"Ini Pak, struktur tentang rancangan game baru dari pemikiran kami." salah seorang rekan kerja Virgo memberikan map serta file berisi apa saja yang Virgo minta tentang game baru.
Setiap divisi pasti memiliki ide-ide tersendiri tentang game mereka. Game yang paling menarik, akan dirancang dan diluncurkan setelah banyak pertimbangan dan tentunya setelah lulus uji coba.
"Ya, terima kasih." Virgo mengangguk sambil tersenyum seperti biasa pada rekan kerjanya.
Mereka kerja dalam satu ruangan per divisi, dalam satu divisi ada sekitar tujuh anggota. Virgo memberi kebebasan pada tim-nya saat bekerja asal tetap mengutamakan pekerjaan. Ditambah pemilik serta pemimpin perusahaan ini juga bisa dibilang cukup dekat dengan Virgo dalam garis pekerjaan.
Jika kalian berpikir bahwa pemilik serta pemimpinnya sudah berumur, kalian salah besar. Pendiri perusahaan ini masih berusia dua puluh enam tahun. Pemiliknya pun sangat merakyat dengan karyawannya. Perusahaan ini juga belum lama, baru sekitar lima tahun berdiri. Tapi dalam waktu lima tahun, sudah membuat perusahaan ini besar dengan game-game keluaran terbaru yang sangat diminati kalangan muda.
Bel istirahat siang berbunyi, Virgo dan rekan kerja lainnya bergegas keluar ruangan. Seperti biasa, Virgo akan makan terlebih dahulu baru salat.
"Eh bro, kita ke kantin bareng yuk." Indra tiba-tiba menepuk bahu Virgo dari belakang.
"Ucapkan sal..."
"Assalamualaikum, Pak Virgo." sela Indra sebelum Virgo menyelesaikan kata-katanya.
"Waalaikumsalam."
Sambil mengobrol, mereka sambil berjalan menuju kantin yang ternyata sudah ramai. Langsung saja Virgo dan Indra mengambil wadah berisi nasi kemudian antre mengambil lauk pauk.
"Eh Go... Kalau misalnya Tasya hamil, lo bagaimana?" Indra mencoba memancing Virgo, hanya ingin tahu apakah temannya itu masih ada rasa pada istrinya.
"Ya bagus dong, rumah tangga kalian akan lebih lengkap dengan hadirnya buah hati." Virgo berlalu dan membiarkan Indra menunggu sampai petugas dapur memberikan lauk pauk ke wadah Indra.
Secepat kilat Indra menyusul Virgo dan duduk di depan teman dekatnya itu. Seperti biasa, berdoa sebelum makan itu wajib agar para makhluk halus tidak ikut menikmati makanan yang dikonsumsi.
"Lo tidak cemburu kan, Go?"
"Haha... Kenapa mesti cemburu sih, Ndra? Tasya itu cuma masa lalu di hidup gue, kita sudah punya kehidupan masing-masing. Lo kan suaminya, ya terserah lo mau bikin Tasya hamil atau tidak." kekeh Virgo.
Indra ikut terkekeh melihat Virgo tertawa kecil. Dari kedua bola mata Virgo, bisa Indra lihat jika Virgo benar-benar sudah tidak ada rasa pada Tasya.
"Bagus deh kalau lo tidak tergoda sama Tasya, Go." Jangan sampai lo terhasut pesona wanita ular itu. Batin Indra tersenyum.
"Kalau lo menghamili Bebby, baru gue marah besar." sambung Virgo tiba-tiba.
"Enak saja menghamili Bebby, kita sudah punya bagian masing-masing ya."
Mereka tertawa pelan sambil menikmati makan siang sebelum ke mushola kantor untuk melaksanakan ibadah salat dzuhur.
***
"Waalaikumsalam." jawab Bebby saat suaminya baru pulang kerja.
Merasa ada yang aneh dengan Bebby, lelaki berwajah lonjong itu duduk di samping istri pertamanya sebelum mengganti pakaian kerja. Virgo malah duduk bersandar ke tembok sambil meluruskan kakinya.
"Kamu kenapa Beb, kok murung begitu?" Virgo yakin, pasti ada sesuatu hal yang mengganggu pikiran Bebby.
Kepala Bebby menoleh ke arah suaminya, dia menggigit bibir bawahnya sendiri. Antara bilang atau tidak, Bebby sedang dilema. Hatinya berseru untuk bilang, tapi otaknya seolah menahan.
"Kenapa sayang, cerita sama aku? Kamu ditolak kerja?" Virgo mencoba menebak.
"Tidak, Mas." jawab Bebby lirih seraya menggelengkan kepalanya.
"Terus kenapa? Sini bilang sama aku." lelaki tampan itu menarik tangan Bebby agar lebih mendekat lagi dengannya.
Pandangan Bebby terlihat sendu menatap Virgo, dia ikut naik ke atas ranjang kemudian duduk di atas paha suaminya bagai seorang ayah sedang memangku anak kecilnya. Tanpa disangka-sangka, Bebby malah bersandar ke tubuh Virgo dengan kepala menoleh ke arah kanan.
