagi ia juga sama saja berisiknya kan? "Apaan?" Ia balas dengan kernyitan di dahi. Adeeva menepuk keningnya. Ia tak bisa berteriak kuat-kuat untuk membahas urusan bisnis mereka kan? Nanti kalau banyak yang tahu bagaimana? Sementara kakaknya malah masih berlagak santai saat memberesi buku-buku. Padahal ini darurat loh. Kalau bu guru Melati keburu pulang bagaimana? Nanti mereka susah mempertemukannya dengan abang sepupu mereka. Padahal sudah berjanji loh akan bertemu hari ini. Yang jadi masalah adalah bagaimana mereka bisa membawa bu guru Melati pada abang sepupu mereka ini. Ya kan? Akhirnya Adeeva berlari masuk ke dalam kelas. Mumpung sudah banyak yang keluar juga. "Ih teteh lupa ya? Kan kita mau ajak bu guru Melati pulang bareeeng!" Aaaah. Adel menepuk kening. Ia terlalu sibuk dengan perasaannya dan jadi lupa dengan perasaan abang sepupunya itu. Perasaan orang jomblo seperti abang sepupunya harus diprioritaskan. Kalau tidak, nanti semakin lama menikahnya. Kan kasihaaaan! "Ya udah cepetan ke ruang guru!" Mereka buru-buru berlari menuju ruang guru. Adel berdesis. Ia lupa pamit pada Fabian tersayang. Hahaha. Walau saat menoleh ke belakang, ia melihat cowok itu berjalan bersama yang lain. Yeah termasuk cewek yang selalu menjadi musuh bebuyutannya. "Itu ibu guruuu!" Adeeva heboh. Matanya sampai melotot saat berteriak dan menunjuk ibu guru Melati yang baru saja keluar dari ruang guru. Pasti hendak pulang kan? Tata ikut berlari meski bingung ada apa sebenarnya. Yang ia tahu dari Adeeva adalah ini bisnis urusan orang dewasa. Yang menjadi pertanyaan bagi Tata adalah memangnya Adeeva sudah dewasa? @@@
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD