bc

easy to PLAY HARD TO GET

book_age18+
129
FOLLOW
1.4K
READ
dare to love and hate
CEO
drama
comedy
sweet
bxb
campus
rejected
mxm
like
intro-logo
Blurb

Ketika sebuah hubungan dimulai dengan sangat mudah, secara konsisten dan bertahap hubungan itu bertahan lama dan semakin dalam.

Tetapi semua berubah secara tiba-tiba dan membuat hubungan itu harus dimulai lagi dari awal dengan cara yang cukup sulit.

We are not together just for a moment.

Enjoy!

chap-preview
Free preview
1. Ordinary Day
Hari ini sangat cerah matahari terbit lebih awal, langit memunculkan warna biru terang tanpa ada awan yang menutupi disekitarnya. Awal musim panas baru saja dimulai, orang-orang nampak sangat senang dan bersuka ria menyambutnya. “Jinyoungie cepatlah kau akan segera terlambat!” Jinyoung semakin terburu-buru mengambil langkah, berlari-lari didalam kamar mempersiapkan semua keperluannya untuk berangkat kerja. Beberapa kertas yang sempat terjatuh dengan gesit ia rapikan tanpa ada niat untuk mengurutkan nomor halamannya, yang perlu ia pastikan adalah semua kertas itu segera masuk kedalam ranselnya tanpa ada yang tertinggal selembarpun. Teriakan eommanya membuat Jinyoung semakin gugup sehingga ia melewatkan selembar kertas masuk kedalam bawah ranjangnya. Jinyoung menutup pintu kamar dengan kasar dan berlari menuruni tangga menimbulkan suara keras dari sepatunya. “Yah! Kau tidak sarapan dulu?” Yoona, Eomma Jinyoung yang sedari tadi ribut dan tidak berhenti mengomel karena Jinyoung yang selalu terlambat dihari penting, yaitu hari senin karena anehnya ketika hari-hari menjelang weekend Jinyoung akan terbangun lebih awal. (Eomma = Ibu) “Aku akan makan ini saja!” Jinyoung mengambil satu lembar roti dan langsung melahapnya. “Yah! Pulang kerumahmu jangan terus numpang makan disini!” Ucap Jinyoung, mengusir Yugyeom yang sedang mengolesi rotinya dengan selai cokelat. *puk “Aw!” Jinyoung menoleh. “Eomma!” “Apa?” Yoona melipat tangan didada menatap Jinyoung nyalang. “Tidak ada…” Takut dengan ekspresi Eommanya Jinyoung menunjukkan senyum bodohnya dan segera berlari menuju pintu depan rumah meninggalkan segelas susunya yang sudah mendingin. “Aku pergi!” Terika Jinyoung dari halaman depan rumah, dari jendela Yoona melihatnya terus berlari hingga keluar rumah untuk mengejar bus pagi. Yoona menghela nafas melihat anak satu-satunya itu, terkadang ia masih saja berkhayal ingin merubah waktu dan kembali kemasa lalu. Ia selalu saja rindu saat dimana keributan ini sering terjadi dipagi hari, namun saat itu adalah keributan ketika ia berusaha membujuk Jinyoung untuk sekolah saat ia masih kecil. Yoona merasa waktu terlalu cepat untuk ia merelakan Jinyoung yang selalu sibuk dari pagi hari karena rutinitas pekerjaan. “Kebiasaan...” Yoona menoleh dari pandangannya keluar jendela, dahinya mengkerut melihat sesosok pria yang sedikit lebih tinggi dari Jinyoung dengan santainya memakan roti dan meminum susunya. “Jinyoung hyung kebiasaan, selalu saja terlambat.” (Hyung = Panggilan adik laki-laki untuk kakak laki-laki) Yoona terkekeh melihat anak laki-laki yang lebih muda dari Jinyoung mengomel. Ia berjalan kearah meja makan lalu duduk disamping Yugyeom, dengan lembut Yoona mengelus rambut halus Yugyeom dan mengagumi wajahnya yang semakin lama semakin tampan. “Hei, sejak kapan kamu semakin tampan dan gagah seperti