Raellyn melingkarkan jemarinya di sekeliling benda yang telah menegang. Ini adalah pertama kalinya dia memegang benda itu seumur hidupnya dan rasanya bagaikan besi yang begitu panas. Sementara Arnav terlihat menggertakan giginya sembari mengerang kecil tatkala jemari gadis itu menyentuhnya dengan begitu perlahan. Seolah Raellyn sengaja untuk merayunya secara seduktif. “Kau menyukai sentuhanku, Tuan?” “Raellyn.” Hanya sekadar rintihan kecil, dan gadis itu tahu bahwa cara Arnav menyebut namanya sudah seperti sebuah permintaan yang begitu mendesak untuk dapat mengisi kekosongan yang ada dalam tubuhnya. “Kau menginginkannya?” tanya Raellyn lagi sementara pria itu hanya dapat menahan napas sekaligus mengerang. Raellyn terkikik kecil, dia merasa puas lantaran dapat membalas apa yang pria it