"Kamu kayak anak kucing lagi demam tahu tidak, Beb. Manja banget, persis kayak begini. Suka nempel-nempel, peluk-peluk." goda Virgo sambil mengusap-usap kepala Bebby dan sesekali menciumnya.
Terdengar helaan nafas panjang dari Bebby. Kedua matanya masih berkedip perlahan.
"Aku diterima kerja di rumah sakit Delima, Mas." setelah sekian lama diam, akhirnya wanita judes itu bersuara.
"Alhamdulillah dong, tapi kok kamu malah kelihatannya tidak senang begini sih?" meski lelah, Virgo akan tetap menghibur Bebby yang sepertinya sedang galau masalah pekerjaan.
Melihat ekspresi Bebby sekarang, Virgo jadi heran sendiri. Orang diterima kerja bukannya senang malah sedih.
"Tapi ada syaratnya." sambung Bebby.
"Apa syaratnya?"
Perlahan Bebby kembali duduk tegap sambil menatap Virgo yang kini memeluk pinggangnya. Bukannya menjawab, Bebby malah menggigit bibir bawahnya.
"Bilang sayang." desak Virgo karena memang dia penasaran.
"Kata Presdir rumah sakitnya, keputusan ada di aku. Kalau aku mau bekerja, aku berangkat besok. Tapi kalau aku tidak berangkat berarti aku tidak siap." baru kali ini Bebby bicara berbelit-belit.
Otak Virgo yang bisa dibilang cerdas itu berpikir lumayan keras. Dia sudah bisa menebak syarat yang diberikan oleh pihak rumah sakit pada Bebby, namun Virgo sengaja menahannya dulu.
"Memangnya apa syaratnya, sayang?"
"Selama satu tahun aku tidak boleh hamil dulu." ujar Bebby lirih namun bisa terdengar oleh kedua telinga Virgo.
Ada kekehan dari bibir Virgo, ternyata tebakannya tidak salah. Soalnya memang banyak perusahaan atau tempat kerja yang memberikan peraturan seperti itu untuk karyawan perempuan yang sudah menikah selama waktu yang ditentukan oleh pemilik usaha. Karena jika masih karyawan baru dan hamil, bisa-bisa malah merepotkan karyawan senior.
Apalagi rumah sakit yang menerima Bebby kerja itu adalah rumah sakit swasta. Jadi pasti akan ada sedikit perbedaan dengan rumah sakit negeri. Walaupun tidak semua rumah sakit begitu.
"Kok kamu malah ketawa sih?" kesal Bebby, pukulan ringan dia hadiahkan ke d**a Virgo.
"Bukan ketawa Beb, cuma aku sudah bisa menebak syarat itu."
"Terus bagaimana?"
"Berangkat saja besok, insyaallah aku masih bisa menahan kok kalau cuma satu tahun." Virgo harap, jawabannya ini bisa menjadi kalimat penenang untuk istri pertamanya.
"Artinya kita menunda lagi?"
"Tidak apa-apa sayang, lihat peluang kerjanya dulu. Cari kerja susah loh, sampai sekarang juga baru satu rumah sakit kan yang memanggil kamu untuk wawancara. Ambil saja, kita nanti pakai pengaman lagi kayak kemarin kalau memang kamu tidak mau KB." diusapnya kepala Bebby agar istrinya bisa lebih tenang.
Ada rasa sedih di hati Bebby, di satu sisi dia ingin segera bekerja sebagai dokter sesuai gelar yang dia dapat. Namun di sisi lain Bebby juga ingin menjadi istri yang baik untuk Virgo dan segera bisa memberi keturunan.
"Beneran kamu tidak apa-apa kalau harus menunda lagi selama satu tahun?" wajah Bebby masih saja mendung meski Virgo sudah bilang jika lelaki itu tidak masalah.
"Satu tahun itu cepat kok, Beb. Nanti juga tidak terasa. Sudah dong jangan galau-galauan lagi."
"Sayang..." ucap Bebby lirih sambil menunduk melihat jari-jarinya yang saling meremas.
"Jelek ah kamu kalau sedih begini." ledek Virgo.
Hari semakin gelap, waktu adzan maghrib pun sudah hampir tiba. Virgo juga tidak lembur, padahal biasanya jika selesai libur lelaki itu akan lembur.
"Sudah, jangan dipikirkan lagi. Habis maghrib, ayo jalan-jalan."
"Mau..." kepala Bebby mengangguk bagai anak kecil.
"Turun dong, aku mau mandi."
Wanita judes itu pun turun dari pangkuan Virgo dan mengambilkan handuk untuk suaminya. Mendengar mau diajak jalan-jalan, Bebby jadi semangat. Meski jalan-jalannya hanya sekedar makan di luar, itu sudah lumayan membuat beban pikiran mereka sirna.
"Aku akan kasih apa pun yang bisa bikin kamu bahagia, Beb. Menjadi dokter itu adalah impian terbesar kamu dari dulu. Aku tidak mau menghancurkan jalan mimpi itu dengan egoku. Maaf sudah membuatmu menikah muda, padahal dulu kamu selalu bilang hanya mau menikah setelah sukses menjadi dokter. You are my everything." Batin Virgo, dia tersenyum mendengar Bebby diterima kerja di salah satu rumah sakit bagus yang ada di Jogja.
***
Next...