ini?” Yoona memijit pelan pundak lebar Yugyeom. “Maaf ahjumma, aku sedang tidak menerima pengakuan cinta- Aw, aw, aw!” Yugyeom mengelus daun telinganya yang sedikit memerah karena cubitan Yoona. Melihat ekspresi kesal Yugyeom yang seperti anak bayi membuat Yoona tertawa. (Ahjumma = Bibi) “Aku harap kau tumbuh dewasa dengan sangat lambat.” Yoona memeluk pinggang Yugyeom dan menyendarkan kepala dipundaknya. “Aku tidak ingin bayi kecilku ini cepat sibuk seperti Hyungnya.” Yugyeom melirik Yoona sekilas lalu kembali melanjutkan sarapannya, ia selalu menikmati ketika orang-orang memanjakannya seperti ini. Jinyoung berdiri didalam bus dengan keringat yang membasahi bagian punggungnya, ia berharap keringat itu tidak membekas dikemeja putihnya. Matanya terus melihat antara pemandangan jalanan dan putaran jarum jam ditangannya, hanya tersisa 10 menit hingga waktu absesnsi selesai. Sedangkan turun dari halte dan menyebrang jalan raya menuju gedung kantornya memerlukan waktu 5 menit. Jinyoung menghela nafas, berusaha menghilangkan geroginya dan mempersiapkan diri untuk ceramah pagi dari atasannya. Jinyoung adalah seorang pemuda yang sedang mengejar karir dalam bidang perkerjaannya, umurnya yang baru menginjak 23 tahun membuatnya menjadi salah satu pemuda yang cukup mapan. Pekerjaannya stabil, keuangannya lebih dari cukup dan pengetahuannya sangat luas. Jinyoung sudah bekerja selama 2 tahun diperusahaannya yang sekarang, ia sudah sering mengalami pahit dan manisnya dunia kerja. Bagaimana cara memliki teman sejati ditempat kerja, melawan rival sekuat mungkin dan menghindari ataupun memanjakan atasannya. Semua itu butuh kerja keras dan hasilnyapun membuat Jinyoung puas dengan jabatannya sekarang sebagai kepala marketing bagian Advertisement Department (AD). Bus berhenti dan tanda pintu keluar sudah menyala, tanpa menunda Jinyoung langsung keluar dari bus dan berhenti sebentar didepan halte untuk melihat situasi sebelum menyeberang jalan, Jinyoung segera berlari kearah gedung Shinhwa Company yang memliki 10 lantai. Masuk melewati pintu kaca utama dan memperlihatkan lantai 1 gedung itu yang penuh dengan para pekerja yang berlalu lalang dan sibuk dengan kegiatan mereka, para wanita yang terlihat tertawa karena gosip pagi hari mereka dan para pria yang sibuk berbicara dengan ponselnya. Jinyoung mengambil ID Card dari dalam ranselnya lalu mengarahkan ke sensor pintu pembatas yang mengarah kelift utama. Setiap pekerja harus melakukan hal itu jika ingin menggunakan lift menuju lantai atas dari lantai 1, berlaku juga untuk para pengunjung yang datang mereka akan mendapat ID Card Visitor dari bagian informasi. Dari 4 lift yang ada salah satu lift sudah terbuka dan akan segera menutup, Jinyoung melihat 3 lift lainnya yang masih berada diatas lantai 5 akan memakan waktu cukup lama untuk menunggu. “Tunggu!” Jinyoung berhasil menahan pintu lift dan secara otomatis pintu itu kembali terbuka, Jinyoung berusaha menstabilkan nafasnya sebelum hendak masuk. Jinyoung berdiri mematung didepan lift, langkahnya terkunci setelah matanya menatap seseorang yang ada dialam lift itu. Orang itu adalah atasan tertinggi diperusahaannya, salah satu CEO yang mengatur puncak pekerjaan dari Shinhwa Company. “Masuklah…” Suara bas menyapa pendengaran Jinyoung. Dengan cepat Jinyoung mengambil alih tubuhnya yang masih terkejut. Ia segera membungkuk kearah CEO dan pria yang berdiri sedikit lebih depan dari CEOnya, Jinyoung mengenalnya sebagai seorang sekretaris dari CEOnya. “Selamat pagi, maaf atas ketidak sopanannya. Saya akan menggunakan tangga, silahkan melanjutkan perjalanan anda.” Jinyoung berbicara dengan satu tarikan nafas, sebelum mendengar jawaban yang mungkin akan ia dengar Jinyoung dengan cepat bergegas kearah tangga darurat setalah memastikan lift lainnya masih belum ada yang berada dilantai yang sama dengannya. Pintu lift perlahan kembali tertutup menampilkan pandangan datar dari seorang pria yang berdiri sedikit bersandar didinding lift, penampilannya yang mewah memperlihatkan bahwa ia bukanlah seseorang yang biasa digedung besar ini. Tampilannya yang maskulin dan glamour tapi tetap sederhana, membuatnya terlihat sangat indah untuk dipandang. Jinyoung berlari lagi untuk menaiki anak tangga, ia yakin jika tiba-tiba ia terkena penyakit jantung maka ia merasa tuhan tidak adil. Karena setiap hari dia selalu berolahraga untuk berangkat kerja, maka dari itu harus dipastikan bahwa dia akan selalu tetap sehat dan bugar. Kakinya menginjak lantai 5, Jinyoung segara disambut ruangan besar yang memiliki skat-skat ruangan kecil setinggi dadanya. Jinyoung segera menuju bagian AD yang berada dipojok berlawan arah dari tangga darurat tetapi bersebelahan dengan lokasi lift. Setibanya ia dimejanya, Jinyoung segera merapihkan tas dan mengeluarkan beberapa pekerjaan yang telah ia selesaikan dirumah. Dahinya mengkerut ketika melihat meja teman-temannya yang lain terlihat kosong. “Jinyoung… jinyoung…” Jinyoung masih sibuk menata meja kerjanya tidak sadar seseorang sedang berbisik berusaha memanggilnya. Melihat Jinyoung yang dalam mode tuli, orang itu melampar pulpen dan tepat mengenai telinga lebar Jinyoung. “Aw!” Jinyoung menoleh kearah Nayeon yang memegang tray dengan beberapa gelas yang Jinyoung tebak isinya adalah kopi. Nayeon dengan kepalanya mengisyaratkan Jinyoung untuk segera menghampirinya. Dengan dahi yang semakin mengkerut dan tangan yang sibuk mengelus telinganya, Jinyoung menghampiri Nayeon. “Kau terlambat lagi!” Bisik Nayeon, Jinyoung tahu saat ini Nayeon sedang membentaknya dengan berbisik iapun hanya mengangguk. “Rapat sudah dimulai 5 menit yang lalu.” Jinyoung menunjukkan ekspresi bingung. “Pagi ini Changmin meminta kita rapat dengan wajah kejamnya yang penuh emosi!” Seketika alarm tanda bahaya Jinyoung menyala, Changmin, rapat pagi hari dan emosi adalah sebuah kombinasi dari salah satu kiamat untuk dunia Jinyoung. Nayeon dan Jinyoung berjalan bersama menuju salah satu ruangan kaca khusus untuk rapat yang ada dilantai 5, perlahan Jinyoung membuka pintu dan mempersilahkan Nayeon masuk terlebih dahulu. Matanya mengabsen lima orang didalam ruangan itu. “JINYOUNG!” Seketika Jinyoung berharap jika Tuhan membantunya kali ini dan memberikan ia kekuatan teleportasi dan segere menghilang, karena hidupnya sedang terancam.   

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Mate

read
66.4K
bc

Amore Incondizionato

read
45.1K
bc

Keluarga Adhiyaksa Spesial Ramadhan

read
37.0K
bc

The Mess of Gorgeous

read
19.0K
bc

The Bad Girl's Baby

read
74.5K
bc

YOURS

read
13.3K
bc

Just You, Vanilla (Bahasa Indonesia)

read
29.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook